The Last Luna

254 25 11
                                    

Awas ada typo.



















"I hate you"

Sangwon menatap ke arah Justin, apakah dirinya salah dengar?

"What?"

"I hate you" Justin mengulang perkataannya sekali lagi.

"Why?"

Raut wajah Sangwon memancarkan kesedihan, lebih tepatnya ia membuat wajahnya terlihat sedih. Justin terkekeh kecil melihat sang dominan bertingkah layaknya anak kecil.

"Pfft- kau terlihat menggemaskan, haruskah kita bertukar posisi? Kau yang menjadi omega, sementara aku yang menjadi alpha"

Wajah Sangwon yang semula sedih kini berganti menjadi datar, apa katanya? Menjadi omega? Sangwon sungguh tidak tertarik, bahkan sekalipun tawarannya emas, tidak terima kasih.

"Bahkan jika kau memaksa sekalipun, aku tidak akan mau" tolak Sangwon.

"C'mon, menjadi omega itu menyenangkan"

"Berikan aku contoh" Justin mendekatkan wajahnya pada telinga Sangwon, berbisik sekaligus menggoda sang dominan.

"Kau hanya perlu menggoda dominan dan berlagak lugu" hidungnya menggesek area leher Sangwon, yang merupakan salah satu titik sensitif sang dominan.

"Justin, stop"

Inikah yang dikatakan "berlagak lugu" itu? Justin dengan tidak tahu malunya malah semakin liar. Oh, ini kali pertama Sangwon melihat Justin yang seliar ini.

"Oke oke, aku paham contoh yang kau maksud. Sekarang menjauh, sebelum aku membuatmu hamil sekarang"

Gertakan itu mampu menghentikan Justin yang telah menciptakan ruam merah di sekitar leher Sangwon, binal sekali. Ia memasang wajah manisnya, membayangkan Sangwon yang akan membuatnya hamil saja sudah menyeramkan.

"Baiklah, maafkan aku, jangan buat aku hamil sekarang. Kita belum lulus sekolah"

Perkataan Justin membuat Sangwon terkekeh kecil, bahkan jika dia menyentuh Justin, akan dipastikan neneknya marah besar.

"Kalau lulus sekolah, kau ingin hamil?"

PLAK!

"AKH!! Kenapa aku dipukul?!"

"Berhenti berbicara omong kosong, pikirkan nilai ulangan mu yang remidi itu. Lebih baik aku ke kelas saja" Justin pergi meninggalkan Sangwon seorang diri, terlalu lelah menghadapi alpha gila satu itu.

"Justin! Tunggu!"

•••

Taki berjalan riang di koridor sekolah, hari ini rasanya begitu menyenangkan sekali. Ulangannya kemarin dapat nilai bagus, tugas yang ia kerjakan pun dapat nilai yang bagus juga.

Rasanya seperti mimpi.

"Taki.."

Suara berat itu menyapa telinganya tanpa permisi, ia menengok ke sekeliling, sepi tidak ada orang.

"Apa ku berhalusinasi?"

Ia kembali berjalan, merasa aneh dengan hawa sekitar yang tiba-tiba terasa lebih gelap.

"Taki.."

Kali ini bulu kuduk Taki berdiri sendiri, ini masih pagi, jangan membuat Taki ketakutan sampai kencing di celana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang