Di Peti Mati, Pengantin Tertidur Damai

899 71 6
                                    

Alan tersadar dari pingsannya. Kepalanya masih pusing dan tubuhnya juga terasa remuk. Energinya masih belum kembali. Matanya mengerjap sebentar, dia merasa sudah membuka sangat lebar kelopak matanya namun entah kenapa dalam penglihatannya semua terlihat gelap. Apakah dia buta?

Bagus, dia juga berharap sudah mati saat ini.

Dengan terburu-buru Alan mencoba untuk mendudukan diri namun kepalanya teratuk papan kayu berat yang berada di atasnya. Sangat nyaring, begitu menyakitkan, dia sampai meringis tak kuat menahan perih di jidatnya. Dalam hati, puluhan umpatan mengisi kepalanya. Tangannya mencoba untuk menyentuh papan halus di atas, dia meraba-raba, memukul, mencoba mendorong papan itu dengan tenaga yang cukup kuat hingga berhasil bergeser. Alan menemukan cahaya saat papan itu sudah berhasil terbuka sedikit, meskipun hanya ada cahaya tamaram dari sinar bulan purnama yang terpantul dari kaca jendela besar di ruangan tersebut, namun itu cukup meyakinkan bahwa matanya tidak buta seperti yang dia bayangkan sebelumnya.

Alan menggeser papan hitam yang entah kenapa lebih mirip penutup peti mati itu hingga terbuka setengah. Dia segera mendudukan diri sambil mengelus kepalanya yang masih sakit, mungkin sekarang sudah memerah.

Betapa terkejutnya dia saat menyadari ternyata sejak awal dirinya memang terbaring di dalam peti mati yang didalamnya di isi dengan begitu banyak sekali bunga, bahkan yang lebih mengejutkan lagi, pakaian yang sedang membalut tubuhnya saat ini ...

Sebuah gaun pengantin berwarna putih panjang dengan banyak bercak merah kehitaman yang terlihat seperti darah yang sudah lama mengering. Ini bahkan lebih terlihat seperti kain lap bekas membersihkan korban kecelakaan!

Baik, sebelumnya dia menyesalkan karena sudah memohon untuk mati dalam keadaan utuh di dalam peti mewah--peti mati ini memang mewah, tapi tidak harus dengan pakaian wanita juga!

Alan kaget bukan main, dia sampai melompat keluar dari peti lalu mencoba untuk membuka gaun ditubuhnya yang ternyata terpasang sangat erat. Dia mencoba untuk melepaskannya dengan segala cara bahkan tidak segan untuk merobeknya dengan gigi. Alan takut, dia takut bahwa kemungkinan terburuk gaun ini adalah bekas pengantin yang sudah mati dan ada kutukan di dalamnya. Ini BENCANA! INI BENC--

"Jangan merusaknya."

"!!!!!?"

Suara barinton itu sukses mengusik pendengaran Alan, pemuda bersurai pirang gelap itu menoleh ke sumber suara--di depan jendela besar. Sosok menakutkan itu sedang duduk di singgasananya sambil menyilangkan kaki dan menatap lurus kearahnya dengan tatapan misterius andalannya. Wajahnya tenang, tetapi matanya seolah ingin membunuh seseorang. Bulu kuduk Alan kembali meremang, dia sangat takut dengan makhluk bertaring ini. Pasti dia ingin menjadikannya santapan malam.

Alan tidak ingin berbasa-basi dengan membalas sahutannya, bagaimana pun dia sudah masuk ke kandang harimau, lebih baik dia mencoba melepaskan gaun pengantin yang sangat menyusahkan ini dan memikirkan cara untuk melarikan diri.

Alan, "Ck!...."

"...."

Merasa usahanya sia-sia dia segera menggulung gaun panjang itu lalu memeluknya ke depan dada dan mulai berlari meninggalkan ruangan besar dengan nuansa jadul itu-tampak seperti kastil zaman dulu yang sangat megah. Tidak ada pencahayaan selain sinar rembulan, banyak kursi dan beberapa patung tertutup oleh kain putih, sarang laba-laba menutupi hampir sebagian langit-langit ruangan yang dipenuhi oleh ribuan lampu kristal. Sepertinya tempat ini sudah tak dipakai bertahun-tahun silam. Alan tidak punya waktu untuk menebak, ataupun terkesan, yang pasti dia harus keluar dari tempat mengerikan ini meskipun tidak tau dimana letak jalan keluarnya!

Seperti sebelumnya, siluman itu tidak beranjak dari tempatnya dan dia akan selalu muncul di tempat yang tak terduga kemudian mengagetkannya. Bajingan itu benar-benar...

MISTERI KASTIL TUA DI TENGAH HUTAN (Vampire)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang