Sebuah senyum cantik terpatri pada bibir perempuan yang kini tengah mengamati sebuah foto seorang lelaki tampan dengan usia yang sudah memasuki kepala tiga, tengah menggendong balita laki-laki yang sangat mirip dengan lelaki dewasa tersebut. Perempuan itu mengusap wajah tampan itu dengan lembut pada layar ponselnya. Mata perempuan itu berbinar terang, dengan teliti mengamati setiap detail yang ada pada foto tersebut, menyimpannya dalam-dalam sembari merapalkan doa berharap malam nanti lelaki di dalam foto itu adalah tokoh utama dalam bunga tidurnya.
Andino Mahendra.
Perempuan itu lagi-lagi menyebut nama lelaki dewasa dalam foto tersebut dengan penuh cinta. Seorang lelaki yang merupakan adik dari istri kakak Ayahnya. Mereka berdua punya hubungan yang baik, bahkan sangat baik dalam dua tahun belakangan ini.
Sudah hampir satu minggu dia tidak bertemu dengan om Dino. Lelaki itu ada tugas dinas ke luar pulau untuk mengurus cabang baru dari perusahaan keluarga Mahendra yang membuatnya harus menghabiskan beberapa hari untuk merampungkan urusannya itu. Walau jarak yang jauh terbentang di antara keduanya, komunikasi yang terjalin cukup baik, awalnya, hingga belakangan ini om Dino menjadi susah dihubungi karena kesibukan lelaki itu. Tapi perempuan yang sudah dibutakan oleh cinta itu mencoba memahami.
Sepuluh menit yang lalu, dia baru saja melakukan panggilan video dengan om Dino, menghabiskan beberapa menit untuk membahas hal-hal tidak penting yang terjadi hari ini. Itu adalah rutinitas yang entah bermula dari kapan selalu mereka lakukan.
Suara pintu kamar yang berderit membuat perempuan dalam balutan piyama tidur pendek itu lekas mematikan ponselnya.
"Kali ini gue nggak ganggu 'kan, Dev?"
Seorang lelaki yang menyandang marga yang sama dengannya itu memasuki kamarnya dan dengan santai mendorong dirinya ke tengah kasur lalu merebahkan tubuh di sebelahnya.
Dev, adalah nama panggilan dari Deva Kinta Dewangga. Perempuan berusia 20 tahun itu mendengus dan dengan kesal menendang pinggang kembarannya. Deva lalu meraih sebuah novel yang ada di nakas samping tempat tidurnya, membuka pada halaman yang sudah dia tandai dan melanjutkan membaca.
Merasa diabaikan, Dava, kembaran Deva dengan beda usia sepuluh menit lebih tua itu berdecak. Deva selalu saja mengabaikan dirinya. Padahal dulu mereka teramat dekat. Selalu melakukan berbagai hal bersama, berbagi suka dan duka, tidak pernah ada rahasia di antara mereka. Namun justru ketiadaan rahasia di antara mereka itulah yang membuat Deva pada akhirnya menjauhi Dava setelah perempuan itu mengaku untuk pertama kalinya menyukai seorang laki-laki dan orang tersebut adalah om Dino, seorang duda dengan anak satu yang ditinggal mati istrinya saat melahirkan Nino, putra om Dino yang lahir empat tahun lalu.
Dava tentu saja menentang perasaan Deva. Dia bersikeras meyakinkan Deva bahwasannya rasa yang tengah melanda Deva hanyalah kekaguman semata, tidak ada cinta di antara mereka. Deva masih terlalu kecil untuk tahu apa itu cinta dan tentu saja, Dava melakukan itu untuk kebaikan Deva.
Karena Dava tahu, Deva bukanlah perempuan yang bisa bersanding dengan om Dino, lelaki dewasa yang pernah ditemuinya di club dengan dua wanita menemani.
Maka dari itu, Deva yang tidak terima dengan penolakan Dava marah besar dan mendeklarasikan permusuhan di antara keduannya. Deva berhenti berbagi rahasia pada Dava, berhenti melakukan banyak hal bersama seperti berhenti bermain bersama, bepergian bersama, membatasi interaksi antara keduanya bahkan untuk mengobrol saja mereka sudah jarang melakukannya dalam setahun terakhir ini.
Ratu dan Rangga, orang tua Deva dan Dava sampai dibuat tercengang dengan tingkah keduanya yang setiap kali bertemu bak musuh abadi padahal dahulu mereka sangat kompak dan harmonis. Tidak pernah ada pertengkaran di antara keduanya. Dava yang selalu mengalah dan Deva yang pengertian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins (21+)
RomanceDeva mencintai om Dino, duda beranak satu yang sudah berkepala tiga. Perempuan itu mencoba mengambil hati om Dino dengan segala cara. Dava yang mengetahui perasaan adik kembarnya itu tentu saja menentang keras karena om Dino tidak sebaik kelihatanny...