Bab 2. Awal Pertemuan

48 4 0
                                    

"Aku rasa ada baiknya kalau kita berjalan tidak saling bergandengan tangan."

"Kenapa emangnya?"

"Tidak terbiasa saja," kata Kayla yang sengaja memilih alasan lain dari pada mengatakan kalau ada orang yang akan mengomentarinya lagi.

"Tak apa, ayo," katanya seraya menakup wajah Kayla.

Kayla diam. Ia tidak ingin mengikuti ucapan Adrian.

Adrian menghela napas panjang nan berat. "Baiklah." Ia menyerah pada sosok wanita cantik didepannya. Tidak lama setelah itu, mereka pun berjalan bersisian menuju lift.

Sesampainya mereka dilantai bawah, para karyawan yang tidak sengaja bertemu dengan mereka, membuat Kayla risih. Risih karena pandangan mereka padanya.

Untung saja dirinya dan Adrian tidak saling bergandengan tangan. Kalau tidak, entahlah cerita apa yang akan didengarnya nanti.

***

Sore harinya, Kayla begitu sibuk dengan pekerjaannya. Namun Adrian selalu saja menganggunya dengan memanggilnya masuk ke dalam ruangannya tanpa alasan yang jelas.

"Apalagi, pak Adrian!" katanya mulai kesal.

"Aku rindu."

Kayla menghela napas panjang. Mencoba menenangkan perasaannya yang mulai kesal.

"Aku masih banyak kerjaan, pak. Aku tau Anda rindu, tapi Anda harus tau tempat dan waktunya."

Adrian lantas bergegas menghampiri Kayla, lalu menakup wajah ayu Kayla.

"Entah mengapa akhir-akhir ini aku begitu rindu, padahal kita sangat dekat."

Kayla terkekeh. "Dasar gombal. Gara-gara bapak, aku sudah dikatakan wanita yang tidak ...."

Perkataan Kayla terpotong karena Adrian menempatkan jari telunjuknya dibibir Kayla.

"Kamu wanita yang sangat baik yang pernah ku kenal."

Adrian lalu teringat saat pertama kali mereka bertemu.

Kala itu, Adrian sedang berkunjung disalah satu panti asuhan yang ada di kotanya. Ia mengunjungi panti asuhan itu karena ingin memberikan sumbangan disana.

Saat ia hendak beranjak pergi, tanpa sengaja matanya menangkap sosok wanita berambut sebahu sedang menyuapi salah seorang anak kecil. Ia tentu saja tersentuh melihat kedekatan wanita dan anak itu.

Pada minggu berikutnya, ia datang kembali untuk memberikan sumbangannya. Lagi dan lagi ia melihat wanita dengan rambut sebahu itu.

Karena penasaran, Adrian lantas bertanya pada ibu panti disini.

"Oh, itu .... gadis itu namanya Kayla. Dia sering datang kesini hampir tiap hari," jelasnya. "Kemari, biar saya kenalkan. Siapa tau kalian bisa bekerja sama nantinya. Dia gadis yang baik dan ramah. Dia juga gadis yang mudah akrab dengan orang lain. Mari saya kenalkan."

Adrian mengangguk pelan dengan antusias yang tinggi karena ibu panti ini ingin memperkenalkannya dengan sosok wanita berwajah teduh dan baik hati.

"Nak Kayla," panggil ibu panti pada Kayla yang sibuk menemani anak-anak panti bermain.

"Iya, bu." Kayla lantas mendekat.

Setelah Kayla sampai didekat ibu panti dan Adrian, ibu panti pun memperkenalkan mereka berdua.

"Dia nak Adrian. Mulai saat ini, nak Adrian telah menjadi donatur tetap panti asuhan ini."

Kayla tersenyum. Ia lalu mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Adrian.

"Kayla," katanya memperkenalkan diri.

"Adrian."

Adrian sontak merasakan getaran aneh saat mereka berjabat tangan. Namun hal itu tidak bertahan lama saat Kayla lebih dahulu menarik tangannya.

"Ibu harap kalian bisa bekerja sama untuk membantu anak-anak panti disini," ujar ibu panti bergantian melihat Kayla dan Adrian.

"Ibu tenang saja. Kayla pasti akan membantu."

Sejak saat itu, hubungan Kayla dan Adrian terus berlanjut hingga menjadi atasan dan sekretaris.

"Jangan memujiku," kata Kayla memukul pelan dada Adrian.

"Benar, sayang. Mana bisa aku bohong sama kamu."

"Ya ... ya. Aku percaya. Baiklah. Aku mau lanjut kerja dulu. Dan jangan nge-gombal lagi," ujar Kayla membuat Adrian terkekeh, namun pada akhirnya mengikuti ucapan Kayla juga.

***

Hari telah malam saat Adrian pulang ke rumah. Dengan dasi yang sudah tidak beraturan dan wajah yang lelah. Ia langsung saja berjalan ke arah wanita yang sudah dinikahinya setahun belakangan.

"Aku pulang," katanya lesu seraya memeluk wanita yang sedang asik memasak itu.

Perlahan wanita berambut sepinggang itu berbalik. Ia lalu mengusap pelan wajah Adrian, seperti hendak menghilangkan rasa lelah yang hampir terlihat jelas diwajahnya.

"Mbak Mir ...," panggilan tertahan dari seorang gadis yang baru masuk ke dapur. "Maaf, aku sepertinya salah waktu," kekehnya. "Kalau begitu, nanti aku kembali lagi."

"Eh, jangan. Sini bantuin mbak. Mas kamu udah mau ke kamar kok."

"Sayang ...," rajuk Adrian seperti anak kecil yang mainannya diambil oleh seseorang.

"Jangan seperti anak kecil. Malu tau dilihat sama adik kamu."

Adrian memanyunkan bibirnya. Ia lalu berbalik melihat sang adik yang tertawa geli.

"Mas kurang kerjaan saja," komentar sang adik.

Adrian lalu pergi meninggalkan kedua wanita yang mulai sibuk membuat kue.

Lama menunggu dikamar sendirian, akhirnya pintu kamar itu terbuka juga. Menampilkan sosok wanita yang sudah dari tadi ditunggu oleh Adrian.

"Kenapa lama sekali?" komentarnya.

"Baru juga beberapa menit."

"Tapi aku sudah rindu," katanya manja.

"Aku juga."

To Be Continued

Bagaimana kalau hubungan Kayla dan Adrian ketauan?

By Zona Novel Romantis

Aku Bukan Pelakor ( Cerita Pendek )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang