Pukul 12.00 teng lampu yang semula merah berubah menjadi hijau. Anggota Treasure maupun Exo masih lengkap berada di sana.
Dalam rengkuhan Dio, Sana berjalan mendekati pintu menunggu sang dokter untuk keluar. 3 menit menunggu, dokter berbaju hijau dengan masker bertengger di hidungnya menatap iba keluarga pasien. Dengan berat ia menghela nafasnya. Ia masih tak berkata walaupun Sana sudah mendesaknya. Ia menutup matanya berat.
"Selasa, 11 Desember 2018. Pukul 12.00 WITA. Pasien atas nama Kavi telah berpulang ke yang maha kuasa"
Apa? Dino tak salah dengar kan? Berpulang? Kavi telah berpulang?
Tak lama, sebuah brangkar keluar dengan sosok yang di tutupi oleh sehelai kain putih.
"Bang Kavi? Bang Kavi udah enggak ada, Daf? Bang Kavi gue, Daf?"Dino menangis meraung dalam dekapan Daffa. Menjatuhkan diri di lantai sebab masih tak percaya dengan apa yang ia dengar. Semudah itu ia pergi? Tanpa pamit?
Tolong katakan padanya bahwa ini adalah mimpi.
"Maaf Pak, Bu. Kami sudah berusaha namun takdir berkata lain"
"Iya dok, saya mengerti. Terima kasih atas bantuannya"
"Itu sudah tugas saya, Pak"Juna mengangguk sebagai jawaban. "Kalau begitu saya izin untuk mengurus jenazah, Pak"
"Iya pak. Terima kasih"
___
"Mati juga kamu, sialan"
___
Pemakaman pun berlangsung sebagaimana mestinya. Berakhir tinggal Dino dan anggota Treasure lainnya ditambah Kana. Sargas begitupun Kana berjongkok di samping makam bertulis nama anak malang itu.
"Maaf, nak. Maafin saya. Gara-gara saya kamu begini, nak. Maaf..."Kana terisak hebat. Sargas turut menangis. Sekali. Hanya sekali ia melihat Kavi itupun tak saling tegur sapa.
"Enggak guna minta maaf sekarang. Dia juga enggak akan bisa jawab"ketus Dino.
"No!"tegur Lugas dan Cakra. Dino hanya bisa terkekeh saja menanggapinya.
"ARKHH!"teriak Dino. Marah, kesal, sedih bercampur jadi satu membuat Dino frustasi. "KENAPA LO PERGI, BANG! GUE ENGGAK SANGGUP, BANG.... Jangan tinggalin gue sendiri"isakan pilu itu menyeruput hingga ke anak Treasure lainnya.
Sargas menghampiri Dino dan bertekuk lutut disana.
"Maaf, bang, maaf... Maaf karena keluarga gue keluarga Lo jadi begini. Maaf bang. Pukul gue, bang, hajar gue. Maafin Mama gue, bang. Maaf... Ini salah gue dan tolong maafin Mama, bang, tolong. Hukum gue, bang. Tolong jangan Hakimi Mama, cuma Mama yang gue punya, bang. Ampun bang.... Maaf.."Sargas memeluk erat kaki Dino yang sama-sama terisak hebat. Seperkian detik semuanya hening.
"Ini salah saya Dino. Maafkan saya, maaf. Saya yang akan bertanggung jawab. Saya akan menerima hukumannya. Tolong maafkan Sargas, No, dia enggak tau apa-apa. Maafkan saya, Dino. Maafkan saya, Dino"
"ARKHH!"geramnya. "SANANTA BAJINGAN!"
Dino ikut duduk menyamakan tinggi dengan Sargas dan Kana.
"Dino yang salah, Tan. Ini udah takdirnya bang Kavi. Seharusnya Dino harus lebih dewasa dan ikhlas. Dino yang harusnya minta maaf ke kalian. Dino keras. Dino salah. Maaf Tante, maaf karena terus nyudutin Tante. Maaf..."Kana tak bicara. Ia memeluk Dino erat. Paduan isakan ketiga orang dalam satu pelukan itu mengartikan betapa mereka sangat kehilangan dan menyesal. Kebodohan yang berujung meratap takdir.
"Maafin gue, bang"lirih Sargas.
"Lo enggak salah, Gas"jawab Dino di sela-sela isaknya.
___
"Apa kalian hari ini berangkatnya?"tanyanya pada orang di seberang melalui telepon genggam.
"Kalau begitu saya menyusul minggu depan. Saya harus menyelesaikan urusan disini dulu"
"Baiklah. Saya tutup, kabari jika keadaan disana tidak stabil"
Ia menutup panggilannya dengan sang sekretaris disana lalu kembali ke dalam rumah untuk mengaji bersama.
Perusahaan di Jepang mengalami masalah itulah mengapa ia akan pergi kesana minggu depan nanti.
___
"KEBODOHAN YANG BERUJUNG MERATAP TAKDIR"
_Kana.20 Agustus, 2023.
___BOOK INI UDAH JADI GUYS. TINGGAL UPDUTE DOANG SEBENARNYA. BIAR KALIAN ENGGAK PENASARAN VOTE SAMA KOMENNYA JANGAN LUPA YA💎🙏
BYE-BYE
(づ ̄ ³ ̄)づ
KAMU SEDANG MEMBACA
RABU
FanfictionKavi Saguna, Kalingga yang tak bisa lepas dari sangkar nerakanya. Sengaja tak melepaskan diri untuk mendapat satu keinginannya. Seorang yang mecurahkan semuanya lewat sajaknya. Kalingga yang penuh dengan senyum hangatnya. Kavi Saguna, Kalingga yang...