00. PROLOG

4.6K 252 90
                                    

Sebelum lanjut,

Usahakan buat tinggalkan jejak ya, berupa vote dan komen yang banyak di setiap Bab nya.

Happy Reading...

Pemakaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemakaman

   Sedari tadi, air mata Aelio tidak berhenti turun. Tangisan pilunya benar-benar menyakitkan untuk di dengar oleh orang-orang. Apalagi setelah jasad kekasihnya itu sudah selesai di kebumikan, tangis Aelio semakin pecah. 

   Tubuhnya bergetar hebat seraya memanggil nama Azila berulang kali dan menyuruhnya kembali.

   Orang-orang disana menatap Aelio prihatin, begitupun dengan kedua orang tua Azila. Mereka bergerak mendekati Aelio yang kini terduduk sambil memeluk erat nisan Azila.

   "Lio—"

   "Lio yang kuat ya nak, Lio harus bangkit. Jangan terlalu larut dalam kesedihan, ikhlaskan Azila ya nak." ujar Ibu Azila, wanita yang sudah tidak muda itu mengelus punggung Aelio yang masih bergetar hebat karena menangisi kepergian Azila yang begitu menyakitkan baginya.

   "Kalau kamu begini terus, langkah Azila bisa berat nak. Ibu dan Ayah sudah mengikhlaskan Azila untuk pergi, sekarang giliran kamu yang harus mengikhlaskan Azila." tambah ayah Azila.

   Aelio menggeleng brutal. Sangat tidak mudah rasanya mengikhlaskan kepergian seseorang yang sangat di cintainya. Tangannya semakin erat memeluk timbunan yang mana ada Azila di dalamnya.  "Nggak mau dan nggak akan bisa Bu, Yah. Cuma Azila yang Lio punya dan sekarang Azila malah ninggalin Lio sendirian. Kalau nggak ada Azila, buat apa Lio hidup, buat apa! Katanya bakalan berjuang sama Lio buat lawan penyakit kita sama-sama. Azila bohongin Lio Bu." bibir Aelio bergetar, tangannya meremas kuat tumpukkan tanah makam Azila.

   "Kenapa orang yang Lio sayangi selalu saja pergi? kenapa Aelio selalu ditinggalkan sendiri oleh orang yang Aelio cintai?"

   Sejak dulu, Aelio kian merasa kalau selama ini semesta tidak pernah adil sekali kepada dirinya. Baik soal keluarga, pertemanan dan juga percintaan. sejak sedari dulu, hidup Aelio tidak pernah jauh-jauh di tinggalkan karena kematian. Semesta selalu saja mengambil lagi dan lagi orang yang dia sayangi. Kemarin orang tuanya, kemarin saudara nya, temannya juga sudah pergi meninggalkan nya dan sekarang Azila, kekasihnya.

    Lantas, setelah ini siapa yang akan di ambil lagi. Jika ada, Aelio berharap dirinya lah yang harus di ambil.


   Satu persatu pelayat mulai meninggalkan makam Azila. Tidak butuh waktu lama, 30 menit setelahnya tempat pemakaman Azila benar-benar sepi karena langit yang semula biru berubah menjadi gelap, pertanda sebentar lagi hujan akan turun.

  Lima menit sebelum nya, kedua orang tua Azila sempat mengajak Aelio untuk ikut bersama mereka untuk meninggalkan kota ini. Akan tetapi Aelio menolak, karena dia tidak ingin jauh dari Azila.

   Ayah dan Ibu Azila tidak bisa memaksa Aelio lagi, mereka hanya berpesan jika Aelio berubah pikiran Aelio bisa menyusul mereka, karena bagaimanapun mereka sudah menganggap Aelio sebagai anak mereka sendiri. Kapanpun Aelio datang, mereka akan menyambut kedatangan Aelio dengan lapang dada.

    Hujan mulai turun membasahi bumi, Aelio mendongakkan kepalanya melihat langit  yang semakin gelap. Aelio membaringkan tubuhnya di sebelah makan Azila, jujur saja penyakitnya yang sama persis seperti Azila kambuh kembali. Harusnya Aelio masih berjuang melawan sakitnya, bersama dengan Azila. Tapi sayang sekali, Azila kalah dengan penyakitnya dan Aelio juga lebih memilih berhenti berjuang melawan penyakitnya.

    Aelio tersenyum ke arah makam Azila di sela sela rasa sakit yang semakin merogoti tubuhnya. Aelio memejamkan mata, merasakan dinginnya tetesan air hujan yang membasahi dirinya.

  "Aku harap air hujan yang jatuh ini bisa bawa aku ke kamu Zil. Jujur, aku nggak sanggup lagi nahan rasa sakit ini—dan rasa sakitnya hidup yang harus aku jalanin tanpa ada kamu di sini—"

   "Zil, aku benar-benar mencintai kamu..."

    Di saat itu juga, kisah hidup Aelio Dewangga yang mencintai Azila berakhir. Jiwa itu telah meninggalkan raganya yang kemungkinan besar orang-orang menganggap Aeilo telah meninggal dunia. Tapi siapa yang akan menduga, sebuah keajaiban bak dunia dalam novel terjadi pada Aelio.

    Di saat dia membuka mata, Aelio Dewangga malah di hadapkan dengan kenyataan kalau dia adalah seorang Ayah yang buruk untuk keempat anaknya. Bisa di bilang bukan anaknya sih, tapi bisa di bilang anaknya juga. Kenapa bisa gitu? karena dia yang mengira dirinya bisa bertemu dengan Azila di dunia selanjutnya malah terlempar entah ke dunia yang mana. Dan sialnya dia malah bertransmigrasi ke raga duda yang memiliki empat anak.

"Bisa apa? bisa gila." ~ Aelio Dewangga

" ~ Aelio Dewangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sampai jumpa lagi di bab selanjutnya...

Aelio : TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang