23.45 WITA

69 10 0
                                    

Sananta menjalankan mobilnya menuju rumah tempat dimana Kavi dikurung. Selepas dari rumah Juna ia langsung kesini dan pamit pada Sargas untuk pergi ke kantor karena ada urusan. Pukul sudah menunjukkan 23.45 WITA. Sananta membuka rumah setelah saling sapa dengan satpam yang berjaga.

Dengan tidak santainya ia membuka gudang tempat Kavi berada.

"Bangun!"Kavi masih belum terusik. Sananta yang geram kemudian mengambil air di gelas yang tergeletak di sana.

BYUR!

Kavi tergelonjak kaget.

"Bangun juga kamu sialan!"pekik Sananta. Tanpa aba-aba, ia mencengkram leher baju Kavi dan mengangkatnya.

"GARA-GARA KAMU! SAYA HAMPIR KETAHUAN SIALAN!"

"AKHHH!"Kavi berteriak kesakitan kala Sananta memukul perutnya keras.

"KAU HIDUP TIDAK ADA GUNANYA ANAK SIALAN! ANAK TIDAK TAHU DIRI! PEMBAWA SIAL!"

PLAK!

"S-ssaki-kit.. a-ayah..."rintih Kavi. Bukannya berehenti. Sananta malah semakin menendang Kavi.

"Ampun ayah... Ka-Kavi-Kavi minta maaf... Am-ampunh.."

"Tidak ada kata ampun bagi kamu, BAJINGAN!"

Sananta seolah gelap mata dan menghabisi Kavi yang kian melemah. Mungkin ini sudah waktunya bertemu sang ibu.

"MATI KAU SIALAN!"

___

Pukul setengah dua dini hari, Sananta sampai di rumahnya. Sejam memukuli Kavi tidak membuatnya merasa puas. Ia tak mau menghabisi anaknya itu sekarang karena Minggu nanti acara pernikahannya.

Baru saja ia ingin memasuki kamarnya. Ia mendecak kesal saat seseorang meneleponnya.

"Ada apa! Kau tahu aku ini sedang marah!"

"Jangan sampai anak itu mati. Obati seperlunya dan beri makan dia besok"

"Pastikan dia masih bernafas!"

"JANGAN BAWA DIA KE SANA SIALAN! KAU MAU AKU DI PENJARA?"

"STOP MENELPONKU, BANGSAT!"

Sananta kemudian membuka pintu kamarnya keras begitu pun dengan menutupnya. Tanpa ia sadari Sargas di sana. Mendengar semua pembicaraan ayahnya dengan entah dengan siapa. Satu yang Sargas tangkap. Pasti itu mengenai Kavi.

Ia membawa gelas berisi air itu menuju kamarnya sambil mengendap takut jika Sananta tau dia mendengar pembicaraannya.

"Ayah?"gumamnya masih tak percaya. Haruskan ia memberi tahu Dino? Tapi ia juga tak tahu Kavi disembunyikan dimana. Sargas akan menelitinya.

Ia meraih handphonenya di kasur lalu mengirim pesan pada Dino.

___

Setelah selesai berganti Sargas langsung menuju tempat dimana mereka akan bertemu. Hari Rabu ini, Sargas meminta bertemu dengan Dino di sebuah cafe. Sore hari ini ia sangat-sangat gugup. Saking gugupnya ia malah tak menyadari jika sosok yang diajaknya bertemu sudah dihadapannya.

"Gas!"panggilnya membuat Sargas tersentak.

"Hah? Eh bang? Udah datang. Maaf-maaf gue ngelamun"

"Hm"

"Bang Dino mau pesan minum dulu?"

"Boleh. Ice greenteanya aja"

"Oke"Sargas kemudian pergi untuk memesan kalau setelahnya kembali.

"Mau ngomongin apa?"tanya Dino.

"Gue pengen tau tentang bang Kavi"

Terdengar Dino menghembuskan nafasnya berat. "Gue enggak berhak kasih tau kehidupan orang sama orang lain"

"Bang... Gue ini adiknya. Gue pengen tau dia kayak gimana orangnya"

"Kenapa sih Lo pengen tau? Segitunya banget"ucapan Dino masih sama yaitu ketus dan acuh.

"Maaf bang. Gue minta maaf karena buat keluarga bang Kavi hancur. Maaf kelakuan Mama gue. Gue pengen tau bang Kavi tuh orangnya gimana. Rupanya gimana. Gu-gue, gue tau sesuatu tentang bang Kavi"ucapan di akhir Sargas membuat Dino menyerngit bingung.

"Maksudnya? Lo tau apa?"

"Semalam gue dengar ayah lagi telponan dan gue enggak tau itu siapa. Tapi dalam percakapan itu mereka bahas tengan bang Kavi. Ayah bilang usahakan bang Kavi masih tetap bernafas"

"ANJING!"umpat Dino. "Lo tau Kavi dimana sekarang?"tanya Dino yang mulai terdengar panik.

Sargas menggeleng lemah. "Enggak tau bang. Makanya gue nanya sama Lo siapa tau Lo tau tempat-tempat yang baisanya Ayah datengin. Mungkin Ayah nyembunyiin bang Kavi di sana"

Dino terdiam. Mengingat-ingat biasanya Sananta kemana saja. Namun, ia tak tahu sama sekali. Kemudian Dino meraih benda elektroniknya lalu menghubungin sang ayah.

"Hallo, Pa? Dino mau nanya"

"Iya, No. Ini Mama, Papa lagi di kamar mandi. Mau tanya apa biar mama yang sampein nanti?"jawab seseorang di seberang sana.

"Anjir. Untung gue enggak keceplosan"ucapnya yang sebelum itu dimute dahulu.

"Nanti aja deh Ma. Enggak jadi sekarang"

Setelah sambungan terputus Dino berdecak kesal.

"Mau ikut saran gue enggak, bang?"tawar Sargas.

"Saran?"bingung Dino. Sargas mengangguk cepat sambil tersenyum penuh.

___

"KATA MAAF CUMA BISA DIUCAP OLEH ORANG YANG BERTANGGUNG JAWAB"
_Sargas.

4 Agustus, 2023.

RABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang