5). Misunderstanding

20.6K 1.6K 12
                                    

"KETERLALUAN!"

Saras yang tengah tertidur lelap sampai terlonjak bangun dari tidurnya saat mendengar suara keras itu. Suara Duke Juan Kaialan menggema di dalam kamar. Suaranya bahkan mampu membuat hampir semua penghuni mansion bermunculan, dan berkumpul diluar pintu kamar utama itu.

Dengan kedua tangan terkepal dan rahang tegang, Juan mendekati Saras yang semula tengah tertidur pulas dengan seorang laki-laki. "Kau menyembunyikan di dalam kamar?"

Meski penerangan di dalam kamar hanya berupa lampu yang temaram, Juan yakin bahwa sosok di sebelah istrinya adalah seorang laki-laki.

Sementara Saras yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya jelas terkejut dengan tuduhan itu. Lagi-lagi dia dituduh berselingkuh. "A-apa maksud Anda sebenarnya? Sudah saya bilang saya tidak...."

"Kau tidak perlu lagi mengelak, Helena. Sudah jelas laki-laki ini...."

"Ayah?"

Klik.

Juan tidak jadi melanjutkan bicaranya saat menemukan laki-laki itu terbangun. Kedua bola mata Juan sukses membola saat menemukan Caesar—putranya yang ternyata terbangun diatas ranjang itu bersamaan dengan lampu kamar yang dinyalakan oleh seorang pelayan.

Semua orang sampai ternganga menemukan Caesar terbangun diatas ranjang kamar Helena. Ibu dan anak itu tidur diatas ranjang yang sama?

"Caesar, kau?"

"Kenapa Ayah membuat keributan? Ini sudah malam, waktunya untuk tidur."

"Kenapa... kamu tidur disini? Mengapa tidak di kamarmu sendiri?"

"Apakah tidak boleh?"

Juan menatap Caesar intens—seakan ingin memastikan penglihatannya benar-benar tidaklah salah. "Bukan begitu...."

"Lagi-lagi, Anda memfitnah saya Yang Mulia Duke?" Suara Saras memecah perdebatan kedua lelaki berbeda usia itu. Saras melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Juan dengan raut wajah kesal.

Melihat ibunya yang seperti itu, Caesar tanpa sadar tersenyum karena baru kali ini melihat ekspresi merenggut sang ibu yang terlihat menggemaskan.

"Bukan salahku."

"Ayah tidak boleh menuduh ibuku begitu."

"Ya?"

Caesar secara mengejutkan memeluk pinggang ramping sang ibu, memamerkan kedekatannya pada sang ayah. "Dia adalah ibuku."

"Kalian...." Juan menatap Helena dan Caesar secara bergantian. "Sudah baikan?"

"Kami tidak pernah bermusuhan."

"Memang tidak, tapi...." Juan membasahi tenggorokannya yang mendadak jadi kering. Lelaki itu kehabisan kata-kata. Kejadian di mansion ini-sejak dia kembali dari perbatasan, entah kenapa selalu saja mengejutkannya.

Juan sampai kebingungan, apakah ia harus bersyukur atau tetap bersikap waspada.

Helena selalu tidak tertebak. Wanita itu manipulatif—yang baik. Tapi melihat Caesar yang seperti itu, Juan tidak punya pilihan lain untuk mencoba percaya bahwa Helena kali ini benar-benar tulus.

***

"Caesar! Lihat apa yang ibu bawa sesuatu untukmu-opss.. maaf...."

"Ibu...." Caesar yang terkejut, spontan berbalik tubuh. Bocah kecil itu dengan gerak sigap langsung menutupi tubuh setengah telanjangnya menggunakan kemeja yang masih ia pegang.

Caesar jelas baru usai mandi. Kedatangan Helena di jam-jam seperti ini, memang tidak pernah Caesar duga. Jadi bukan sepenuhnya salah dia jikalau Caesar tidak mengunci pintu.

Sementara Helena terlihat kikuk. Namun tak berapa setelahnya, perempuan itu tiba-tiba melayangkan tatapan sendu.

"Caesar... punggungmu...."

"Caesar baru selesai mandi ibu."

"Ibu tahu. Ibu minta maaf soal itu." Saras meletakkan beberapa potong pakaian yang dia bawa, pakaian baru yang sengaja ia pesankan untuk Caesar. Kedatangannya ke kamar ini, memang untuk memberikan benda itu. Namun, kini Saras justru tertarik dengan hal yang lain.

"Apakah ibu yang melakukan ini, padamu?" Tanya Saras. Caesar berkedip bingung. Kedua pipi bocah itu bahkan bersemu karena malu terpergok belum memakai baju.

Namun saat jemari tangan sang ibu menyentuh punggungnya, tubuh Caesar tiba-tiba menegang. Bocah itu bahkan reflek langsung bergerak menjauh.

"Apakah itu sakit?"

Kedua bola mata Caesar membola mendengar pertanyaan itu. Ia tahu apa yang ibunya maksud. Luka-luka di punggungnya-karena kejadiannya sudah cukup lama Caesar bahkan sudah melupakan kejadian hari itu.

"Kenapa tidak menjawab pertanyaan ibu?"
Caesar enggan menjawab. Selain karena kilasan kejadian itu yang membuat tubuhnya terpaku, Caesar pun masih terlalu terkejut saat tersadar kalau ibunya benar-benar telah berubah menjadi sosok yang berbeda.

"Maafkan ibu. Ibu benar-benar ibu yang buruk."

Pada akhirnya, Saras pun tidak bisa menahan air matanya lagi. Perempuan itu bahkan langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Seharusnya ibu tidak melakukan itu. Kamu terluka karena tangan ini."

"Ibu...."

"Maafkan ibu, Caesar. Ibu benar-benar merasa sangat bersalah padamu."

Caesar langsung berhamburan memeluk sang ibu. Bahkan, tidak malu lagi meski menyadari dirinya masih belum berpakaian. Saras sendiri terlalu larut dalam kesedihan dan penyesalan tidak mempermasalahkan hal itu.

"Aku sudah memaafkan ibu."

"Kenapa semudah itu? Seharusnya kamu menghukum ibu dulu."

"Caesar sudah mendapatkan ibu. Untuk apa pedulikan masa lalu." Caesar menjauhkan pelukan dan mengusap air mata sang ibu. "Caesar sayang ibu."

Saras menangis terharu. Tidak menyangka Caesar bisa tumbuh menjadi pribadi sebaik itu dilingkungan yang buruk.

"Ibu benar-benar beruntung telah melahirkan putra sebaik dirimu," balas Saras, sambil memeluk bocah laki-laki itu.

Bersambung...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Became a bad Duchess (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang