Cerita ini adalah cerita pendek yang hanya berisikan 5 bab saja. Selamat membaca.
****
"Sayang, aku berangkat ke kantor dulu, ya," ujar lelaki berlesung pipi nan tampan.
"Hem. Hati-hati dijalan dan hati-hati saat berkerja," kata sang istri seraya memperbaiki dasi suaminya. "Mau makan siang apa nanti?" tanyanya kemudian.
"Kamu jangan masak. Kemungkinan aku tidak akan pulang siang nanti."
"Karena pekerjaan di kantor lagi?"
"Iya, sayang. Kamu taukan kalau dalam waktu dekat ini perusahaan akan mengadakan acara ulang tahunnya."
Wanita berambut sepinggang itu mengangguk mengiyakan.
"Baiklah. Kamu pergi kerja aja."
Sebelum pergi, ia mengecup pucuk kepala sang istri, lalu mulai melangkahkan kakinya menuju kantornya.
Sesampainya disana, ia masuk ke dalam kantornya sama seperti para karyawan yang mulai berdatangan.
Saat bertemu dengan mereka, Adrian senantiasa membalas sapaan maupun senyuman para karyawan yang menyapanya. Ia bukalah atasan yang dingin maupun cuek. Ia adalah atasan yang ramah pada para karyawannya.
Sesampainya di lantai tempat ruangannya berada, ia sempat terhenti tepat didepan meja sekretarisnya. Ia menduga kalau sekretarisnya itu akan telat lagi hari ini seperti hari-hari yang telah lalu.
Ia menghela napas panjang nan berat, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya.
"Sin," panggil Adrian lewat interkom saat ia baru saja duduk dikursi kebesarannya.
Sinta yang berstatus sebagai resepsionis pun menjawab panggilan Adrian dengan lembut.
"Iya, pak."
"Saat Kayla datang, suruh dia langsung keruangan saya."
"Iya, pak."
Adrian memutuskan sambungan intercom-nya, namun Sinta si resepsionis yang menyukai atasannya itu malah menggerutu tidak suka.
"Dasar pelakor, pak Adrian kan sudah mempunyai istri. Masih aja sengaja datang telat ke kantor agar diperhatikan!"
Tidak lama setelah gerutuan tidak sukanya itu, terlihat seorang wanita terburu-baru masuk ke dalam kantor.
"Kayla," panggil Sinta.
Wanita yang bernama Kayla sontak saja mendekati Sinta.
"Iya, mbak. Ada apa?"
"Kamu dipanggil sama pak Adrian. Katanya, pak Adrian ingin kamu langsung ke ruangannya saja."
Kayla mengangguk mengerti. Ia pun buru-buru masuk ke dalam lift, lalu menekan tombol dimana ruangan atasannya berada.
Sesampainya disana, ia tidak lantas menaruh tas selempangnya di meja kerjanya karena ia harus bergegas ke ruangan Adrian. Atasannya yang begitu menawan hati.
Ia mengetuk pintu bercat putih itu. Sesaat kemudian ia mendengar kata masuk dari dalam, ia pun memutar knop pintu dan melangkahkan kakinya - menuju atasan yang pandangan matanya tidak pernah lepas darinya saat ia baru saja masuk.
"Maaf, pak. Saya telat lagi," katanya begitu pelan.
Adrian melihat wanita didepannya dengan pandangan tak terbaca. Sedetik kemudian, ia berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekati Kayla, sekretaris yang baru dipilihnya belum lama ini.
"Kamu pasti buru-buru kesini," katanya pelan seraya menghapus peluh di dahi Kayla dengan sapu tangannya.
Kayla menggelengkan kepalanya pelan, lalu tangannya hendak terulur untuk menganggam tangan Adrian. Namun belum sempat tangan mereka saling bersentuhan, sudah lebih dahulu pintu bercat putih itu terbuka lebar-lebar menampilkan sosok wanita yang terkejut tidak menyangka.
"Maaf, pak. Saya dari tadi sudah mengetuk pintu, tapi tidak ada sahutan dari bapak. Melihat pintu sedikit terbuka, saya pun langsung masuk saja."
"Tak apa. Apa yang kamu bawa?"
"Saya membawa dokumen keuangan minggu lalu, pak."
"Taruh di meja saya saja."
"Tapi ada sedikit yang ingin saya perlihatkan sama bapak."
Adrian mengangguk.
Lalu dengan kaki gemetar, Farah - karyawan Adrian dibagian keuangan langsung saja mengikuti perkataan Adrian.
Kayla yang masih ada disana pun, pamit undur diri lebih dahulu. Ia tau, Adrian hanya ingin melihanya saja, bukan untuk menghukumnya karena telat masuk kantor.
Tidak lama setelah kepergiannya, terlihat Farah keluar dari ruangan atasan mereka juga.
Tidak lantas pergi dari sana, Farah malah berjalan ke arah Kayla dan berhenti tepat di meja kerja Kayla, hingga membuat Kayla mendonggakkan wajahnya nan mengernyit heran.
"Ada keperluan apa, mbak?"
"Ada keperluan apa katamu?" ujar Farah dengan emosi yang sengaja ia tahan. "Kamu yang ada keperluan apa sama pak Adrian! Kamu sadar ngga sih, pak Adrian itu sudah mempunyai istri."
"Apa maksud, mbak?"
"Pura-pura tidak tau. Apa kamu mau jadi pelakor, hah?" sinis Farah seperti memandang rendah Kayla.
"Mbak salah paham."
"Salah paham dari mana, saat aku tidak sengaja melihat kamu mencoba menggoda pak Adrian?"
"Mbak ...."
Perkataan Kayla terpotong dengan ucapan Farah setelahnya.
"Aku aduin nanti, biar kamu tau rasa."
Setelah mengatakannya, Farah pun berlalu dari sana. Ia begitu tidak terima kalau Kayla mendekati Adrian-nya.
---
Siang harinya, Adrian keluar dari ruangan kerjanya karena perut yang sudah meminta jatah padanya. Saat pandangan matanya tidak sengaja melihat Kayla, ia mengernyit heran saat ia tidak sengaja mendapati Kayla sedang terdiam sendiri, seperti sedang melamunkan sesuatu.
Perlahan-lahan Adrian melangkahkan kakinya menuju sosok wanita yang belum menyadari keberadaannya itu.
"Kay," panggil Adrian. Namun Kayla masih belum menyadarinya.
"Kay," panggil Adrian lagi seraya memegang tangan Kayla.
Kayla tersentak kaget.
"Kenapa melamun, hem?"
"Tidak ada apa-apa, pak. Ada yang bapak butuhkan?" tanya Kayla.
"Tidak ada. Ini sudah waktunya makan siang," katanya seraya menujukkan jam tangannya didepan Kayla. "Bagaimana kalau kita pergi makan siang dulu. Kebetulan hari ini aku mempunyai teman yang baru saja membuka restorannya. Dia juga memintaku datang ke sana. Kamu mau ya," ajaknya.
"Terima kasih atas ajakan bapak. Tapi saya makan di kantin kantor saja," tolaknya halus karena ia tidak ingin kalau karyawati lainnya menanggap dirinya sengaja mendekati Adrian.
"Ayo temani aku, hem," bujuk Adrian pelan dan lembut membuat Kayla tak kuasa tidak mengangguk mengiyakan.
"Baiklah. Ayo! Aku tau kamu sudah lapar."
Kayla tersenyum. Ia tidak pernah menyangka kalau Adrian akan begitu perhatiannya padanya.
Adrian pun mengambil tangan Kayla untuk digenggamnya selama mereka berjalan, namun baru saja beberapa langkah, Kayla malah menghentikan langkah kaki mereka.
"Pak," panggil Kayla pelan membuat Adrian menoleh.
"Hem. Kenapa?"
"Aku rasa ada baiknya kalau kita berjalan tidak saling bergandengan tangan."
"Kenapa emangnya?"
"Tidak terbiasa saja," kata Kayla yang sengaja memilih alasan lain dari pada mengatakan kalau ada orang yang akan mengomentarinya lagi.
"Tak apa, ayo," katanya seraya menakup wajah Kayla.
To Be Continued
Bagaimana kelanjutan hubungan mereka brrdua depannya?
By Zona Novel Romantis
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pelakor ( Cerita Pendek )
Short StoryKania, buatkanlah seorang pelakor seperti yang telah di tuduhkan oleh teman kantornya.