Walaupun hati Ken berbunga-bunga karena akhirnya dia dan Naya bisa interaksi lagi setelah hampir dua minggu diem-diem doang kaya sepatu usang. Tapi tetep aja, yang namanya Ken tetep susah cari topik. Akhirnya mereka cuma diem-dieman di mobil.
Bahkan sampai mereka selesai makan siang.
Naya datang ke rumah Ken karena diundang oleh bunda Ken untuk makan siang bersama, yang Naya sendiri tidak tau sebenarnya ini acara makan-makan karena apa.
Gadis itu membantu merapikan meja makan, sambil sesekali memuji masakan bunda Ken yang enak.
"udah sisanya biar tante, kamu ikut Ken aja sana, "
Naya mengangguk, kemudian berbalik ragu. Menatap Ken yang duduk di ruang tengah.
"Ajak ke atas aja Ken! " Seru bunda Ken membuat laki-laki itu tersadar akan eksistensi Naya di ambang pintu yang memisahkan dapur dengan ruang tengah.
Ken berdiri, melambai ke arah Naya bermaksud mengajak. Naya menurut, mengekori langkah kaki laki-laki itu.
Yang dimaksud ke atas itu ternyata ke kamar Ken. Gadis itu masih mengekori Ken yang masuk ke kamarnya, membiarkan pintu terbuka lebar.
Mata Naya tanpa sengaja menangkap beberapa kuas dan cat di pojok kamar itu. Sang empu yang menyadari tatapan tamunya itu bertanya, "mau nyoba? "
"Lu suka ngelukis? "
Ken terkekeh, "suka siih, cuma random aja, " Jawabnya sedikit malu. Dia sebenarnya tidak terlalu mahir.
Kini mereka telah duduk di lantai beralaskan koran. Masing-masing membawa satu sepatu putih untuk di lukis. Karena sama-sama fokus, tidak ada yang membuka percakapan saat itu. Ken merasa terlalu hening, "mau sambil dengerin lagu? "
Naya mengangguk, toh terserah Ken, ini rumahnya.
Pikir Naya laki-laki itu akan menyalakan lagu dari ponsel nya, tetapi Ken malah beranjak, melangkah menuju ujung ruangan. Naya melotot kaget, sekaligus kagum melihat vinyl disana.
"Punya lu Ken? "
Ken mengangguk sebagai jawaban. Sautan kagum Naya setelahnya membuat laki-laki itu menggaruk tengkuk salah tingkah.
Naya menikmati musik yang di putar Ken, sambil sesekali bertanya dimana Ken mendapatkan alat musik itu, hingga dimana ia harus beli piringan kaset.
Cukup lancar. Ken berjanji pada dirinya sendiri untuk berterima kasih kepada sang bunda secepatnya.
^=^
"Mending masuk dulu, hujan nya lebat banget, bawa mobil pun bahaya, " Ajak Naya yang di angguki oleh Ken.
Gadis itu meminta pulang saat menyadari langit gelap sore itu. Firasatnya akan ada hujan lebat hari ini. Benar saja, rintik air mulai berjatuhan bahkan sebelum mereka sampai di rumah Naya.
Ibu Naya menghidangkan teh hangat setelah anaknya mengenalkan teman kelasnya itu. Tidak lupa Ken juga tersenyum kepada ayah Naya yang menyapanya sebentar kemudian berbalik masuk ke dalam.
Ken yang berada di ruang tamu sayup-sayup dapat mendengar lagu yang ayah Naya putar, terdengar familiar. Namun, fokus nya langsung teralihkan saat menyadari banyaknya lukisan yang menghiasi tembok berwarna putih tulang rumah itu.
"Emang suka koleksi ya? "
Naya mengikuti arah pandang Ken kemudian menyadari konteks pertanyaan laki-laki itu, "engga kok, itu gue shameless promotion aja, " Jawabnya terkekeh mengundang raut bingung Ken.
"Lu yang ngelukis? "
Naya mengangguk.
"Aaah makannya tadi gambaran lu bagus banget, "
![](https://img.wattpad.com/cover/345912866-288-k871800.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cordiform | 04Line
Ficção Adolescente(adj.) heart-shaped Everyone has their own story, their own time, and their own decision to make. Kpop idol 04l 01 Agustus 2023- Warn: -Writen in bahasa -fiksi! -harsh word/kata umpatan -all picts cr to the owner/pinterest/twitter