Ravin berlari mengikuti langkah para petugas Rumah sakit seraya terus menggenggam tangan Abian yang kini berada diatas blangkar. Dalam hatinya ia terus merapalkan Doa untuk keselamatan Adiknya.
Jauh dibelakangnya, Nevan dan Alesya ikut berlarian disepanjang koridor Rumah sakit. Tak jarang mereka menubruk orang atau suster yang berlalu lalang disana. Yang mereka pikirkan sekarang hanyalah keadaan Abian.
"Tolong semuanya tunggu diluar!" -ucap suster lantas menutup pintu ruangan dengan rapat.
Ravin seketika terduduk lemas di lantai tepat saat pintu didepannya tertutup. Wajah kesakitan Abian masih terekam jelas diingatannya. Abian bahkan menggenggam tangannya erat sepanjang perjalanan menuju Rumah sakit.
"Vin."
"Ian, lo harus kuat gue mohon..." -lirih Ravin menatap kedua telapak tangannya yang berlumuran darah Adiknya.
Nevan seketika langsung mengusap bahu Ravin berusaha memberikan pemuda itu semangat. "Vin, kita berdoa semoga Abian baik-baik saja."
Sementara itu Alesya mencoba menahan tangisnya melihat kondisi Abian. Ia masih ingat rasanya berada diposisi Ravin saat ini. Melihat orang yang disayang bersimbah darah didepan matanya itu merupakan trauma yang sangat berat baginya. Alesya ingat bagaimana Sang Ibu kecelakaan mobil dulu bersamanya.
"Ayah lo udah dihubungin?" -tanya Nevan yang langsung direspon gelengan oleh Ravin.
"Biar gue telfon. Lo bangun dulu, jangan duduk disini," -Nevan menuntun Ravin untuk duduk disamping Alesya.
"Sya, gue titip Ravin," -ucap Nevan lantas meninggalkan keduanya keluar.
Terdengar helaan nafas kasar yang keluar dari mulut Ravin. Pemuda itu mengusap wajahnya asal dan kembali menundukkan kepalanya merutukki kesalahannya. Andai saja dia tak menolak ajakan Abian untuk berangkat bersama mungkin kecelakaan ini tidak akan terjadi. Tapi nasi sudah berubah jadi bubur, Ravin tak bisa mengubah apa yang sudah terjadi sekarang.
Tak lama datang seorang wanita meneriaki nama Ravin. Langkahnya tergesa gesa menghampiri Ravin yang kini mematung ditempatnya. Lantas wanita itu menarik tangan Putranya untuk berdiri.
"Bunda?"
PLAKKK!!
"DASAR ANAK GAK TAU DIRI!!!" -bentak wanita itu, Ibu kandung Ravin dan Abian.
Alesya terkejut melihat kedatangan Ibu Ravin yang tiba tiba dan langsung menampar Ravin didepan matanya.
"KAMU APAIN ANAK SAYA RAVIN?!!" bentak wanita itu kini memukul putranya berulang kali.
Kaki Alesya berniat melangkah maju pun ditahan oleh Ravin yang memintanya untuk tak mendekat.
"Bunda tau darimana?" -tanya Ravin masih tenang. Susah payah ia menahan emosi untuk tak melukai Sang Ibu. Sebenci apapun Ravin pada Ibunya, tak bisa dipungkiri bahwa wanita itu sosok yang telah melahirkan nya dan Abian.