Prolog

27 1 0
                                    

23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23.34

Mansion Keluarga Frans. Cerah.

Malam yang kelam menghantui kekaisaran Moniyan. Mansion Keluarga Frans kini telah lepas dari penjagaan. Seorang pria pembawa kematian menerobos masuk setelah membunuh para penjaga secepat kilat dan tanpa menyisakan sedikitpun rintihan. Darah menggenang di sekitaran mayat, memantulkan cahaya bulan yang hanya menyaksikan, tetapi tak mengatakan apa-apa.

Pria itu berjalan tanpa derap langkah kaki, menyusuri lorong demi lorong mansion yang dihiasi oleh banyak lukisan serta karpet merah. Ia bak bayangan yang merayap di langit-langit rumah. Tidak ada orang yang terganggu sedikitpun ketika pria berjubah itu melewati kamar mereka, tanpa meninggalkan jejak berdarah. Di ujung lorong, ia sampai di depan sebuah pintu. Di balik pintu itu, terdengar suara anak kecil yang berteriak. Dari getaran suara dan kata-katanya, sepertinya anak itu tengah merengek seraya menolak untuk melakukan sesuatu. Aura ketakutan terpancar di balik nada bicaranya yang sok kuat.

Pria itu mengeluarkan sepasang belati dari jubahnya. Tatapannya bertambah tajam seraya ia menatap pintu kamar.

*

Aku melihatnya.

Aroma darah menyeruak ketika pintu kamar dibuka. Seorang pria berjubah dan berpenutup wajah masuk dengan sepasang belati di kedua tangannya. Pembunuh. Meskipun hanya pernah mendapatkan informasinya dari buku, aku yakin bahwa orang seperti inilah yang disebut sebagai "pembunuh".

Tubuhnya tinggi. Langkahnya sunyi. Meskipun gelap, dari celah di antara pintu lemari, aku tahu bahwa sedikit lagi, pencabutan nyawa akan terjadi.

Seorang pria jatuh bersimpuh tak jauh dari lemari tempatku bersembunyi. Seolah ia terkena tonic immobility, suaranya tidak keluar, kakinya bergetar. Pria itu lantas mengerahkan sisa tenaganya untuk memohon.

"Kumohon, jangan bunuh aku! Aku- aku memiliki anak yang harus kuberi makan dan istri yang sedang hamil. Kumohon!"

Pria itu lantas menunduk dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas karpet merah kamar. Aku masih memerhatikan sang pembunuh. Tanpa sadar, aku memegang dada tempat dimana jantungku tertanam. Mataku melebar. Sepertinya, ketakutan ini membuatku dapat mendengar detak jantungku sendiri.

Mata silver sang pembunuh tidak menampakkan tanda-tanda perubahan.Tiba-tiba, leher pria itu telah robek. Darah memancar begitu deras dari luka yang lebar dan dalam tersebut. Bau anyir darah seketika memenuhi kamarku. Aku menutup mulut.

Jantungku berhenti ketika mata pria itu bersitatap dengan mataku. Ia menyadari keberadaanku.

Aku terpaku. Tatapannya itu... seolah aku tidak sedang menatap pembunuh, melainkan kematian itu sendiri.

*

Don't forget to vote, babe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't forget to vote, babe. See you~

I Fall Into Dangerous You [Gusley MLBB Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang