Awal Mula

7 1 0
                                    

"WOI, VEN!" Bastian berteriak kala melihat temannya tengah bersama seorang gadis.

Mavendra mencari keberadaan suara itu, lalu dilihat secara lamat.

"Sialan lo, Bas!"

Bastian setengah berlari mendekati keduanya, dengan nafas yang terengah-engah sembari memegang perut kirinya itu Bastian melirik Adara.

"Ayo ke kelas, udah di suruh ke kelas semuanya. Bakalan ada pembagian jadwal mata pelajaran buat satu semester ke depan," jelas Bastian membuat keduanya mengangguk paham.

Selama MPLS berlangsung seminggu ini memang bel sekolah sedikit tidak di indahkan oleh para siswa, sehingga osis lah yang harus berkerja keras untuk memanggil para siswa.

"Kelas kita sejalur, mau bareng?" Tawar Mavendra pada Adara.

Adara pun sempat berpikir sejenak oleh perkataan itu dan akhirnya pun ia menganggukkan kepala.

Mereka berjalan beriringan, Adara berada di posisi paling kanan, Mavendra berada di tengah dan Bastian disisi kiri Mavendra.

Bastian tampak menyenggol lengan Mavendra sebagai penggodanya, sedangkan Adara hanya diam yang tetap memfokuskan langkahnya ke depan.

Mavendra? Jangan di tanya, ia tengah menahan kebahagiaan yang luar biasa hari ini. Bak kupu-kupu yang memenuhi perutnya saat ini. Jantung yang berdetak tak seperti biasanya membuat tangan lelaki itu dingin.

"Ini kelas lo kan?" Tunjuk Mavendra pada kelas 'X IPA 4'.

Adara mengangguk, "iya, gua masuk duluan ya."

"Yoi, silahkan nona!" Timpal Bastian.

Gadis itu tersenyum kemudian berlalu masuk kedalam kelas, tanpa menunggu lama lagi Mavendra dan Bastian pun melanjutkan langkahnya untuk kembali ke kelas mereka.

"Gila, Ven. Thanks banget udah mau traktir gua, kenyang banget nih perut," ucap Bastian sembari mengusap-usap perutnya.

"Yoi sama sama, lo udah jawab panggilan alam?" Tanya Mavendra tanpa menatap keberadaan Bastian.

"Udah gak kerasa gegara gua nyariin lo tadi, sialan!" Penjelasan Bastian itu penuh dengan penekanan.

"Siapa suruh lo cariin gua, lewat chat kan bisa," ucapnya enteng.

"Buset, lo kalo dongo jangan kelewatan, Ven. Di chat aja ceklis satu!" Ketus Bastian.

Mavendra tertawa ringan lalu merangkul pundak Bastian dan satu tangan yang ia masukan kedalam saku celana berwarna abu-abu nya itu.

"Lupa gua kalo baru off."

"Ganteng si ganteng tapi pelupa," ejek Bastian.

Mavendra yang tadinya merangkul pundak Bastian berganti mencekik leher sahabatnya itu menggunakan lengan miliknya.

"Enak aja lo kalo ngomong, baru sekali doang lupanya!"

Bastian pun memukul tangan Mavendra dengan sempurna yang membuatnya tersentak.

"Lepasin, Ven!" Pinta Bastian.

Bukannya dilepas justru Mavendra semakin mengencangkan cekikan itu. Bastian pun memilih untuk memukul perut Mavendra menggunakan sikut.

Dan akhirnya terlepas, kemudian Bastian berlari menghindari Mavendra untuk memastikan tidak ada serangan lagi baginya.

Mavendra mengejar sahabatnya guna menakutkan Bastian, mereka pun tertawa lepas membuat siswa disekitarnya menatap keduanya.

Lelaki dengan tinggi 176 itu, Bastian. Berhenti berlari sembari memegang perutnya.

"Udah, Ven. Perut gua sakit dibuat lari," keluhnya.

Kita dan SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang