Chapter 5

1K 41 0
                                    

Dia berhenti menyeruput minuman hangat nya
lalu menggeleng.
"Tapi pernah kan?" Tanya ku lagi.
Walau pun dengan gelengan pertama itu aku yakin anak ini 'lurus lurus saja' hidup nya.
"Belum pernah, Om. Cewe cewe suka nya sama yang pemain Bola, atau yang jago berantem, atau yang kaya Om begini" ucap nya
Aku menaikkan alis ku.
"Kaya Om?"
" i-iya. Udah kaya, dewasa, badan nya bagus, semua deh" ucap nya lagi
Aku menyipitkan mata ku. Iya memang badan ku bagus. Tapi pengakuan dari mulut nya membuat ku senang sesaat.
Aku tidak ingin memperpanjang  pertanyaan ku lagi. Ini bisa membuat ku salah tingkah, juga berpikiran jauh lebih gelap.
Selesai menyantap sarapan ku, seperti kemarin, nino membawakan wadah nya kembali kerumah nya. Lalu dia pamit pulang.
"Makasi juga teh sama roti nya ya, Om"
Aku tersenyum lagi
Pagi ini sukses membuat "naluri pria" ku bermain dan membuas. Aku bergegas ke kamar mandi, dan mengguyur air ke seluruh badan ku. Tentu saja juga melakukan "ritual pria" seperti biasa nya untuk menuntaskan nafsu sesaat ku.
Dan saat melakukan itu, yang muncul di kepala ku hanya pria yang baru saja menemani ku tadi sarapan. Nino.
Aku benar benar gila.
Juga tidak ingin mendapat masalah karena ini daerah yang tidak kukenal.
Tapi memandangi Nino sejak tadi membuat libido ku naik ke ubun-ubun.
Apalagi mengetahui fakta bahwa dia belum pernah pacaran. Aku yakin bukan karena dia tidak disukai oleh wanita, tapi lebih ke dia yang tidak menyukai wanita.  Dengan sikap nya, bicara nya, postur badan nya, bahkan tubuh yang tampak sangat terawat dengan kulit mulus itu meyakinkan ku. Meskipun aku tidak menjadi gay tulen, tapi radar gay ku berfungsi dengan baik di saat saat seperti ini. Aku yakin kalian juga seperti itu.
Terus ku bayangkan Nino ketika aku memainkan kejantanan ku. Ku urut perlahan, sambil memejamkan mata, membayangkan tubuh nya yang tentu saja akan terlihat sangat polos, putih dan mulus.
Bibir nya yang tipis merah muda tanpa kumis ataupun janggut di sana, mata lebar dengan bola mata yang menarik perhatian ku, juga suara nya yang belum membesar seperti orang orang seusia nya yang sudah di hantam puber membuat ku semakin bernafsu pagi ini. Terus ku kocok milik ku semakin cepat, semakin cepat.
"Ngghhh sshhh rrgghh nggghhh... sshhh aarrgghh aahhh ni...no...sshhh" aku terus meracau. Apalagi rumah ini juga kamar mandi ini cukup kedap suara sehingga cukup aman.
Terus aku bermain hingga akhirnya puncak nya pun datang.

"Ngghh..sshh aarrgghhhh!!!"
Crot crot crot crot crot crot crot
Banyak sekali.
Seperti nya ini yang terbanyak setelah terakhir kali aku melakukan ritual ini.
Ini juga yang paling membuat ku bernafsu setelah beberapa lama aku tidak bertemu dengan nafsu seperti ini lagi.
Aku benar benar puas mengeluarkan amunisi ku. Bahkan setelah nya tiak membuat ku lemas. Malah sebalik nya. Mood ku meningkat pesat. Apa karena selama ini terhalang stres? Entah lah, tapi aku menikmati yang barusaja kulakukan.
.
.
.
.

Setelah nya aku bergegas menyelesaikan mandi ku dan pergi berjalan ke luar rumah lagi. Tujuan ku sekarang adalah ke rumah Pak Rudi. Iya, rumah nya Nino. Kulihat memang ada warung kecil disana.
Aku disambut baik oleh ibu nya Nino, Bu Jumi.
"Eh nak Ben, ayo duduk" aku dipersilahkan duduk.
"Jual apa aja bu?"
"Kalau makanan saya jual gado gado sama gorengan, kalau minuman wedang ada, jus juga ada"
Aku memesan wedang sekaligus gorengan.
"Nino nya kemana bu?" Aku bertanya penasaran
"Oh, lagi didalem dia tadi. Sebentar saya panggilkan" aku tidak melarang bu Jum memanggil anak nya. Karena memang tujuan ku kesini untuk melihat nya.
"Eh Om Ben" ucap nya. Sambil memegang handphone nya.
"Biasa kalau lagi kosong begini dia di lantai 2, biar sinyal nya kencang Nak Ben" ucap bu Jum pada ku.
Aku mengangguk mengerti.
"Liatin apa?" Ucap ku iseng
"Eh.. ini liat tempat tempat di kota, lagi banyak temen temen yang main kesana" sambil memperlihatkan handphone nya pada ku menampilkan beberapa lokasi. Aku tidak tahu itu dimana, tapi memang masih di sekitar wilayah sini.
"Disini bisa main kemana aja ya buk?" Tanya ku ke bu Jum.
"Main ke kaki gunung, ada danau disana. Atau ke pinggiran hutan, ada sungai juga disitu, atau pemandian air panas. Kadang kadang ada juga yang camping naik ke puncak" ucap nya
"Kalau camping saya kurang tertarik bu. Capek kesana nya" jawab ku
Bu Jum tertawa ringan.
Bercengkrama dengan hidangan Wedang dan gorengan hangat menciptakan rasa yang luar biasa dan tidak bisa kudapatkan di tempat lain di kota.
....
Aku dan Nino cukup banyak berbicara setelah itu.
Juga dia sering mengantarkan makanan ke rumah.
Selain itu aku juga memintanya membawa ku ke sungai sekitar, untuk sejenak bersantai membawa buku bacaan ku, atau mengajak ke pinggiran danau.
Untuk ke pemandian air panas, aku belum berani mengajak nya. Tentu saja karena satu hal, aku baru saja mengunjungi tempat itu kemarin, dan ternyata disana semua tidak menggunakan pakaian untuk mandi. Bahkan tidak sehelai pun. Mungkin aku bisa tidak peduli jika hanya melihat warga warga yang ada disini. Tapi kalau Nino yang ada di depan ku, tentu saja membuat mata ku buta seketika.
Iya, aku benar benar tertarik pada nya.
.
.
.
.

Buku 19 - BRONDONG SURGAWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang