Chapter 5

195 34 4
                                    

"Hamil!"

"Lo gak bercanda kan Daf?"

Pemuda manis yang tengah menikmati es krim itu memutar bola matanya malas.

"Tanya aja Reza noh." Daffa menunjuk ke arah Reza yang tengah bekerja.

Sore itu Daffa mengajak Bima dan Syila untuk ke bengkel tempat Reza bekerja, sekaligus menemui sang kekasihnya itu untuk meminta izin, karena dirinya ingin pergi untuk makan malam bersama Bima dan Syila.

Syila dan Bima saling pandang, entah ingin percaya atau tidak.

"Kalian ngapain ke sini?" Reza datang dang langsung duduk di samping Daffa.

Cup!

"Makannya jangan kayak anak kecil dong beb." Dengan santainya Reza mengecup serta menjilat es krim yang terdapat di sudut bibir ranum Daffa.

"Iya, bawel nih calon bapak."

Reza hanya terkekeh pelan mendengar itu, ia pun kembali bertanya perihal mengapa mereka datang ke tempat ia bekerja.

"Kami mau ngajakin Daffa makan di luar, kata Daffa kudu ijin ama lo dulu Za, gimana? Boleh gak." Ujar Bima.

"Boleh, asal jangan makan yang pedes sama asem ya, juga jangan pulang kemaleman, Daffa lagi hamil soalnya."  Tutur Reza lalu kembali bekerja, namun sebelumnya ia memberikan uang kepada Daffa.

"Lu simpan aja duit dari laki lo, hari ini biar gue yang bayarin, ok." Ujar Bima.

"Shoping juga nih berati?" Tanya Syila.

"MATRE KUADRAT!"

Dan ketiganya pun pergi dengan menggunakan mobil milik Bima.

~ ~ ~ ~ ~

Malam itu Reza baru saja datang dari tempat kerjanya, di tangannya terlihat penuh dengan kantung berisikan belanjaan isi dapur mereka.

"Reza~" Daffa keluar dari kamar dengan berlari-lari kecil menghampiri Reza, menghambur ia ke pelukan prianya itu.

"Ukh ... Wangi banget nih bini gue, udah makan belum yang?" Dikecupnya kening Daffa mesra dengan tangan kanannya mengusap sirai hitam lembut itu.

"Belum, nungguin kamu soalnya."

"Gemesin banget sih bini gue, gak sia-sia gue berlomba-lomba sama sperma lain demi lahir ke dunia terus ketemu makhluk Tuhan seimut ini." Diunyel-unyelnya pipi berisi itu, hingga bibir ranum itu ikut memproud dan dikecupnya berulang kali.

"Eh iya? Tumben kamu gak mual nyium bau aku beb."

"Eh iya juga." Daffa mundur selangkah lalu mendekat kembali ke tubuh Reza, dihindunya aroma tubuh Reza yang beberapa hari lalu membuatnya mual.

"Asem gak?"

"Gak sih, cuman baunya kok enak ya."

"Hah? Enak baunya?" Bingung Reza.

Daffa mengangguk, "gak usah mandi ya malam ini."

"Ih, gak mau ah, harus mandi lah, bau banget nih."

"Ck! Terserah deh!" Daffa merajuk seketika, pergi ia masuk ke dalam kamar dengan menghentakkan kedua kakinya ke lantai dengan kuat.

"Yah, merajuk deh." Senyum merekah di wajah tampan Reza, tingkah Daffa teramat menggemaskan sejak dirinya mengandung, pemuda manis itu selalu membuat dirinya merasa gemas karena tingkahnya.

Dan demi memenuhi kehendak sang istri yang tengah berbadan dua, Reza pun tidak mandi malam itu, ia masuk ke dalam kamar dengan bertelanjang dada dan menggunakan celana bokser saja.

"Yang~" panggilnya pelan pada Daffa yang terlihat menggulung tubuhnya dengan selimut.

"Aku gak mandi kok ini, udah yuk jangan merajuk lagi." Perlahan ia buka selimut itu hingga wajah manis Daffa terlihat, wajah tenang itu begitu indah.

"Udah tidur ternyata, kesian kecapean keknya deh." Dibenarkannya posisi tidur Daffa, tak lupa dijadikannya lengan kanannya sebagai bantalan untuk pemuda mungilnya itu, lalu ditariknya tubuh Daffa ke dalam dekap hangatnya, terlelap bersama dengan cinta yang kian besar di hati keduanya.

Rembulan malam itu bersinar begitu terangnya, pukul dua dini hari dunia sungguh sepi. Namun, di sebuah rumah bangsalan di mana di dalam sebuah kamar berukuran empat kali lima meter terlihat seorang pemuda tengah menungging dengan gerakan tubuhnya yang maju serta mundur berulang kali.

"Argh!"

"Eh, maaf Za."

"Sakit yang, kok digigit sih?"

"Maaf." Pemuda yang tadi menungging itu duduk dengan mata berkaca-kaca.

"Sakit Za?"

"Sedikit, tapi ya udah gak apa kok, udahan ya." Diusapnya pelan bibirnya yang sedikit membengkak sebab Daffa mengigitnya tadi.

"Kita tidur aja yuk." Ajak Reza.

"Mau main dulu." Rengek Daffa dengan ekspresi memelasnya.

"Besok aja ya, kamu harus kuliah pagi kan sayang." Tolak Reza pelan.

"Tapi Za."

Cup!

Dikecupnya bibir ranun yang memproud lucu itu.

"Besok aku punya hadiah buat kamu."

"Hadiah?" Manik hitam itu berbinar mendengar kata hadiah.

Reza mengangguk, "tapi kita tidur dulu ya, ayo umi harus nurut sama abi."

"Heh! Gak usah manggil umi!" Kesal Daffa.

"Kenapa emang? Salah?"

"Iya salah lah."

"Salahnya dimana?"

"Kita homo Za, HOMO!"

"Eh? Kita homo ya?"

"BUKAN! KITA LESBI!"

"Kamu punya meki dong."

"Bodo! Gini amat punya suami, mau dijual tapi pasti gak laku." Daffa memilih untuk berbaring dengan memunggungi Reza, walau tak jarang tinggak menyebalkan dari Reza selalu membuatnya kesal, namun Daffa tetap mencintai laki-laki tinggi itu.

~ ~ ~ ~ ~

Hari ini adalah jadwal rutin Daffa memeriksakan kandungannya, Rexa tidak dapat menemaninya, jadilah Bima dan Syila yang menemaninya untuk ke Dokter kandungan.

"Gimana Dok? Ponakan saya cewek atau cowok?"

"Astaghfirullah, baru satu bulan oi, lo ya Bim, nanya yang warasan dikit napa."

"Ya kan gue cuman nanya."

"Ck! Eh iya Dokter, bayinya uke atau seme?"

"Gini banget punya teman, nyesel gue minta temenin lo berdua." Daffa menggeleng pelan melihat tingkah kedua sahabatnya itu.

Selepas dari sana, ketiganya pun memutuskan untuk pergi ke rumah Daffa.

"Daf, bikinin es teh manis dong, haus nih." Ujar Bima.

"Dih, punya kaki ama tangan juga, kenapa gak bikin sendiri?" Sahut Daffa.

"Gue tamu loh, inget kalau tamu itu adalah raja."

"Gue hamil loh, inget kalau orang hanil itu gak boleh cape."

* * * *

Maacie

"Janji"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang