02 Encounter

229 30 0
                                    

[🕑]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[🕑]

Suara kicauan burung menyambut matahari yang mulai menampakkan teriknya. Aku memeluk tubuhku sembari mengusap kedua telapak tanganku untuk menghalau udara dingin yang menyeruak masuk dari sela-sela bajuku, sepertinya karena menjelang musim dingin, hawa di desa ini selalu terasa lumayan dingin.

Aku menyandarkan tubuhku pada pintu geser kayu di dalam rumah, memperhatikan pergerakan remaja lelaki yang kini berbalut kaos putih dan celana panjang kain berwarna abu-abu yang terlihat tipis.

Aku menyandarkan tubuhku pada pintu geser kayu di dalam rumah, memperhatikan pergerakan remaja lelaki yang kini berbalut kaos putih dan celana panjang kain berwarna abu-abu yang terlihat tipis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah ia tak merasa kedinginan?

Aku juga menyadari ternyata mereka hanya mengenakan kimono saat akan ke kuil saja, pakaian yang mereka pakai juga bisa tergolong modern, tapi memang agak ketinggalan jaman.

Kise mengangkat tumpukan jerami kering yang berada tak jauh darinya, dan memindahkannya ke dalam box kayu besar di dalam gubuk, mereka harus memindahkan jeraminya ke dalam karena udaranya lembab dan jeraminya tidak bisa dibakar bila basah.

"Sudah ibu bilang biar ibu saja yang bereskan." Sang ibu datang dengan raut khawatir dan tangan menggenggam sebuah kotak terbalut kain, "Bawa bento ini, ya. Kamu belum makan apa-apa sejak pagi tadi. Tolong jaga ayahmu nanti, kakinya masih sakit tapi tetap memaksa untuk bekerja..." Lanjutnya sambil menghela nafas berat.

Aku menatap sosok wanita paruh baya di sebelahku dengan simpati, banyak sekali yang ibu khawatirkan.

Kise meletakkan kotak bekalnya ke dalam tas rotan yang ia sandarkan pada pintu gubuk, "Apa ayah sudah bersiap?" Tanya Kise.

"Oi!"

Baru saja ia bertanya, ayahnya sudah memanggil Kise untuk berangkat ke hutan. Remaja lelaki itu menerima elusan kepala dan ucapan hati-hati dari sang ibu sebelum pergi menyusul ayahnya. Kami berjalan sekitar 30 menit untuk sampai di tempat yang kedua lelaki ini tuju.

Kepalaku ku tengokkan ke kanan dan ke kiri, tak ada orang lain selain Kise dan ayahnya di sini. Ayah Kise mengeluarkan kapaknya, sedangkan Kise membuka alas kain dan menata barang-barang yang mereka bawa.

Nostalgic (懐かしい) | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang