Hukuman

13 1 0
                                    

Mavendra, lelaki itu sudah siap dengan pakaian seragamnya. Dengan rambut berwarna hitam legam yang sengaja ia buat seperti belah tengah. Ia tengah sarapan dengan Indah, bundanya.

"Gimana temen temen kamu?" Tanya Indah memecah keheningan.

"Seru, Bun."

"Syukurlah kalo gitu, Bunda ikut seneng dengernya."

"Bun, menurut bunda jatuh cinta pada pandangan pertama itu nyata adanya gak?" Tanya Mavendra penasaran sembari menatap lamat ibunya.

"Bisa iya dan bisa juga tidak," ucap Indah yang setia mengunyah.

"Kenapa gitu?"

"Jatuh cinta pada pandangan pertama bisa nyata kalau keharusan lebih tinggi daripada keinginan. Sedangkan bisa dikatakan tidak jika keinginan lebih tinggi daripada keharusan. Intinya jika seseorang jatuh cinta entah pandangan pertama ataupun bukan, ia akan berusaha semaksimal mungkin supaya keharusan memilikinya lebih daripada hanya sekedar bayang bayang keinginan," Indah membalas tatapan sang putra kemudian tersenyum.

"Bukannya cinta tidak harus memiliki?" Mavendra kembali bertanya ketika ia mengingat sebuah qoutes dari salah satu laman sosial medianya.

"Tidak harus memiliki bagi orang orang yang mudah menyerah. Lagi jatuh cinta ya?"

Mavendra mengangguk sembari cengengesan, "hehe iya nih, bun."

"Ingat, jatuh cinta berada di antara jatuh dan cinta. Cinta membuatmu cinta secinta cintanya hingga rela mengorbankan banyak hal tapi ia juga bisa membuat dirimu jatuh sejatuh jatuhnya sampai membuatmu tak berdaya."

"Iya, bunda. Enda bakalan tetep bijak dalam jatuh cinta, bunda gak perlu khawatir Enda bisa bedain mana yang baik dan buruk buat Enda."

Notifikasi pada ponselnya membuat percakapan pagi ini terputus, dengan segera ia membukanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Bunda, aku berangkat sekarang," Mavendra bangkit dari duduknya sembari meneguk air putih.

"Loh baru jam segini, tumben berangkat pagi."

"Mau berangkat bareng sama temen temen yang lain, bun," Mavendra mendekati sang bunda lalu diciumnya punggung tangan itu.

"Hati hati ya, semangat Enda!" Indah tersenyum dan memberikan usapan punggung putranya untuk menyalurkan rasa semangatnya hari ini.

Mavendra hormat kepada Indah, "siap nyonya!"

Lelaki itu mengenakan helm full facenya lalu mengeluarkan motor dari perkarangan rumah, tanpa berlama-lama lagi ia menancapkan gasnya menuju markas SDAZER berada.

Hanya memerlukan 15 menit saja untuk menempuh perjalanan dari rumahnya karena jalanan masih tak begitu ramai untuk dilewati. Dapat dilihatnya sudah banyak motor sport berbagai warna tertata rapi dihalaman sekitar markas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita dan SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang