Part 1

1.3K 198 11
                                    

Di tengah malam yang gelap seseorang sedang menyendiri di atas rooftop kos kosan, menikmati kesunyian yang setiap malam selalu menemaninya, dengan jari telunjuk menunjuk satu persatu bintang di atas langit, dulu waktu kecil dia pernah mendengar jika kita tidak bisa melihatnya lagi di dunia maka sebagai gantinya kita bisa mengobati rindu itu dengan melihat keindahan bintang bintang di malam hari.

Dan dengan polosnya dia percaya waktu itu, sampai sekarang ketika dia merindukan kedua orang tuanya maka dia akan menatap bintang saat malam hari, menunjuk jika salah satu di antara mereka pasti ada kedua orangtuanya yang tengah melihatnya.

Bisa di katakan dia gadis yang malang, di tinggal orang tua saat dia berumur 16 tahun, dia hidup dengan adek laki laki yang saat ini berumur 5 tahun, demi menyambung hidup sepulang sekolah dia rela bekerja tanpa lelah demi mencukupi kebutuhan hidupnya di jakarta yang terkenal kota keras.

Dulu semasa orang tuanya masih ada dia hidup dengan kemewahan, tapi semua itu tak bertahan lama, persaingan dunia bisnis mungkin cukup keras dan kejam, perusahaan yang di bangun orang tuanya dengan jerit payah harus mengalami kebangkrutan membuat mereka hidup susah, keadaan yang serba kekurangan membuat mereka harus berjuang dari awal, ayah mereka mulai berjualan sayur keliling meski penghasilan tak seberapa tapi keluarga kecil itu selalu bersyukur dengan nikmat yang mereka dapatkan.

Tapi naas di bawah guyuran hujan yang hebat sang ayah harus meninggal di tempat saat pengendara mobil menabraknya, tak ada siapapun di tempat kejadian itu, jalanan bener benar hujan lebat dan sepi.

Perginya sang ayah membuat ibu mereka depresi dan berakhir sakit sakitan, mereka tak mempunyai uang untuk sekedar berobat ke dokter, setahun kergian ayah mereka kini ibu juga harus menyusul suaminya karena sakit yang di derita.

Gadis malang itu terpaksa menjual rumah peninggalan orang tuanya untuk terus menyambung hidup, berkat kepintarannya dia mendapatkan beasiswa sampai lulus.

Dia tinggal di kos dekat dengan tempatnya sekolah, biaya sewa kos beruntung tidak terlalu mahal karena dia hanya mampu menyewa kos dengan uang pas pasan, setelah pulang sekolah dia bekerja di angkringan milik temannya mulai pukul 6 -12 malam, jika sedang libur dia mencari tambahan menjual makanan dan minuman keliling di jalan meski merasa lelah dia tetap mensyukuri itu.

Di rasa sudah terlalu dini hari dia langsung turun untuk segera mengistirahatkan tubuhnya, senyum yang sangat langka di perlihatkan kini terukir saat melihat adek laki-lakinya tengah tertidur dengan memeluk robot yang sempat dia beli waktu mendapatkan uang sisa.

Pagi hari begitu cepat menyambut umat manusia untuk segera bangun dan melakukan aktivitasnya masing masing begitupun dengan gadis itu yang sudah siap dengan seragam sekolah.

Melihat sang kakak kelelahan dengan kantung mata yang terlihat jelas membuat anak kecil itu menunduk sedih, tapi anak itu berusaha untuk menutupi kesedihannya dengan menyabut kakaknya dengan kecupan di pipi.

"Selamat pagi supelhelo!" dengan suara cadel anak kecil itu menampilkan deretan giginya.

Gadis itu tersenyum mengusap kepala adek laki lakinya "Pagi jagoan".

Mereka berdua bergegas keluar untuk membeli bubur langganan, gadis itu memperingati adek laki-lakinya untuk jangan berlari dan ia menurut memelankan langkah kaki mungilnya dengan menunjukkan deretan giginya kepada kakaknya.

Anak laki laki itu mencoba berjinjit, berusah terlihat oleh penjual bubur karena di sana terlihat ramai oleh penghuni kos yang memang sering membeli bubur di pagi hari "Bang abib biasa ya buat jagoan sama supelhelo".

Bang habib penjual bubur langganan penghuni kos itu terkekeh lalu menyerahkan kantong plastik yang memang sudah di siapkan dari rumah untuk kakak beradik itu "Ini buat jagoan sama superhero supaya cepet gede, abang lebihin teh hangat roti sama susu di dalemnya ya".

Alzarra Bumantara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang