RISHA melangkahkan kakinya, melewati bangkunya dan berhenti disamping bangku Auliya.
"Mba, ada plester nggak ya? Aku mau satu." Ucap Risha.
"Ada." Jawab Auliya sambil memberikan plester tak bergambar pada Risha.
"Terima kasih." Ucap Risha. Dia kembali dan duduk di bangkunya.
"Ouch!" Risha meringis saat dia membalut kan plester pada jempolnya yang masih mengeluarkan darah. Kukunya yang pecah membuat daging di dalamnya sedikit terlihat. Sakit sekali rasanya.
Risha menyentuh jempolnya yang sudah terbalut plester, hanya menyentuh. Tapi itu masih terasa sakit. Dia mencoba mengabaikan rasa sakitnya dan mencoba menyepul benang lagi dengan lebih hati-hati.
Risha menghadap melihat ke depan sambil menunggu sepul benangnya terisi penuh. Saat Malik lewat dan berhenti untuk mengobrol dengan beberapa rekan kerjanya di meja kerja depan Tim E1, Risha memperhatikan nya sebentar.
Memperhatikan Malik yang kembali melangkah menjauh menuju pojok ruangan sebelah kiri.
Risha menghela napasnya, "Bagaimana cara Mas Malik mengatasi orang yang terluka? Mungkin akan lebih baik jika dia yang menolong ku tadi." Gumam Risha. "Ohh, bahkan dia nggak tau kalau aku baru saja terluka." Risha menggelengkan kepalanya.
"Mesin ini bagaimana? Apakah lebih baik dari mesin yang di depan?" Tanya Mekanik yang berdiri di samping meja Risha. Kedatangannya yang tiba-tiba membuat Risha terkejut, tentu saja. Untungnya, dia tak sampai tertusuk oleh jarum karena terkejut.
Risha menoleh, "Iya, mas. Mesin ini lebih baik."
"Mesin yang di depan sudah ku perbaiki namun mungkin masih sama, karena mesinnya sudah lama."
"Iya, mas. Mesin di sana benangnya cepat putus, suaranya kasar, loncat-loncat jahitannya, dan nggak seenteng mesin ini." Ujar Risha.
"Berarti mesin ini lebih baik ya?" Tanya mekanik itu lagi. Risha hanya mengangguk menanggapinya.
"Kalau begitu mesin ini nanti ditukar saja, ya. Di pindahkan ke depan." Ujarnya.
"Memangnya bisa?" Tanya Risha, bingung.
"Bisa. Nanti mesin depan yang akan dipindahkan ke sini."
Risha mengangguk, "Ooh, baiklah."
Mekanik itu melangkah pergi, sedangkan Risha melanjutkan pekerjaannya.
*****
Sore hari yang Risha tunggu, akhirnya tiba juga. Dengan segera, Risha membereskan barang-barang miliknya dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Semuanya ia masukan kedalam beberapa kolom di tres miliknya.
Dia juga menggantungkan tas selempang miliknya ke tubuhnya. Bel pulang kerja sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, Risha melihat dua mekanik yang tak lain adalah mekanik yang menawarkan mesinnya dipindahkan dan mekanik bernama Andre mendekat ke arah mejanya.
"Mesin ini yang akan dipindahkan?" Tanya Andre.
Mekanik itu mengangguk, "Iya." Jawabnya sambil mulai membuat ancang-ancang menggeser mesin agar lebih mudah untuk mereka angkat nantinya.
"Terima kasih, mas." Ucap Risha. Dia pikir ucapan mekanik tadi siang padanya itu hanya ucapannya belaka, dia sedikit tak menyangka jika mekanik itu benar-benar memindahkan mesinnya ke depan, yang tentunya mesin itu cukup berat karena hanya diangkat oleh dua orang.
Risha jadi mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, para mekanik ini saling membantu untuk mengangkat beberapa mesin jahit entah ke tim mana. "Kemana Mas Malik? Kenapa dia nggak ikut membantu kedua temannya ini?" Batin Risha.

KAMU SEDANG MEMBACA
SCAR (NEW)
Historia Corta"Ngopi!" Seru Malik pada Risha sambil sedikit menunduk untuk mengatasi jari telunjuk Risha yang tertusuk jarum. "Minum kopi!" Seru Malik lagi. Dia tersenyum lebar pada Risha yang masih menatapnya.