2. One Way or Another?

105 8 0
                                    

Meninggalkan jejak itu penting 😉 dengan memberi vote dan komen 🤩🤩

Esoknya Risha kembali bekerja seperti biasanya, dia masih duduk di bangku paling belakang. Tak heran bila Malik menatap lama Risha kemarin, dia yang duduk di bangku paling belakang padahal bangkunya kosong di depan.

"Mesin ngarep wes didandani, arep nang kene bae atau pindah?" (Mesin depan sudah diperbaiki, mau tetap di sini atau pindah?) Tanya mekanik yang sama dengan kemarin.

"Aku pindah baen." (Aku pindah saja). Jawab Risha.

Risha membawa semua perlengkapan yang perlu ia bawa seperti rambut beserta cap, gunting, sepul berisi benang yang ia letakan di dalam tres. Dia melangkah dan kembali duduk di samping Tika.

"Hay ketemu maning, Tik." (Hay ketemu lagi, Tik). Ucap Risha.

"Kepriwe mesin nang mburi?" (Gimana mesin di belakang?" Tanya Tika, dia menoleh sebentar pada Risha.

"Ora buruk. Mesin nang mburi lewih enteng, alus suarane, lan ora gampang putus benange. Juga ora mlumpat-mlumpat jaitane." (Tidak buruk. Mesin dibelakang lebih enteng, halus suaranya, dan nggak mudah patah benangnya. Juga nggak loncat-loncat hasil jahitannya). Risha tersenyum lebar.

"Syukurlah. Cobalah mesin itu, sudah diperbaiki oleh mekanik."

Risha mengangguk, mulai menjahit tisu yang sudah ia tekuk sebagai permulaan, karena ia tak membawa koran dari bangku belakang. "Ini cukup baik." Ucap Risha sambil menunjukkan hasil jahitannya pada Tika.

"Iya, itu bagus."

"Siapa yang belum memiliki SIM diantara kalian?" Tanya Khadijah. "Bagi kalian yang ingin membuat SIM ikut membuat bersama teman-teman yang lain dari Tim C1 dan C2. Mereka juga akan membuatnya nanti sore." Tambahnya.

Risha menoleh pada Khadijah, "Aku, mba." Di PT. ini tidak terlalu formal membuatnya tidak mengucapkan 'saya' pada Khadijah.

Khadijah mendekat, "Kau isi nama mu dan nomor HP mu disini." Ucapnya sambil memberikan selembar kertas pada Risha. "Nanti kau akan ditambahkan ke dalam grup mereka untuk membahas hal lainnya agar lebih jelas. Kemungkinan biaya yang harus dibayar 650 ribu rupiah." Tambahnya.

"Baiklah."

Setelah membubuhkan nama dan nomor handphone miliknya, Risha segera memberikan kertas tadi pada Tika. "Giliranmu."

Namun, Tika menggeleng. "Aku sudah punya SIM."

Risha mengangguk, dia beralih pada Salsa dan memberikan kertas itu. "Kau sudah punya SIM, belum?"

"Sudah. Syifa belum  tapi dia mau buat sendiri nanti."

"Ya sudah." Risha menoleh kebelakang langsung memberikan kertas itu pada Auliya. Biar dia saja yang memberikannya pada Khadijah.

"Apa cuma aku dari tim ini yang ikut membuat SIM nanti sore, mba?"

Auliya mengangguk. "Sepertinya iya."

Saat jam istirahat Risha segera mengecek whatsapp di handphonenya, dia sudah ditambahkan ke dalam grup bernama SIM Baru Kita. Dia mengeklik info grup berisi 98 anggota lalu mensecrol mencari temannya di Tim C2 itu.

"Nahh, Cantik." Segera Risha mengirim pesan pada Cantik. Sebenarnya tak hanya Cantik yang berada di grup itu, tapi juga ada Nina, Febby, Anya dan sepuluh temannya yang lain. Namun, Risha lebih mengirim pesan pada Cantik karna dia pernah duduk sebangku dengannya saat masih di Tim F1.

Risha
Can, nanti sore bisa bareng
ga ke kantor polisi nya?

Risha beralih membaca pesan yang ia Terima di tab grup chat barunya, memberitahukan bahwa nanti saat pulang kerja langsung saja ke kantor polisi untuk membuat SIM di sana.

SCAR (NEW) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang