Hari itu, matahari terbit dengan lembut di langit kota kecil tempat tinggal Nathan Mahendra. Semangkuk roti dan susu biasanya telah menanti Nathan di meja makan pada pagi itu, tetapi kali ini, meja itu kosong. Sebagai anak tengah, Nathan terbiasa dengan rutinitas keluarganya, namun sesuatu terasa tidak beres.
Nathan melongok ke meja makan yang kosong dengan rasa bingung. Di matahari pagi yang hangat, ia mencari tahu mengapa sarapan yang biasanya sudah disiapkan belum ada. Ia merasa aneh, seakan-akan ada sesuatu yang tidak biasa terjadi.
Nathan memutuskan untuk menanyakan keadaan ini kepada ibunya yang tengah sibuk di kamar. Ibu Nathan tampak lelah, namun juga sangat gembira. Dengan senyum lebar, ibunya menjelaskan bahwa adik bayi Nathan telah lahir pagi itu.
Namun, ketika Nathan melihat sekeliling, ia menyadari bahwa perlengkapan bayi seperti popok, susu formula, dan baju baru telah menggantikan sebagian besar persediaan di dapur. Ini membuat Nathan semakin bingung, karena perlengkapan itu seolah-olah memakan banyak uang.
Tanpa sadar, waktu terus berjalan dan Nathan mulai merasa lapar. Saat jam menunjukkan pukul 2 siang, ia menyadari bahwa tidak hanya sarapan yang tidak ada, tetapi juga tidak ada tanda-tanda orang tuanya untuk menjemputnya dari sekolah. Nathan merasa campur aduk antara lapar, kebingungan, dan kekhawatiran.
Saat Nathan duduk di halaman sekolah dengan perut yang semakin keroncongan, dia mendekati salah satu temannya dan bertanya apakah mereka tahu mengapa orang tuanya belum menjemputnya. Temannya dengan wajah cemas memberi tahu Nathan tentang kelahiran adiknya.
Nathan akhirnya memahami bahwa kelahiran adiknya adalah alasan di balik kekacauan di pagi itu. Perlengkapan bayi dan persiapan untuk adiknya telah membuat orang tuanya sibuk dan lupa tentang waktu.
Ketika senja mulai merayap di langit, seorang satpam sekolah yang baik hati, Pak Surya, melihat Nathan yang masih duduk sendirian di halaman sekolah. Dengan kepedulian, Pak Surya mendekati Nathan dan menanyakan apa yang terjadi
Nathan menceritakan tentang kelahiran adiknya, perlengkapan bayi yang menggantikan makanan di rumah, dan bagaimana ia akhirnya ditinggal di sekolah tanpa ada yang menjemputnya. Pak Surya tersenyum dan menawarkan untuk mengantarkan Nathan pulang, meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Nathan meminta pak Surya untuk mengantarkan pulang berjalan kaki agar Nathan hafal dengan arah jalan rumahnya.
Perjalanan pulang Nathan dengan Pak Surya adalah waktu yang penuh kehangatan. Mereka berbicara tentang berbagai hal, dan Nathan merasa lebih tenang dan lega. Ketika sampai di rumah Nathan merasa seolah-olah ia telah menemukan seorang yang peduli tentang dirinya.Saat Nathan memasuki rumah, ia Melihat ibu yang sedang sibuk memandikan adik kecil anatasya Mahendra. Nathan mengucapkan terimakasih pada pak Surya dan masuk rumah.
Sebelum masuk kamar Nathan yang masih menggendong tasnya menyapa ibu yang sedang menghanduki adik mungilnya itu. "bundaaa tatann kangennnnn" sambil memeluk bunda yang baru saja keluar kamar mandi sambil menggendong Natasya. "Dek.. ko baru pulang? abis dari mana.. ganti baju sana bunda lagi gendong adek nih nanti kalo jatuh gimana.. gihh ganti baju dulu."
Nathan terkejut mendapati reaksi bunda seperti itu perlahan iya melepaskan pelukannya dari perut bunda. Nathan menunduk ketika menuju kamar. Ia merasa bersalah tapi ia bahkan tidak tau apa kesalahannya. Namun setelah ganti baju Nathan merasa lapar karena ia belum makan seharian.
Berenjak kemeja makan. terdapat bubur yang masih hangat bertaburan ayam suwir. Tanpa berfikir panjang Nathan makan dengan lahapnya di depan televisi. "Nathan? kamu makan apa?" ujar bunda. "makan bubur yang ada di meja bun." Dengan wajah yang marah bunda mematikan televisi. Nathan terkejut ketika televisi seketika mati begitu saja.
*pwakkk pwakkk pwakk* merintih kesakitan dengan mata yang telah di bahasahi air mata "Tatan sakit maa😢" sambil menyilang tangan untuk menghindari pukulan bunda."BODOH! ITU BUAT BUNDA!" Nathan berusaha melindungi dirinya dari pukulan bunda "m-maaf Bun.. maaaakhhhhh!! sakittt" dengan menahan memar di punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Middle
DiversosNathan Mahendra putra kedua dari 3 bersaudara yang terlupakan oleh orangtuanya namun dia berusaha untuk menempatkan dirinya dengan value yang berkelas.