____________________
"Moon, gue—"
"Gue nggak nanya lo." Monita lekas memotong ucapan Biru, sebelum balik menatap Selin sarat permusuhan. "Tapi elo."
Perempuan titisan ular kuning ini memang setengah sinting! Maksudnya apa coba datang tanpa diundang terus seenak kepala menarik tangan Biru, padahal cowok itu jelas-jelas sedang jalan bersamanya. Apa tubuh Monita masih kurang besar sampai-sampai tidak kelihatan??
Selin sempat melirik Biru barulah jawab, "kita mau pergi. Kenapa?"
WAAAAAHHHHH!
Cuaca lagi adem, tapi hati Monita panas mendidih.
Ucapan Selin yang tanpa beban itu bikin dia refleks berdecak sambil mengumpat pelan. Tensi tebal dengan cepat hadir melingkupi mereka, situasinya sama persislah kayak istri sah versus pelakor di sinema azab ikan terbang.
Ini tidak bisa dibiarkan. Segala jenis bibit orang ketiga harus diberantas tuntas!
Maka dari itu, Monita meregangkan tubuh dan lakukan pemanasan singkat, lalu tanpa ancang-ancang apalagi hitung satu dua tiga, langsung menyerobot di antara Selin dan Biru hingga gandengan dua orang itu terlepas sempurna.
Enak banget cewek ini gelayut manja di lengan aselole Biru, sementara Monita mau minta gandeng saja kadang masih malu-malu!
Sekarang, bodo amat. Dengan dagu yang terangkat tinggi disertai wajah se-songong mungkin, dia berdiri menjadi tembok sekaligus tameng, supaya Biru tidak dekat sama titisan ular kuning ini.
Sempat terjadi adu tatap super sinis, sebelum Monita menoleh pada cowok itu.
"Lo udah ada janji sama dia??" Tanyanya bernada sewot, persis kakak-kakak kelas pas ngelabrak para degem.
"Ha? E-enggak..."
"Jawab dengan tegas."
"Enggak."
"Lebih keras!"
"Enggak!" Biru langsung menggeleng sambil pasang sikap tubuh tegap sempurna.
Emosi Monita yang sudah terbakar separuh bagian itu jadi sedikit padam. Lantas dia kembali menatap Selin, kali ini dengan senyum miring.
"Lo dah denger? Dia nggak ada janji sama lo."
"Tapi kemaren—"
"Mau kemarin ada janji kek, atau tadi pagi ada kek, kalau sekarang menit ini detik ini dia bilang enggak, ya berarti janji kalian batal."
Selin terlihat tidak terima. "Mana bisa kayak gitu??"
"Woya jelas bisa, kenapa enggak??" Balasnya tak mau kalah.
Pokoknya mau cewek itu protes sampai nekat tantrum di sini pun, Monita tidak peduli. Salah sendiri sudah berstatus mantan dari zaman baheula, tapi masih gagal move on sampai sekarang. Dia tidak tahu ya bahwa Biru otewe punya pawang lain, dan pawang itu sedang berdiri depan bola matanya??
Apa perlu Monita perkenalkan diri secara resmi walau aslinya masih belum resmi? Yang penting pede aja dulu!
"Sekarang de'e onok plan mbek awakku. So you mending pulang, because my mripat ki almost siwer ndeloken your face seng full dempul kui."
Satu alis Selin terangkat tinggi. "Lo ngomong apa sih?"
"Biru, terjemahin."
Biru ikut menggaruk leher. "Nggak bisa, Mon. Ada bahasa inggrisnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Moon ✔️
Short Story[Completed] "The moon is beautiful isn't it?" Hanya sekelumit kisah Biru dan Monita versi happy ending. || soniakyttt, august '23