02|Behind the story

4 0 0
                                    

Mahen pov

Hai. Gue Mahen. Lengkapnya Mahendra Adhitama Sanjaya. Mahasiswa tahun kedua Fakultas Ilmu Budaya. Btw, karena ini pov gue, gue pakai bahasa sehari-hari. Gue bukan ahli sastra yang jago mendeskripsikan banyak hal dengan baik. Jadi, kita mulai di sini.

Sejatinya, awal gue kenal Rania tuh drama banget. Iya se drama itu. Karena awalnya gue hampir gak masuk di jurusan ini. Walau akhirnya gue lolos dengan usaha yang lumayan lah. Btw, gue masuk jalur Mandiri. Ga usah ngece ya lo pada.

Dua tahun lalu, pas hari pertama ospek, ceritanya gue telat datang karena kesiangan. Emang kampret banget adek gue ga bangunin gue malah ninggalin gue. Padahal dia tau ortu lagi ga di rumah. Alhasil gue dapet tempat yang panas-panasan, paling depan karena aturannya yang datang telat duduk di sana. Asem banget kalau diinget lagi. Selain itu, gue juga dihukum. Gue diminta mencari tanda tangan dari 100 kakak tingkat. Gimana ga protes gue? Orang gue mahasiswa baru ya belum kenal siapa-siapa lah.

Apesnya lagi, gue ga bawa minum dan dompet gue ketinggalan. Sumpah rasanya itu hari tersial gue. Pas jam istirahat, gue cuma duduk di pinggir lapangan, neduh di bawah pohon beringin. Sendirian karena gue belum kenal siapa-siapa. Gatau deh gue mau ngapain. Ga ada minum ga ada makan. Karena emang udah dikasih tau di grup suruh bawa sendiri.

Tiba-tiba ada cewek menghampiri gue. Pakai setelan rok hitam, kemeja putih sama kerudung hitam, seragam wajib ospek. Nyodorin sebotol air mineral dingin. Gue bingung lah ya. Emang muka gue se ngenes itu kah? Mungkin karena dia lihat gue sendirian, mana datengnya telat tadi, jadi dia menghampiri gue. Gue liatin dia sekilas. Kayak dewasa banget. Jangan-jangan ini kating, batin gue waktu itu.

"Makasih, kak." ucap gue sebagai bentuk sopan santun. Cewek itu ketawa dong. Gue makin bingung.

"Gak usah kak, kita seangkatan kok. Dan kayaknya kita satu fakultas," jelas cewek itu. Dia nunjukin nametag nya. Iya, ternyata sama kayak gue.

"Oh iya, makasih banyak ya. Btw, gue Mahen, prodi Seni Musik." Gue pun memperkenalkan diri.

"Sama-sama. Aku Rania, dari prodi Sastra Inggris."

Akhirnya kita ngobrol lah disitu. Sebenernya gue rada bingung karena Rania ini ngomongnya pake 'aku-kamu'. Bukan apa, cuma kayak aneh aja di tengah kota Jakarta ini ada yang masih pakai bahasa itu. Ternyata oh ternyata, Rania ini bukan dari Jakarta. Dia emang punya kakek-nenek yang asli Jakarta, cuma keluarga dia memilih tinggal di Jogja. Jadilah dia besar di kota itu.

Rania juga bantuin gue dapet tanda tangan kating yang jumlahnya ga kira-kira, menurut gue. Ada beberapa kating yang gak mau ngasih tanda tangannya gratis. Gue kan sebel jadinya. Kayak "tolong kak, ini gue udah dihukum, tolong jangan mempersulit lagi." Entah gimana cara, gue dan Rania berhasil dapetin semua tanda tangan itu sesuai batas waktu, yaitu dua hari.

Lanjut lagi ya, selama ospek karena gue kenalnya cuma dia, diluar cewek-cewek yang entah kenapa ga bosen-bosen nyamperin gue, gue selalu ngikutin dia. Kebetulan kita juga satu kelompok di ospek fakultas. Entah kenapa, gue rasa, Rania beda dari cewek lain. Dia cewek berkelas yang gak semua orang bisa deket sama dia. Jadi gue nyaman temenan sama dia.

Dan begitulah cerita gue kenal Rania hingga kini gue satu organisasi sama dia. Ketua-wakil pula. Semoga Rania gak bosen deh ketemu gue.

Balik lagi. Gue ambil jurusan Seni Musik karena gue emang sesuka itu. Sementara jurusan ini susahnya bukan main kalau mau masuk di universitas ini. Bukan susah sih. Tapi peminatnya banyak banget. Jadilah gue harus belajar ekstra dan merogoh kocek yang lumayan lah. Maklum, masuk jalur Mandiri ya gitu.

Oke, sekian dari gue. Mohon maaf atas segala kesalahan penjelasan gue. Gak terima yang minta nomer HP. It's privacy jigeum. See you on next pov ya guys (kalau ada lagi)
---
You've reached part 2, congratulations!!!

Thank you for reading :)

20.10.2023

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang