"Ayahh!!!!! Adek bandel!!!"
"Uuuuu aduan uuuu!"
"Heh monyet!"
"Abang mulutnya!!"
"Iya maap!!! AAAAAAAAA IBUN!!"
"HAHAHAHHAHA!"
"..."
"..."
"Kok mereka diem?" -tanya Ibun menghentikan aktivitas memotong sayurnya.
Dava turut ikut menatap lantai atas yang semula bising kini hening bagai tidak ada penghuni.
"Ravin!"
Keduanya berlarian ke arah tangga dengan tergopoh gopoh sembari membuka satu persatu kamar mencari dimana anak anak mereka berada. Hingga pada pintu paling ujung milik si Bungsu, keduanya kembali mendengar pekikan dari Ravin.
Brak
"Kalian-"
"HWAHAHAHAHA!!!"
"ANJIR PERSIS BENCONG DEPAN SEKOLAH!"
"ABIAN BANGSAT!!!"
Bruk
Brak
Prang
Dava maupun Alula seketika menjatuhkan rahang mereka melihat Abian yang berlarian dikejar oleh Ravin yang sudah penuh dengan lipstik diwajahnya. Sementara itu Alesya tertawa terbahak bahak diatas kasurnya dengan bibir yang full lipstik. Sudah dipastikan mereka sedang bermain main kali ini.
"Ibun!!" -Abian menubruk tubuh Sang Ibu lantas bersembunyi dibalik tubuhnya.
"Sini lo!!" -amuk Ravin yang langsung ditahan oleh Dava.
"Sabar... Istighfar..." -tutur Dava mengusap dadanya lantas diikuti Ravin.
"Astaghfirullahalazim...."
"..."
"HAHAHAHHAHA!!!"
"AAHH AYAH!" -Rengek Ravin kesal mendengar suara tawa Dava.
"Kalian lagi ngapain sih? Bukannya siap siap sekolah malah main main," -tanya Alula sontak membuat Dava dan kedua buntutnya berbaris rapi didepan Alula.
Walahhh ngamuk nih.
Alesya?
Santai aja sih, dia dah biasa liat nyonya ngamuk. Dia bagian ketawa dikasur doang.
"Maaf Ibun, janji gak bakal ulangi," -ucap Abian.
"Iyalah wong udah-"
"Ravin..." -Alula menatap Ravin tajam.
"Iya siap salah Ibun..." -Ravin langsung menutup mulutnya kembali.
"Sini," -Alula menarik Ravin untuk berdiri dihadapannya.