"Dari sekian banyaknya laki-laki mengapa dia harus jatuh cinta dengan laki-laki yang tidak pernah bisa dia gapai?" ~ Aprilia Ranjena
April mencoba mengejar sosok laki-laki yang sempat ia lihat tadi. Walaupun sudah berlari, namun ia masih tidak bisa menyeimbangi langkah kaki laki-laki tersebut.
"Hey!"
"Hey tunggu!"
Mungkin karena berisiknya hujan, dan suara tetesan air yang berhantaman dengan benda-benda di sekitar membuat laki-laki itu tidak mendengarnya. Laki-laki asing itu berjalan ke arah rumah kakek yang menjadi tempat penginapan, hal itu membuat April sangat penasaran dan mengikutinya sampai ke dalam.
Setelah masuk ke dalam, akhirnya rasa penasaran nya pun tuntas saat cowok itu membalikkan badannya ke belakang. Menyadari bahwa sedari tadi dia sedang diikuti olehnya.
"Heh ngapain lo ngikutin gue? Lo maling ya?" tuduh cowok itu sambil menunjuk April seperti tersangka.
Mendengar gaya bicara cowok asing itu, membuat ia mempupuskan harapannya bahwa laki-laki yang baru saja ia lihat tadi bukanlah Varsha. Varsha gak mungkin ngomong 'lo gue.' Dan Varsha gak mungkin setengil ini, yang baru ketemu langsung nuduh yang enggak-enggak.
"Enak aja, kamu kali yang maling. Seharusnya aku yang ngomong gitu, kamu ngapain ada di rumah kakek aku?"
"Orang gue udah sewa penginapan ini."
April terdiam mendengar jawaban laki-laki itu. Gadis itu pun ingat bahwa tadi Nadin sudah sempat bilang bahwa penginapan milik kakeknya sudah ditempati. Dan dia belum tau siapa yang menempatinya. Pantas saja laki-laki itu tampak asing di matanya.
"Lo cucunya Kakek Rahmad ya?"
"Iya kenapa? Kamu gak suka? Kalo kamu gak suka silahkan pergi dari sini. Simple kan?" jawab April langsung membalikkan badannya untuk pergi.
"Buset, cantik-cantik galak banget. Awas masih muda nanti darah tingginya naik gak bisa makan daging kurban!" teriaknya dari dalam yang tak digubris oleh April.
"Nyebelin banget sih cowok itu. Amit-amit banget gue ngira dia itu Varsha," dumelnya.
April keluar dari penginapan milik kakek nya dengan baju yang sudah basah kuyup. Dia enggan untuk berteduh terlebih dahulu disana, dia menerobos hujan untuk pulang.
Dia pulang ke rumah dimana kakek dan neneknya tinggal. Kalo hidup di desa, rumah yang jaraknya jauh akan terasa dekat karena mayoritas orang-orang yang tinggal di perdesaan sudah terlatih untuk jalan kaki. Apalagi para sepuh-sepuh kuno yang senantiasa memakai jarik dan kebaya. Seperti nenek April contohnya.
Saat pulang ke rumah, April langsung mencium tangan neneknya yang sedang duduk di depan teras, menikmati ubi rebus yang masih hangat.
"April, kamu hujan-hujanan lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Varsha & Ancala
Teen FictionAprilia Ranjena, gadis desa yang selalu bertemu dengan laki-laki yang tidak dikenal di dalam mimpinya. Laki-laki itu tidak memiliki nama jadi dia selalu memanggilnya dengan nama Varsha. Varsha dalam bahasa sansekerta artinya adalah hujan. Karena sa...