Chapter 1

12 0 0
                                    

Untuk Sakinah
(Dan coffee time yang tak pernah luntur)

Hai kak,
Terimakasih sudah meluangkan banyak waktu untukku di sela - sela kesibukanmu mengurus bisnis dan keluarga. Aku tau, betapa beratnya perjalanan menuju dewasa.
Secangkir kopi yang kau seduh, lebih dari cukup sebagai ungkapan persahabatan kita selama ini. Bukan tentang mahal dan mewahnya sebuah pemberian, tetapi ketulusan. Selama ini kamu selalu bersabar bagaimanapun sikapku selama ini , kamu yang selalu mau mendengarkan ceritaku, keluhan, dan segala emosi yang aku miliki .
Kak, kenapa waktu cepat sekali berlalu?
Rasanya baru kemarin aku menjadi mahasiswa dan sekarang sudah lulus menjadi sarjana. Begitu cepatnya waktu berlalu sampai rasanya kita telah sejauh ini melangkah, atau bahkan tak begitu terasa.
Sudut kamarmu adalah salah satu tempat favoritku, tempat yang nyaman setelah aku menghabiskan waktu di bimbel seharian. Aku tidak peduli betapa berantakannya kamarmu, yang jelas semuanya terasa indah karena ada kamu.
Seharusnya mungkin aku lebih bisa mengerti dirimu kak, sebagaimana orang lain yang berusaha mengerti dirimu. Tetapi aku selalu tak sabaran menunggu, ingin main, dan ingin bercerita.
Kenapa kamu sangat menyukai kopi?
Sejak kapan kamu mulai menyukainya?
Anehnya aku yang lebih suka susu akan begitu saja mengiyakan ajakanmu saat minum kopi. Semuanya terasa berbeda.
Kopi yang kita nikmati bersama mungkin bukanlah Starbuck atau janji jiwa, tetapi kopi itu selalu jadi saksi persahabatan kita selama ini. Jadi perantara diantara ribuan cerita yang kita bagi.
Kak, terimakasih sudah hadir dalam hidupku. Karena kamu, aku tau bahwa kopi tak kalah enaknya dengan susu yang aku suka. Rasa pahitnya bisa menjadi aroma yang enak ketika bercampur dengan krim dan gula .
Ini dulu ya, semangat terus sahabatku.

Nursiput

FORLIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang