Younger : 03

4K 71 4
                                    

Terik mentari sangat menyengat seolah dapat membakar apa saja yang ia jangkau. Beberapa orang memilih untuk berdiam di dalam ruangan dengan minuman dinginnya, obat untuk menghilangkan panas di tenggorokan. Dan disinilah Jeongguk berada.

Pemuda itu menatap lamat-lamat pada deretan buah segar yang terpajang dengan susu kental yang membuat ia semakin kehausan.

"Ini, dek."

Jeongguk langsung saja mengambil pesanannya.

Pemuda itu lantas berjalan pulang dengan tangan memegang erat minuman dari buah-buahan segar itu. Senyum pemuda itu merekah, membayangkan betapa manisnya minuman itu saat ia menambahkan susu lagi. Oh, Jeongguk harus membeli susu terlebih dahulu!

"Pasti enak!"

Kaki kecilnya melangkah dengan riang, bahkan bibirnya bersenandung kecil. Pemuda itu benar-benar senang hanya karena minuman buah yang sudah lama ia inginkan.

Kebahagiaan pemuda itu sangat sederhana.

Semalam saat ia hampir tidak bisa tertidur dengan perkataan Taehyung, pemuda itu merasa kesal dan kecewa pada dirinya sendiri. Ia menghabiskan malamnya hanya untuk menangis. Benar-benar tidak menyangka jika ia hamil diusia muda, dan bahkan belum menikah. Tangisan pilunya membuat perut ia kram dan dadanya sesak sampai akhirnya ia tertidur karena kelelahan dengan pikirannya sendiri.

Pagi saat ia terbangun dengan mata bengkaknya, Jeongguk sempat berpikir untuk memberitahukan kehamilannya pada ibunya, tapi perkataan Taehyung semalam kembali membuat ia bungkam. Jeongguk harus tutup mulut. Mungkin saja Taehyung yang akan memberitahukan, biar saja, biar pria itu yang urus karena Jeongguk terlalu takut untuk melihat reaksi ibunya. Jeongguk takut ibunya kecewa, takut melihat tatapan penuh sayang itu berubah jadi penuh kekecewaan. Jeongguk ketakutan.

Tapi jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ia berharap bahwa semua yang Taehyung katakan dan khawatirkan —atau bahkan yang ia pikirkan— adalah kesalahan. Jeongguk belum siap untuk menghadapi kenyataan itu, ia bahkan masih terlalu muda untuk menggendong anaknya, masih terlalu muda untuk berumahtangga. Jeongguk tidak siap.

Sibuk dengan pikirannya sendiri, tau-tau Jeongguk sudah sampai di perkarangan rumahnya. Pemuda itu sempat terdiam sesaat kala melihat mobil yang terparkir disana. Mobil Taehyung. Pria itu sudah sampai rupanya.

Dengan perasaan kacau yang tak bisa ia jelaskan, Jeongguk masuk kedalam rumahnya. Menatap dua orang yang seperti dengan menunggu kehadirannya.

Hilang sudah nafsunya untuk minum minuman dari buah segar itu.

Pemuda itu berjalan menghampiri sang ibunda, lalu duduk disebelahnya. Tau betul bahwa Taehyung pasti sudah menjelaskan semuanya, tapi pemuda itu masih tetap disana, memegang tangan wanita paruh baya yang enggan menatapnya.

"Bunda." Jeongguk harusnya mencegah Taehyung mengatakan apa yang pria itu khawatirkan, seharusnya Jeongguk mengecek terlebih dahulu apakah ia benar hamil atau tidak. Tapi semuanya terlambat saat satu tamparan melayang pada pipi kekasihnya.

Jeongguk memekik terkejut. Ia belum siap untuk ini.

Mungkin Taehyung sudah benar-benar mengatakannya, meskipun Jeongguk berharap bahwa yang pemuda itu khawatirkan belum terjadi.

Jeongguk berharap Taehyung akan bungkam, tapi nasi sudah menjadi bubur.

Hana kemudian memberanikan diri untuk menatap Jeongguk, putra kesayangannya. "Benar yang Taehyung katakan?"

Yang ditanya tidak langsung menjawab. Jeongguk terdiam menunduk, berharap Hana paham bahwa Jeongguk pun tidak menginginkan hal ini terjadi. Mereka semua yang berada di rumah kecil itu tidak menginginkan hal ini terjadi. Namun, alih-alih mengerti, Hana justru menangis sambil memeluk Jeongguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YoungerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang