1

1.4K 125 24
                                    





......

"Minumlah ini Sakura-chan,, "

"Terimakasih Baachan.. " Sakura menerima segelas minuman hangat dari tangan perempuan paruh baya didepannya itu, lalu iapun meminumnya perlahan.

"Bagaimana? Apakah mualnya menjadi sedikit berkurang? "

Sakura mengangguk pelan setelah ia meminum beberapa tegukan dari gelas yang dipegangnya itu.

Mikoto pun terlihat tersenyum.
"Yasudah.. Sekarang istirahatlah, okey.. Baachan akan keluar untuk menyiapkan makan malam."

Sakura kembali mengangguk pelan, hingga sang Nyonya besar di rumah itupun beranjak pergi dan keluar dari kamarnya.

Sakura mengusap pelan perutnya yang masih terlihat rata.
Kandungannya baru menginjak lima minggu dan dia harus benar-benar menjaga kandungannya itu agar calon bayi di dalam perutnya tumbuh dengan baik.

"Kaasan hanya memiliki waktu yang singkat bersamamu. Tapi Kaasan janji,, selama waktu yang singkat itu, Kaasan akan benar-benar menjagamu dengan sangat baik. "

Sakura tersenyum kecut.
"Suatu hari nanti,, saat kau sudah lahir dan mulai beranjak besar, Kaasan berharap kalau kau tidak akan pernah membenci Kaasan untuk alasan ini. "

-------

"Apa yang akan kita masak untuk makan malam kali ini, Kaasan? " Izumi memasuki dapur dan menghampiri ibu mertuanya yang terlihat tengah berkutat dengan beberapa bahan masakan didepannya.

"Hanya beberapa menu,, dan tentu saja yang cocok untuk ibu hamil. "

Izumi tersenyum.
"Aku akan membantu Kaasan untuk menyiapkannya. "

Mikoto mengangguk dengan senyum lembutnya.

Hingga keduanya pun mulai memasak untuk makan malam dengan dibantu oleh beberapa pelayan.

........

"Semua orang terlihat sangat sibuk, tapi kau hanya selalu saja bermalas-malasan seperti ini. " Sasuke memasuki kamar Sakura dan dia menatap datar kearah perempuan yang tengah berbaring diatas tempat tidur itu.

"Ah, yaampun.. Kau benar-benar begitu pemalas. " Sasuke kembali berucap sembari terus melangkah kearah Sakura yang masih saja berbaring memunggungi arahnya.

"Apa kau sudah merasa menjadi Nyonya besar dirumah ini, huh? "

"Sasuke.. Jangan berkata seperti itu. " Izumi muncul dan melangkah mendekat kearah adik iparnya itu.
"Sakura sedang mengalami masa-masa sulit saat ini. Kehamilan di trimester pertama adalah hal yang akan membuatnya mengalami kesulitan bahkan untuk bergerak sekalipun. "

"Apa? Ck. Yang benar saja. "

"Itu memang benar. " Izumi kembali berucap sembari menatap Sasuke.
"Jadi Neechan sangat berharap, agar kau tidak lagi terus mengatakan hal yang akan membuat Sakura merasa sedih, ataupun tertekan.
Seorang perempuan yang tengah mengandung,, dia harus selalu merasa nyaman dengan sekitarnya. Jadi berhentilah bersikap menyebalkan, okey.."

"Terserah. " Sasuke melangkah pergi meninggalkan keduanya.

Izumi pun hanya menggeleng pelan melihat kelakuan adik iparnya itu. Dan diapun mulai melangkah mendekat kearah Sakura, lalu duduk dipinggir tempat tidur.

"Sakura.. " Izumi menyentuh bahu Sakura yang membuat perempuan berambut pink itu langsung terbangun.
"Ayo kita makan malam.."

"Apakah sudah siap? " Sakura berucap dengan senyumnya yang sumringah.

Izumi pun terlihat terkekeh kecil.
"Tentu saja. Ayo.. "

"....."

---------

Sakura melangkah menuju meja makan, dan dia langsung menatap malas kearah Sasuke yang kebetulan pria muda Uchiha itu juga tengah menatap kearahnya.

Sasuke sudah duduk disamping ibunya saat ini.

Mereka akan makan malam berempat karena saat ini Fugaku dan Itachi masih berada diluar kota untuk perjalanan bisnis mereka.

"Ayo Sakura-chan, duduklah.. Baachan sudah memasak makanan favorit Itachi hari ini. Dan semoga saja kau akan menyukainya. "

"Terimakasih Baachan.. " Sakura tersenyum kearah Mikoto sembari mendudukkan dirinya tepat di hadapan Sasuke yang terus saja menatap datar kearahnya.
Namun tentu saja, Sakura mengabaikan hal itu.

"Ah, Kaasan.. "

Mikoto menatap kearah menantunya yang baru saja bicara.

"Besok malam Itachi-kun akan pulang.
Jadi--,, untuk menyambut kedatangannya, apakah besok pagi aku boleh pergi kesalon untuk merubah penampilanku agar menjadi terlihat berbeda? "

"Tentu saja. " Mikoto mengangguk pelan. "Pergilah,, dan buat penampilanmu terlihat semenarik mungkin, agar Itachi merasa semakin jatuh Cinta padamu. "

"Terimakasih Kaasan.. " Izumi tersenyum kearah ibu mertuanya itu, yang langsung mendapat anggukan darinya.

Dan Sakura,, dia hanya bisa terdiam mendengar pembicaraan itu.

*******


di tempat Itachi..

"Apakah itu untuk Izumi? " Fugaku melangkah mendekat kearah putra sulungnya yang terlihat tengah memandangi sebuah cincin yang dipegangnya.

"Ini untuk Sakura, Tousan. "

"Ah, ya. Itu memang terlihat sangat cocok untuknya. " Fugaku berucap dengan raut wajahnya yang mulai tertegun.

Ada sesuatu yang mulai terasa janggal yang mulai mengganggu pemikirannya. Dan Fugaku benar-benar mulai menghawatirkan sesuatu saat ini.

"Bagaimana menurutmu tentang Sakura? Apa yang kau pikirkan tentang gadis itu. " Fugaku langsung berucap,, dan dia berharap putra sulungnya itu akan memberikannya jawaban yang tepat.

"Dia gadis yang baik. Dan aku--" Itachi menghentikan ucapannya. Dia tersenyum tipis saat membayangkan wajah cantik Sakura yang tiba-tiba saja terlintas dikepalanya.
"Dan sepertinya aku mulai menyukainya, Tousan--"

Deg.

'Itulah yang kutakutkan. ' Fugaku terlihat terdiam beberapa saat, sebelum kemudian dia pun berucap.
"Dengar, Itachi.. Kau sangat tahu bagaimana prinsip keluarga kita, bukan? Cukup hanya mencintai satu perempuan untuk seumur hidup. Jadi--,, kau jangan coba-coba untuk menghianati pernikahanmu dan--"

"Dan itu bukanlah kesalahanku. " Itachi berdiri dan mulai melangkah.
Dia menatap lurus kedepan dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Sudah berkali-kali aku menolak keinginan Izumi  untuk tidur dengan perempuan lain hanya karena masalah keturunan. Tapi dia tetap saja bersikeras dan bahkan Izumi sendirilah yang selalu saja mencarikan perempuan itu untukku. "

Fugaku terdiam.

"Sedikitpun,, aku tidak pernah mempermasalahkan seorang putra dalam pernikahan kami, tapi dia selalu saja membahas tentang hal itu bahkan hampir disetiap waktu.
Hingga sampai akhirnya, disuatu hari,, Izumi benar-benar memaksaku untuk tidur dengan Sakura, yang sesungguhnya--,, aku benar-benar sudah menghianati pernikahanku tepat dihari itu juga. Jadi saat aku tidak bisa lagi mengendalikan prrasaanku, maka itu bukanlah kesalahanku."

Itachi menatap ayahnya. "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, Tousan..
Tapi perasaanku ini sangat sulit untuk dikendalikan. "

"....."

******

Hurt (End) Pdf. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang