"Nyonya!" Teriak seseorang.
"Ya?" Wanita cantik berambut panjang itu lantas menoleh ke belakang, melihat ke arah panggilan itu berasal.
"Ada jenderal!"
Aku melihat ke arah lelaki berambut hitam legam yang tengah menyenderkan dirinya di samping pintu rumah ini. Aku mendekat ke arah sang jenderal dan berlari ke pelukannya. Sang lelaki kekar itu pun memeluk tubuh sang wanita yang sangat di cintainya itu.
"Mau berangkat jenderal?"
"Iya, doakan aku ya, cah ayuku."
"Pasti, mas."
Setelahnya lelaki itu memberi kecupan hangat di dahi sang wanita. Lalu sang lelaki berpamitan pada sang wanitanya dan berlutut seraya mengelus perut yang tak terlalu buncit itu.
"Anak ayah gak bole nakal ya," Ucap sang lelaki.
"Siap ayah," Jawab sang wanita.
Di menit berikutnya sang lelaki kekar itu keluar dari pintu rumah indah bernuansa abad 90-an itu. Air mata dari sang wanita tadi menetes.
Hari demi hari terus berlalu, begitu sepi dan penuh kerinduan. Tak ada lagi canda tawa sepasang kekasih. Rasanya sangat berat ketika melepaskanmu pergi mengabdi Tuk negara ini.
" Mas saya kangen. "
Tok tok tok....
Yuliana langsung membuka pintunya, berharap itu adalah suaminya. Namun, di sana hanya ada 3 pria berjalan memegang sebuah bunga.
" Jendral. "
" Telah gugur. "
Nyonya Maheswari langsung jatuh ke lantai berkeramik itu.
" Tidak... "
" TIDAK, KALIAN BOHONG! "
Begitulah pada akhirnya. Setiap orang akan pergi dalam hidup kita. Rasanya baru kemarin kamu memberiku setangkai bunga. Sekarang, aku yang harus memberimu bunga.
" Kamu BOHONG mas, kemana janjimu buat kembali? "
" Kamu BOHONG mas, kemana janji manismu buat ngerawat anak ini bareng-bareng? "
" Aku benci sumpah serapah itu. "
Makam ini menjadi saksi bisu, betapa sayangnya diriku padamu. Meski kita telah berpisah karena takdir aku tak akan pernah melupakanmu.
" Yuliana, kamu gila? Suamimu itu sudah mati dua tahun yang lalu! ".
" Tapi aku mau pertanggung jawaban! "
" Kamu mau uang? Berapa? " Lelaki itu berdiri dari bangkunya. Menatap sang wanita dan mengelus surai rambutnnya.
" Aku bukan pengemis. " Balas Yuliana wanita itu menghempaskan tangan bejatnya.
" Jangan jual mahal. Kamu mau kan, keadilan untuk suamimu? "
" Tidak dengan cara ini. "
" Pengawal! Bawa dia! "
Wanita itu di seret belasan meter hingga berada di suatu ruangan. Perutnya terasa sangat sakit. Di ruangan kosong ini, hampa.
Plak....
Satu tamparan mulus mendapat di pipinya.
" Itu balasan bagi orang yang mencoba macam-macam denganku. "
Plas...
Ia di cambuk hingga tersungkur tak berdaya lagi.
" Maheswari, kamu cantik tapi keras kepala. " Pria itu perlahan mendekatinya.
Pada akhirnya semuanya berakhir menderita. Aku di jadikan wanita kotor oleh para lelaki itu. Anakku, anakku dengan kanjeng mas di bunuh, bahkan sebelum dia lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setara
Historical Fiction" Ngapurane " " Stt, bukan salahmu. Mereka yang harus di hukum. " ujar gadis itu. Lisa kembali ke ruangannya. Menatap langit malam, hingga pintu kamarnya terbuka. Memampangkan dua lelaki dan satu perempuan. " Keadilan tetap keadilan. " Ujar wanita i...