Awal

273 35 11
                                    

" Mbak'e, yen wis gedhe aku kepengin dadi rojo. " Ucap seorang anak kecil dengan polosnya.

" Halah, ndra kon ae sek ga iso di tinggal mbok'e. " Jawab sang kakak.

" Mbok, mbak'e. " ujar sang bocah lelaki.

" Ndok, le wis toh. "

Lisa dan Janendra dua kakak beradik ini sedang bercanda ria di gubuk kecil ini, terlihat nyaman meski sempit. Sang ibu hanya bisa melihat dua bocah itu saling mengejek dan bermain. Mereka terlihat sangat bahagia.

" Mbok, aku kepengin dhadi rojo, lek aku dhadi rojo kan iso ketemu bapak. "

" Nduk, le, turu age wes malem "
Raut wajah sang ibu langsung berubah drastis karena perkataan anaknya tadi.

" Iyo mbok. "

Kedua anak itu pun pergi untuk tidur. Mereka tidur di tempat tidur yang kecil tanpa alas lain selain kain tenun. Sang kakak sedang menepuk-nepuk punggung adiknya yang sedang tidur. Wajahnya damai seperti anak polos yang tak punya dosa.

" Nduk, ke sini sebentar. " Ucap seorang wanita paruh bawa.

Lisa yang sudah menidurkan adiknya itu lantas pergi ke arah sang ibu.

" Nduk, kamu kan sudah besar, sudah ngerti sama yang namanya salah benar. " Air mata menetes dari raut wajah sang ibunda.

" Nduk, ngapurane mbok'e yo. "

" Loh mbok opo'o? " Wajah sang anak perempuan juga ikut meneteskan air mata.

" Kalo ini soal bapak, Lisa ikhlas mbok. Meski Lisa gak ketemu bapak, mboten nopo-nopo. "

" Maaf nduk. " Ucapan itu terus terucap dari mulut sang ibunda.

" Kamu bakal tahu nanti nduk "

Hari demi hari terus berlalu. Rasanya waktu berlalu begitu cepat. Setiap hari berjalan begitu indah dan harmonis. Selaras dengan keadaan.

 Selaras dengan keadaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak....

Namun hari itu tiba, hari yang akan mengubah segalanya.

" Mas, lepas anakku! " Wanita paruh baya itu berlutut di hadapan lelaki paruh baya tersebut.

" Tugasmu saiki wes kelar " Ucap lelaki yang memakai mahkota itu.

Janendra di seret oleh dua pelayan kerajaan ke kereta.

" Mbok, aku gak mau jadi raja mbok... " Anak laki-laki itu berteriak sebelum di masukkan ke kereta.

" Aku mau sama mbok aja, sama kakak juga. " Ia terus mengucapkan kalimat ini hingga kereta kraton berjalan meninggalkan jejaknya saja.

Lisa? Lisa juga ikut di seret namun di hempaskan di hadapan raja terlebih dahulu.

" Iki anakku? " ucap sang raja.

Wanita paruh baya itu hanya bisa mengangguk.

" Wedok gak guna. "

" Kamu itu cuma selir!!! " Ujar wanita sebelah raja itu.

Lisa di tendang hingga tersungkur ke tanah.

Srett...

Darah jatuh bercucuran di perut ibundanya. Pedang itu menancap persis di perut sang ibunda.

" MBOK'E "

Saat itu pula Lisa berlari ke arah ibunya. Meletakkan kepala sang ibu ke pahanya.

" Mbok'e.... "

" Nduk, aku nitip adek'e yo. "

Nafas terakhir di hembuskan. Malam itu telah menjadi saksi bisu ketidak adilan di dunia.

SetaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang