Part. 11

9.9K 54 0
                                    

Author POV.

Friska masuk kedalam kamarnya dengan Fisik dan hati yang lelah setelah saling beradu kebencian dengan Carly di ruang makan tadi.

"Seharusnya aku memang tidak makan satu meja dengan cacing tanah itu" gumam geram.

Lina, Bella dan Ema hanya menundukkan kepala mereka dengan bahu bergerak berusaha mati-matian menahan tawa mereka.

Baru kali ini ada orang Berani mengatai tuan besar termuda mereka secara terang-terangan.

"Hhmm...nyonya apa ingin di bawakan Desserts yang di buat koki ke kamar anda" kata Ben sambil menatap tajam ketiga pelayan muda yang kini bertugas menjadi pelayan utama Friska.

Otak lambat Friska langsung memproses arti kata Desserts.

"Apa itu kue ?" Tanya Friska tidak yakin.

Dia akan malu jika arti Desserts yang dia pikir kue ternyata bukan.

"Iya nyonya, itu kue coklat dengan lapisan cream susu manis di lapisi stroberi segar yang meleleh di dalam mulut. Perpaduan terbaik antara manis dan segar serta nikmat susu yang tidak bisa di bantah" kata Ben melebih-lebihkan agar suasana hati Friska yang buruk menjadi lebih baik.

Air liur Friska hampir saja mengalir keluar saat mendengar kata-kata Ben.

"Apa itu sangat enak ?" Tanya Friska.

"Sangat enak, bukan saya menyombongkan diri tapi anda bisa yakin dengan kata-kata saya setiap Desserts yang di buat oleh koki rumah ini akan terasa seperti jamuan mewah di pesta format para bangsawan Eropa dan inggris" kata Ben percaya diri.

"Tentu saja aku mau, tolong bawa kue itu kamar ku" kata Friska semangat sambil berjalan kearah meja teh kecil yang memang di persiapkan tuan Andreas khusus untuk Friska jika ingin minum teh di sore hari.

"Ema siapkan Tea Tieguanyin dengan beberapa Desserts" perintah Ben.

"Tea Tieguanyin ? Itu Tea apa ?" Tanya Friska penasaran.

"Itu Tea campur antara Tea hitam dan hijau yang difermentasi hingga memiliki rasa kastanye yang cocok untuk lidah perempuan" kata Ben.

"Keren aku belum pernah mendengar nama tea itu" kata Friska kagum.

"Tea ini hanya bisa order khusus karena sulit di tanam, Tea ini juga berasal pegunungan Kabupaten Anxi di Provinsi Fujin, China dengan harga 3000 Dollar perkilogram" kata Ben.

"3000 Dollar ? Kalau di rupiahkan itu berapa harganya ?" Tanya Friska.

Dia memang tidak Dollar berapa harga Dollar jika di tukar dengan rupiah.

"3000 Dollar sama dengan 43 juta rupiah" jawab Ben lugas.

Bruk...

Friska terjatuh dari bangkunya dengan tubuh gemetar dan mata melotot.

Dan bibir yang megap-megap seperti ikan gumpal yang di bawa ke darat.

Ben, Lina dan Bella kompak berteriak saat melihat Friska jatuh dengan wajah pucat.
"NYONYA"

"Nyonya apa anda baik-baik saja ?" Tanya Ben khawatir.

"3000 dollar 43 juta"

Grep....

Friska menggenggam tangan Ben dengan erat dengan mata penuh antisipasi seperti hewan kecil yang sedang waspada.

"1 juta Dollar berapa itu kalau di tukar dengan mata uang Indonesia ?" Tanya Friska panik.

Ben yang melihat tatapan penuh antisipasi dan cemas dari nyonya mudanya membuatnya takut untuk bicara.

Untuk pertama kalinya sejak dia menjadi kepala pelayan resmi di Mension ini sejak dia berusia 25 tahun baru kali ini merasa takut untuk mengambil keputusan dalam berbicara.

"S-sekitar 14 miliar rupiah" Jawab Ben takut.

Bruk....

Friska duduk kembali di bangkunya dengan kaki gemetar dan pandangan kosong.

"14 miliar, setiap satu suamiku akan memberikan ku uang 14 miliar setiap bulannya" gumam Friska.

Friska mengutuk dirinya sendiri dengan keras, bagaimana bisa dia berpikir jika 1 juta Dollar yang tertera di kontrak pernikahan nikah sama dengan 5 juta rupiah.

"Nyonya apa anda baik-baik saja, Lina cepat panggil Dokter Albert" perintah Ben.

Apa 1 juta Dollar itu termaksud penipuan jika dia mengambilnya ?

Otak Friska benar-benar tidak bisa menampung informasi yang baru saja dia terima.

"ADA APA INI ?" Chaiden yang bingung dengan kepanikan para pelayan langsung berjalan kearah kamar Friska.

Dia menatap kearah Friska yang duduk di meja Tea yang juga menatapnya dengan pandangan nanar dan air mata yang mengenang di bawa kelopak matanya yang besar.

"Ada apa Friska ?" Tanya Chaiden cemas.

Dia khawatir Friska sakit di saat kedua kakaknya tidak ada di rumah, bagaimana nanti dia harus menjelaskannya jika sampai Friska kenapa-kenapa.

"Aiden apa aku mencuri dari mu ?" Kata Friska pelan sangat pelan hingga Chaiden harus hati-hati mendengarnya.

"Apa ? Kenapa kau berpikir seperti itu ? Apa ada orang yang memberitahu hal-hal aneh ?" Tanya Chaiden.

"Satu juta Dollar yang ada di kontrak itu, kalian memberikan ku 14 miliar secara cuma-cuma setiap bulan, jelas-jelas aku sedang mencuri dari mu sekarang. Iya kan ?" Kata Friska.

"Hah....

Chaiden menghelai nafas panjang, sekarang dia tahu kenapa Friska bersikap seperti ini.

Chaiden duduk di depan Friska tangan besar dan kekarnya menggenggam tangan Friska dengan lembut dan hangat.

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan tapi kamu salah Friska, ini bukan pencurian sejak awal aku dan ketiga saudara ku sudah memutuskan dengan matang sebelum mencantumkan nominal yang harus kami berikan padamu setiap bulannya" kata Chaiden.

"Mungkin bagi mu 1 juta Dollar itu sangat besar tapi bagi kami anak-anak keluarga Bavol 1 juta Dollar bukan apa-apa itu hanya selembar kertas yang tidak terlalu berharga nominalnya untuk kami" kata Chaiden santai.

Friska ? O_O

"Tidak berharga apa kamu tahu 14 miliar itu uang yang sangat besar Aiden, kau bisa membeli hektaran tanah luas atau rumah mewah di Jakarta atau di Bali dan Lombok" kata Friska.

"Lalu ? Aku bisa menghasilkan 1 juta Dollar dalam hitungan jam setiap harinya" kata Chaiden santai membuat mata Friska melotot kaget.

"Udah jangan pikirkan itu lagi, jika kamu memberikan mu segitu kamu cukup terima saja. Kami bukan orang bodoh yang akan menyerahkan uang secara cuma-cuma dengan nominal ber jika itu merugikan kami nantinya" kata Chaiden.

Friska terdiam dia merenungi kata-kata Chaiden dengan serius.

"Iya...ya bener juga, mana mungkin mereka memberiku uang sebanyak itu jika mereka merasa rugi" gumam Friska yang masih di bisa di dengar oleh Chaiden.

Chaiden terkekeh kecil sambil berjalan keluar dari kamar Friska.

"Tidak perlu panggil Dokter Albert, cukup sediakan Tea dan cemilan saja untuk Friska" kata Chaiden pada Ben.

"Baik tuan besar keempat" kata Ben.

Hah...

Ben menghelai nafas lega, untuk sesaat di merasa jika jantung berhenti berdetak tadi.

Tapi untung semuanya baik-baik saja, mulai sekarang dia harus lebih hati-hati saat memberi informasi apapun untuk Nyonya atau jantung akan benar-benar berhenti berdetak.

........

TBC

Hasrat Seksual series fat girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang