Good Luck For Interview

4 0 0
                                    

"Ma, aku berangkat," kata gadis berambut panjang yang dikucir kuda. Tidak lupa, dia mencium punggung tangan ibunya sebelum mengambil motor di garasinya.

"Iya, hati-hati, Sayang. Semoga berhasil wawancaranya," ucap perempuan paruh baya yang berkerudung panjang abu-abu. Tangannya mengusap pelan rambut putri semata wayangnya dengan senyum tulus.

"Aamiin. Terima kasih, Ma. Asalamualaikum." Gadis itu pun berjalan menuju garasi dan mengambil motor. Segera, dia menyalakan mesin kendaraannya itu dan tancap gas meninggalkan rumahnya. Dalam hati, dia terus berdoa. Semoga, hasil wawancara kali ini seperti yang dia dan sang ibu harapkan.

Gadis yang saat ini memakai rok hitam dengan kemeja polos berwarna biru tua dan dibalut jaket warna senada itu bernama Viola Nirmana. Fresh graduate S1 Pendidikan Matematika yang saat ini sedang berjuang mendapat pekerjaan impian. Apalagi jika bukan guru matematika. Namun, tidak menjadi guru pun bukan menjadi masalah lagi baginya. Asalkan, dia memiliki penghasilan tetap.

Sudah rahasia umum jika mencari pekerjaan memang susah-susah gampang. Puluhan kali Viola mengirimkan lamaran pekerjaan, hanya beberapa yang bisa sampai tahap wawancara. Sayangnya, meski sudah beberapa kali dia mengeluarkan kemampuan terbaiknya ketika wawancara, selalu berakhir ditolak.

Kali ini, dia akan mengikuti tes micro teaching sekaligus wawancara di salah satu bimbingan belajar atau bimbel. Tepatnya Bimbel Bakti Bangsa yang letaknya di Jalan Arjuna, Kecamatan Klojen. Sesuai kualifikasinya, gadis 22 tahun itu mendaftar sebagai tutor matematika, khususnya untuk jenjang SMA.

Lokasi bimbel itu tidak jauh dari rumahnya yang berada di kawasan Perumahan Permata Jingga. Jalanan juga kebetulan sedang lengang. Hanya membutuhkan waktu 15 menit, dia sudah sampai di tujuan.

"Selamat pagi," ucapnya dengan sopan. Jaketnya sudah dia tanggalkan. Gadis cantik itu pun tampil rapi dengan setelan formalnya.

"Iya, pagi. Ada yang bisa dibantu?" Seorang pemuda berseragam Bimbel Bakti Bangsa menyambutnya dengan hangat.

"Perkenalkan, saya Viola Nirmana yang mau tes micro teaching dan wawancara, Kak." Viola bertutur dengan sangat lembut, tetapi tidak meninggalkan kesan tegasnya. Sebelumnya, dia sempat ragu, harus memanggil pemuda itu dengan sebutan 'Pak' atau 'Kak'. Namun, karena tempat kerja itu dirasa semi formal, dia memutuskan untuk memanggil 'Kak'.

"Oh, iya. Saya Alif, salah satu tutor di sini. Silakan masuk dulu." Pemuda itu sangat ramah. Dia bahkan menundukkan kepalanya untuk memberi salam kepada Viola. "Ditunggu dulu, ya, sambil menunggu satu peserta lagi," lanjutnya.

Viola hanya mengangguk dan duduk di sofa yang disediakan. Jantungnya berdegup cukup kencang. Dia sangat gugup dan terus memikirkan hal buruk. Untuk sedikit menghilangkan pikiran buruk itu, dia memilih berkenalan dan sedikit ngobrol dengan dua peserta lain. Satu laki-laki dan satu perempuan.

Selang beberapa menit menunggu, peserta lain pun datang. Tepat pukul 10.00 WIB, seleksi dilaksanakan. Empat peserta itu masing-masing diberikan lembaran soal. Mereka diminta untuk mengerjakan soal-soal tersebut dan bebas memilih nomor untuk dipraktikkan dalam micro teaching.

Begitu menerima soal, rasa gugup Viola kembali datang. Jantungnya berdegup lebih kencang daripada sebelumnya. Terlebih ketika melihat soal. Dia kira, dia akan mengerjakan esai rumit seperti pembuktian logika matematika, integral dan diferensial, logaritma, trigonometri, dan sejenisnya. Nyatanya yang diberikan malah soal-soal penalaran matematika untuk masuk ke perguruan tinggi. Viola hanya mampu menghela napas dan merutuki kebodohannya yang tidak kepikiran untuk belajar materi TPA.

Satu jam berlalu. Tiga orang dari pihak Bimbel Bakti Bangsa pun memasuki ruangan berukuran 16 meter persegi itu. Mereka duduk di bangku sisi kiri yang berlawanan dengan empat peserta. Sedangkan, di depan peserta dan pihak bimbel tersebut sudah ada papan tulis beserta peralatannya.

Struggle Of YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang