Chapter 3

325 35 4
                                    

Malam itu rembulan bersinar dengan terangnya, cahayanya turun dengan lembutnya menyinari dua tubuh pemuda yang kini berjalan dengan tangan mereka yang saling bertautan.

"Jadi, gue harus kerja ekstra dari sekarang nih." Ujar sang pemuda yang lebih tinggi.

"Za~" Tubuh yang lebih pendek berhenti, kepala bulat nan mungil dengan surai hitam itu menatap pada pria tingginya, "gue nyusahin lo ya? Gue jadi beban di hidup lo ya, Za?"

Wajah mungil itu ditangkup oleh dua tangan besar, diangkatnya sedikit ke atas sehingga kedua manik hitam itu saling bertemu.

"Gak Daf, lo bukan beban dalam hidup gue, tapi lo itu hal terindah yang Tuhan hadirin untuk gue, mungkin kalau bukan karena lo, hidup gue gak akan sebaik saat ini, Daf." Sebuah kecupan Reza berikan pada pelupuk mata Daffa, "udah ya, apapun itu kita jalani berdua, ok."

Wajah tampan itu mengukir senyum, tatapan teduhnya bak memeluk erat pemuda di hadapannya kini.

"Tuhan baik banget, di saat semua keluarga gue nolak gue atas keanehan gue, justru lo hadir dan bikin hidup gue penuh warna. Walau, faktanya lo harus kehilangan keluarga yang beharga dalam hidup lo." Daffa menarik tubuh kurus Reza, masuk ia kedalam pelukan pria yang paham dengan kehendak sang kekasihnys saat ini.

"Tuhan nitipin lo ke gue, bukan karena lo tuh orang yang dibuang atau apapun itu. Tuhan nitipin lo ke gue biar kita bisa bahagia sama-sama dan saling mencintai." Diusapnya punggung Daffa penuh kasih sayang, tubuh mungil itu tenggelam dalam dekap hangatnya.

"Besok kita periksa dulu ke Dokter ya, biar kita mastiin beneran dede bayi atau bukan."

Daffa hanya mengangguk di pelukan Reza, ia tumpahkan air mata malam itu di dada sang kekasih, sembari menghindu aroma khas tubuh Reza.

~ ~ ~ ~ ~

Hoodie bewarna biru langit, dengan celana pendek bewarna putih yang menampakkan kaki putih mungil itu, ditambah sepatu snikers putih dengan les bewarna biru langit itu membuat kesan manis pada seorang pemuda yang saat ini tengah menjadi pusat perhatian ibu-ibu. Sebab, hanya dirinya seorang laki-laki di antara ibu-ibu yang tengah menunggu untuk masuk ke dalam ruangan Dokter kandungan.

Krek!

"Pasien dengan nama Randaffa." Panggil seorang perawat yang baeu saja keluar dari ruangan tersebut.

Daffa bangun dan menghampiri sang perawat, namun perawat itu malah kebingungan.

"Ada apa ya adiknya?" Tanya sang perawat.

"Saya Randaffa, Mbak."

Mata sang perawat itu membulat seketika, ia kembali memeriksa list nama yang ia pegang dan betapa terkejutnya ia saat mengetahui jika pasien kali ini adalah seorang laki-kaki.

"Maaf ya mbak, tapi pacar saya memang istimewa." Reza tiba-tiba datang dan langsung memeluk pinggang ramping Daffa dengan posesif, lalu membawanya masuk ke dalam ruang Dokter di sana, meninggalkan sang perawat dan ibu-ibu di sana yang menatap bingung.

Dan, hal yang sama terjadi di dalam ruang pemeriksaan, sang Dokter dibuat bingung dengan kehadiran dua anak Adam itu.

"Kamu Transgender ya?" Tanya sang Dokter.

"Tidak Dokter, Daffa seratus persen laki-laki, udah SNI loh. Apa Dokter mau liat rudalnya?"

Plak!

"Lo mending diem, Duduk! Biar gue aja yang ngomong." Ditariknya ujung kemeja Reza agar pria tinggi itu duduk di kursi, "lo kalau gak diem, gue suruh Dokter ngubah lo jadi sperma lagi."

"Janji"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang