Suatu sore, Hinata sedang berkumpul dan mengobrol dengan teman satu Timnya, Shino dan Kiba. Ketika tiba-tiba seseorang meraih tangannya.
"Aw.." rintih Hinata.
Seseorang itu menggenggam tangan Hinata dengan kuat dan mulai menariknya dari teman-temannya.
"Oooo terlihat seperti Hinata itu milikmu.." ujar Shino dengan santai
"N-Na..." tanpa sadar Hinata mengira itu Naruto.
Ketika ia hendak mengatakan namanya, seseorang itu tiba-tiba berhenti.
"Kau mengira aku Naruto?"
Hinata menatap seseorang yang menggenggam tangannya, "N-Neji nii-san.."
Hinata merasa genggaman Neji menjadi lebih kuat dan menarik Hinata dengan kasar. "S-Sakit, Neji nii-san.."
Neji menatap tangannya. "Oh, maaf.."
Neji melepaskan tangan Hinata, dan menggenggam tangan Hinata yang lain. Kali ini ia menggenggamnya dengan lembut, tidak kasar seperti tadi.
"A-Ada apa, Neji nii-san?" Tanya Hinata bingung.
"Huh.. tidak bisakah kau berhenti memanggilku kakak? Aku ingin sebentar saja kau melihatku sebagai seorang laki-laki. Bukan layaknya sepupu."
"N-Neji-kun.." entah mengapa perlahan wajah Hinata merona.
Neji hanya menatap Hinata dan tersenyum. Senyum yang tidak biasanya ia tunjukkan kepada orang-orang, bahkan kepada teman-temannya. Senyum yang hanya untuk adik sepupunya, Hinata.
"Sini, duduk.." Neji menyuruh Hinata duduk di sampingnya.
Lalu Hinata duduk di samping Neji.
"N-Neji-kun, apakah ada sesuatu? Nanti orang-orang akan salah mengerti tentang kita.."
"Biarkan saja.." ujar Neji begitu saja. Santai sekali.
Hinata tidak bisa berhenti merona. Seperti sudah otomatis ketika perasaannya sedang bergejolak saat bersama orang yg ia sayang.
"Kau lucu sekali merona begitu.."
Hinata memegang pipinya. Bermaksud menyembunyikan rona di pipinya. Namun tetap saja rona di wajahnya tidak menghilang.
Neji bersandar ke bahu Hinata, tidak peduli tentang tinggi tubuh Hinata lebih rendah darinya. Ia hanya ingin seperti ini.
Hinata yang sadar kalau Neji bersandar di bahunya tidak bisa berbuat apa-apa, tidak mungkin dirinya menghindar, ia tidak mampu mengelak dari posisi ini, ia terlalu nyaman berada di posisi ini, karena sandaran Neji sama sekali tidak mengganggunya. Bahkan ia merasa tenang. Begitu tenang. Dan nyaman.
"Hinata.." bisik Neji yang masih bersandar di bahu Hinata.
"Ya, Neji-kun?"
"Aku punya rahasia.."
"R-Rahasia?"
"Sangat penting. Kau harus mendengarkannya baik-baik.." Neji mendekatkan dirinya dengan Hinata
"A-Aku akan mendengarkannya.."
"Umm, Hinata.."
Hinata bisa merasakan hembusan napas Neji di lehernya.
"Hinata.. aku.. mencintaimu ...."
Hinata begitu terkejut, namun tetap diam.
"Bukan sebagai kakak atau sepupu.. namun sebagai seorang laki-laki..."
Hinata malah sedikit tertawa.
"Apakah ada yang lucu ?!" Wajah Neji merona, ia merasa begitu malu, entah mengapa.
Hinata menatap bola mata Neji, bola mata yang sama dengam bola matanya.
"Umm, kau tahu kan.."
"Apa..." Neji mengangkat kepalanya dari bahu Hinata.
"Umm..."
Kini Hinata yang bersandar ke Neji dan tanpa aba-aba ia langsung mencium kening Neji.
"Aku juga mencintaimu, Neji-kun.."
"H-Hinata-sama .."
Detik selanjutnya Neji langsung memeluk Hinata. Hinata yang dipeluk Neji juga tidak mengelak. Rasanya tidak rela untuk mengelak dari pelukannya. Walaupun hanya sesaat. Tapi itu begitu berarti. Walaupun kenyataannya mereka bersaudara, setidaknya untuk saat ini mereka sepakat untuk melupakannya sejenak.
