"Besok adalah acara resepsi sepupuku, pakailah baju yang bagus nanti kupilihkan," ucap laki-laki 30 tahun itu. Matanya sama sekali tidak ingin menatap istrinya.
"Aku tidak ingin berpura-pura lagi," ujar Senja.
Sean beranjak dari duduknya lalu menyiram baju Senja dengan air yang sedang dia teguk.
"Kau pikir aku senang dengan pernikahan konyol ini? Kalau saja Sem tidak kabur aku tidak sudi menikahimu, kau bekas kembaranku entah apa yang telah kalian lakukan selama ini memikirkannya saja aku sudah jijik!" Tegas Sean, tatapannya penuh dengan kebencian.
"Jadi dua tahun ini apa artinya untuk kamu Mas Sean?" tanya Senja, suaranya bergetar menahan rasa sakit dari ucapan Sean.
"Tidak ada. Ini alasanku jarang pulang ke rumah, aku malas berdebat. Semenjak menikah denganmu hidupku sengsara, jadi tolong berhentilah bicara semena-mena," jawab Sean.
Lucunya aku pikir selama dua tahun menikah dengan perlakuan buruknya aku akan terbiasa, namun semakin aku memakluminya aku semakin terluka. Mas Sean kamu pikir hanya dirimu yang terluka di sini? Gumam Senja.
Senja meninggalkan Sean di kamar mereka, tidak ada yang bisa dia lakukan selain bertahan karena dia tidak ingin mengecewakan keluarga lagipula jika berita perceraiannya menyebar bisa berdampak buruk pada perusahaan milik Sean, jadi Sean tidak mungkin menceraikannya begitu saja.
"Sem, kau benar-benar ingin membunuhku secara perlahan," gerutu Sean.
Hari berlalu begitu saja sampailah pada acara resepsi itu, Senja menggunakan pakaian yang telah Sean pilihkan. Warna gress itu biru dongker cocok sekali dengan kulitnya yang sangat cerah.
"Sean!" teriak seseorang. Sean mengedarkan pandangannya mencari sumber suara itu.
"Di sini!" ujar wanita paruh baya itu sambil berjalan mendekat pada Sean dan Senja.
Dia menatap perut Senja keheranan. "Kau belum hamil juga?" ucap Sinta, Sean sering memanggilnya bibi.
Senja menatap Sean sekilas. "Belum, Bi," jawab Senja. Sean sama sekali tidak ingin mencari pembelaan mungkin saja dia bisa mengatakan yang sejujurnya pada Sinta jika dia belum pernah menyentuh Senja sedikitpun.
"Sayang sekali, untuk apa kalian hidup bergelimang harta kalau anak satu saja tidak punya. Jangan-jangan kau mandul," ujar Sinta dengan tatapan sinisnya.
Senja menunduk menahan kesal bagaimana bisa orang menyimpulkan sesuatu dengan mudah padahal dia tidak tahu kebenarannya.
"Urus saja anakmu yang hamil duluan itu, kami bisa melahirkan anak lebih dari yang pikirkan nantinya." Ketus Sean menggenggam tangan Senja menjauhkannya dari nenek lampir itu.
Setelah cukup jauh Sean melepaskan tangan Senja.
Untuk pertama kalinya selama dua tahun Mas Sean menyentuhku. Gumam Senja sambil tersenyum tipis.
"Jangan besar kepala aku hanya tidak suka ada seseorang yang meremehkanku," tutur Sean.
"Apa kau tidak bisa sedikit tegas pada mereka yang merendahkanmu? Jangan hanya diam saja ketika dimaki, kalau begitu kau bukan bersikap sabar tapi bodoh," ketus Sean menyambung ucapannya.
Ucapan itu seolah membuat bunga di hati Senja yang sedang mekar layu begitu saja.
***
Setelah acara resepsi selesai keluarga besar berkumpul untuk makan malam bersama. Senja sudah merasa lelah karena dia merasa energinya terkuras habis jika bertemu dengan banyak orang.
"Kapan acara sial ini akan selesai?" gerutu Sean namun masih bisa terdengar oleh Senja.
Apa Mas Sean tidak nyaman? Sebaiknya aku tidak bertanya karena itu bisa memicu amarahnya. Batin Senja menatap Sean sekilas.
Saat makan malam dimulai mereka menikmatinya sambil bercanda ria karena perkumpulan seperti ini jarang terjadi karena kesibukan masing-masing.
"Aku heran kenapa Sean dan Senja belum memiliki anak? Apa kau tidak bisa membuatnya Nak?" ujar salah satu pamannya. Ucapan itu membuat semua orang tertawa terbahak.
"Untuk apa memiliki anak terburu-buru kalau belum siap, lagi pula kami masih pengantin baru pernikahan kami baru dua tahun," ujar Sean.
Lagi-lagi Senja takjub dengan jawaban Sean. Dia merasa Sean membela dirinya padahal Sean hanya tak suka diremehkan oleh siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja untuk Sean
Short Story"Maaf, aku sama sekali tidak tertarik dengan pernikahan konyol ini, jangan berharap apa-apa jalani saja selama kau tidak ingin mengecewakan keluargamu. Lagipula aku bukan peran pengganti, aku tidak ingin dianggap seperti itu, aku Sean bukan Sem pac...