2

3 1 1
                                    

"Gimana kalau kita garing?" ketika seisi ruangan ramai. Dea malah terlihat gelisah. Seperti tidak yakin dengan dirinya sendiri.


"Kita ke depan buat diri kita sendiri saja, jangan dengar omongan orang lain. Lagipula, kita ke depan disuruh menyanyi bukan melucu," ucapku yang sudah bersiap maju ke depan.


Setelah kehebohan tadi, sekarang giliranku dan Dea yang maju ke depan. Muka Dea pucat, aku tertawa di dalam hati.


Aku tidak memedulikan orang-orang yang ada di depanku. Aku bernyanyi sesuai yang diperintahkan, kemudian mengakhirinya. Aku dan Dea lurus-lurus saja. Tidak ada ekspresi yang berlebih, tidak ada gerakan tambahan, kita benar-benar hanya menyanyi. Terserah mau dinilai bagaimana. Apa peduliku?


"Apa kamu sudah terbiasa ngomong di depan banyak orang?" tanya Dea. Raut wajahnya sudah berbeda. Sekarang terlihat sudah lega. Tidak ada tekanan.


"Tidak,"


"Terus kenapa bisa tidak segugup itu?" tanyanya lagi.


"Kenapa harus gugup? Dibawa enjoy saja, toh, yang lain juga akan merasakan hal yang sama. Iya, 'kan?"


Dea mengangguk. Setuju. Ini anak ada sisi kerennya juga, batinnya dalam hati.


"Tidak usah tertegun begitu," ucapku seakan tahu apa yang ada di dalam pikiran Dea. Aku menahan tawa melihat ekspresi Dea yang agak kaget.


Hari pertama, aku cukup terhibur. Padahal ini adalah gim pertama, aku tahu, masih banyak gim yang lainnya. Semoga tidak membosankan. Iya, karena aku sendiri orang yang paling tidak bisa betah di satu tempat.


"Kenapa ibumu memilih sekolah ini?" tanya Dea di dalam ruangan yang masih ramai oleh suara ketawa teman-teman sekelas, suara sorakan saling meledek satu sama lain.


"Dan kenapa pertanyaan itu ditanyakan kepada aku? Itu kan ditujukan kepada ibuku?" jawabku dengan memberi pertanyaan lagi.


"Enggak salah, sih. Tapi enggak benar juga. Ngeselin!" Dea cemberut.


Entah karena apa, aku selalu suka membuat orang kesal dengan jawaban-jawabanku. Di hari pertama ini, aku banyak mengobrol dengan Dea. Iya, Dea menjadi orang pertama yang mau mengenal orang sepertiku. Yang mana belum genap satu hari, Dea sudah mengeluarkan kata 'ngeselin' kepadaku.


"Habis ini, mau ke kantin bareng?" tanya Dea lagi.


Aku menatapnya, kemudian mengangguk.



Hari pertama di sekolah, mengenal kantin sekolah. Dulu, pertama di sekolah kalian jajan apa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RubikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang