Sebelum lanjut,
Usahakan buat tinggalkan jejak ya, berupa vote dan komen yang banyak di setiap Bab nya.
Happy Reading...
Perlahan, kelopak mata Aelio mulai terbuka. Napas Aelio terengah-engah, menahan rasa sakit yang luar biasa mucul di kepalanya.
Aelio memaksakan dirinya untuk duduk dan bersandar di dinding belakang nya. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan asing dan juga besar di hadapannya. Ruangan ini begitu mewah dan luas, membuat Aelio merasakan kebingungan yang luar biasa.
"G-ue ini dimana sih sebenarnya?" tanya Aelio kepada dirinya sendiri. Aelio memegangi kepala nya yang berdenyut nyeri dan langsung di kagetkan kalau tangannya yang semula memegangi kepala sudah di penuhi darah.
"D—arah? kepala gue luka ya? tapi kok bisa berdarah gini?" Aelio keheranan dengan kondisinya yang aneh. Bagaimana tidak aneh, Aelio ingat betul kalau dia tidak pernah berada di ruangan ini. Lagipula seingat Aelio, tadi dia berada di pemakaman Azila.
Aelio kembali memegangi kepalanya yang kembali merasakan sakit yang teramat sangat.
"AKHH!"
Rasa sakit di kepala yang tadi sempat berkurang kembali menambahkan rasa sakitnya, bahkan kali ini jauh lebih sakit. Apa yang Aelio rasakan seolah-olah ada sesuatu yang di hantam paksa untuk masuk ke dalam memori ingatannya.
Aelio seakan-akan merasakan kalau ada memori ingatan milik orang lain masuk ke dalam pikirannya dan itu secara acak. Memori yang Aelio lihat sangat beragam, ada berupa canda tawa, kesedihan, ketakutan dan lain sebagainya. Bahkan Aelio tidak bisa menyembunyikan tangisannya, melihat sesuatu yang teramat menyedihkan itu muncul di pikirannya.
Yang paling menyedihkan adalah bagian, dimana seorang pria dewasa yang di panggil oleh keempat anak dengan sebutan Ayah sangat menyedihkan bagi Aelio. Bagaimana bisa, seorang Ayah bersikap sejahat itu kepada anak-anaknya yang masih butuh kasih sayang seorang Ayah. Di ingatannya itu, pria asing itu membiarkan anak-anaknya menangis karena pria itu tidak peduli. Pria asing itu tidak peduli ketika anak-anak itu memohon, terluka dan sakit. Bagi Aelio, sosok yang muncul di ingatannya itu adalah orang tua yang buruk.
Aelio memejamkan matanya sebentar, guna menenangkan dirinya yang tidak kuat melihat semua kesedihan itu. Bahkan Aelio menghiraukan suara langkah kaki serta teriakkan beberapa orang yang semakin lama suara itu semakin mendekat.
✨
Cukup lama Aelio memejamkan matanya, sampai tidak ada sedikit pun suara yang terdengar di telinganya. Aelio heran, kemana suara langkah kaki dan teriakan itu pergi.
"Kemana perginya suara tadi?" gumam Aelio.
Aelio kembali membuka matanya, anehnya bukan ruangan mewah dan luas tadi yang terlihat, melainkan pria yang jauh lebih dewasa dari dirinya tengah berdiri tegap di hadapannya. Pria itu bertubuh tinggi dan juga kekar, serta pria itu mmengenakan pakaian berwarna serba putih tanpa menggunakan alas kaki.
Beberapa detik setelahnya, Aelio baru saja menyadari kalau sekarang dia bukan lagi di ruangan yang tadi, melainkan dia beradab di sebuah taman bunga yang sangat indah dan wangi.
Aelio mencubit pipinya sendiri dan ternyata sakit. "Gue udah mati ya?" tanya Aelio entah kepada siapa.
"Kamu belum mati. Saya yang sudah mati." jawab Pria asing di hadapannya ketus. Pria asing itu menatap Aelio dengan tatapan mata sendu. Membuat Aelio sendiri menjadi bingung serta geli melihatnya. Tatapan aneh seperti apa itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aelio : Transmigration
JugendliteraturAelio Dewangga, seorang pemuda penyayang dan pekerja keras yang harus di tinggal mati oleh kekasihnya yang mengidap penyakit kanker darah. Setelah sepeninggalan kekasihnya, Aelio tidak lagi punya semangat untuk hidup lebih lama. Bahkan berkali-kali...