Chapter 1 ; Beginning

98 13 0
                                    

'Sella Adriana, pengacara yang menangani kasus perusahaan dan hak asasi manusia...'

-Sella Adriana-

***

Wanita berambut panjang pirang itu mengangguk pelan pada pria berseragam hijau army yang ada dihadapannya. Jam menunjukkan pukul 11 lewat 10 menit. Terhitung dua jam sudah wanita itu berada didalam ruangan petinggi pengadilan negeri yang akan menjadi tujuan keuangannya beberapa bulan kedepan.

"Untuk menjadi pengacara baru apalagi yang belum pernah menangani kasus jelas ini akan sulit untuk Anda lakukan Nona Sella. Anda yakin dengan ini ??" Ujar pria berseragam hijau army itu pada wanita berambut pirang.

"Untuk menjadi pengacara baru,saya tidak akan memilih kasus yang akan saya tangani pak. Bapak juga tidak perlu khawatir,apapun kasusnya saya akan berusaha dengan baik..." Jelas wanita itu berusaha meyakinkan.

Akhirnya,pria berseragam hijau army itu mengangguk. Memberikan sebuah map berisikan berkas kontrak kerja antara instansi nya dengan wanita dihadapannya ini sebagai seorang pekerja. Pengacara yang berfokus pada kasus perusahaan dan hak asasi manusia.

Sella Adriana.

Uluran tangan diberikan oleh sang petinggi atas bergabungnya Sella dalam instansi pemerintahan mereka.

"Selamat menjalankan tugas Nona Sella,semoga amanah. Jika ada sesuatu yang ingin nona diskusikan, saya senang bisa membantu..." Terang Pak Atha selaku petinggi pengadilan negeri Jakarta.

Sella mengangguk pelan.

"Terimakasih pak,saya permisi..." Ujar Sella dan berlalu dari ruangan besar yan didominasi dengan warna hijau army dan emas.

Menyapa beberapa pekerja dan berakhir berdiri didepan sebuah ruangan berpintu kaca bertuliskan Firma Hukum Jenggala. Firma hukum yang disediakan oleh pengadilan dan bekerja sama dengannya. Menghela nafas sejenak dan membuka pintunya.

Hening. Itu adalah suasana yang menggambarkan ruangan itu. Ada meja berbentuk persegi panjang dengan kursi-kursi berjejer rapi disekitarnya. Mungkin mereka sering memiliki kasus bersama. Juga ada ruangan yang hanya dibatasi dengan sekat per-meja nya. Itu artinya, kebebasan tidak ada disini.

"Nona Sella Adriana SH. MH. ??" Ujar suara dibelakangnya.

Sella menoleh dan mendapati seorang pria mungkin sedikit lebih dewasa darinya 4 sampai 5 tahunan. Sella menunduk sebagai sapaan.

"Saya Cahyo,salah satu pengacara juga di Jenggala. Saya dengar dari Pak Atha bahwa nona adalah salah satu pengacara baru disini,jika ada sesuatu yang ingin nona tanyakan atau diskusikan saya dan teman-teman yang lain siap membantu..." Jelas pria jangkung bernama Cahyo itu.

Sella mengangguk sekali lagi.

"Terimakasih eugh...." Ujar Sella bingung harus memanggil Cahyo apa.

"Panggil aja kak. Senyaman kamu..." Jelas Cahyo ramah.

Sella tersenyum.

"Baik kak,terimakasih..." Balas Sella.

"Sella,ini meja saya dan yang tengah ini meja kamu. Untuk meja lainnya ini sudah terisi,mungkin kita akan dapat ruangan baru jika nanti ada pekerja baru lagi. Kamu tahu sendiri bahwa menjadi pekerja instansi tidak bisa bertindak sembarangan jadi kita nggak bisa terlalu kritis disini..." Jelas Cahyo.

Sella menoleh menatap Cahyo.

"Emmm,kalau boleh tahu,apa kita pernah mendapatkan kasus yang terpaksa ditutup ??" Ujar Sella.

Cahyo mengangguk.

"Tentu saja,instansi butuh uang ekstra dan dana negara tidak akan cukup untuk menutupi ini disaat negara sendiri membutuhkan banyak dana untuk menutup hutang mereka. Jadi..." Ucapan Cahyo sengaja di gantungkan membuat Sella penasaran.

CEO'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang