7| Fragment Psyche

2.2K 359 61
                                    

Ayah, Rachel, dan Leandra tiba di depan butik Jeanne. Seperti biasa menjemput putri keduanya. Ayah tidak mau kecolongan lagi seperti kejadian Rachel kemarin. Untung hari ini kedua putri bungsunya tidak membuat ulah.

"Kok ramai banget ya, Yah? Biasanya gak seramai ini." tanya Rachel dengan nada penasaran.

Ayah yang melihat ke area butik pun berpikiran yang sama. Apa ada masalah di dalam?!

"Kalian tunggu dulu di mobil, Ayah mau periksa ke sana, takut ada apa-apa sama kakak kalian." ucap Ayah tegas lalu segera beranjak dari sana.

"Ih! Acel mau ikut juga! Ayo Lea kita turun!" ajak Rachel.

Leandra yang memang pada dasarnya pemalas, apalagi untuk hal-hal yang tidak menarik tentu saja tidak mau. "Gak ah Cel! Udah ikutin kata Ayah aja. Nanti lo ilang lagi ribet." tolak Leandra mentah-mentah.

"Ih, gak asik Lea mah! Ya udah, Acel pergi sendiri aja. Bye!"

Leandra yang melihat Rachel turun dari mobil langsung segera turun menyusulnya. Kenapa sih kembarannya itu sangat-sangat aktif dan tidak bisa diam? Duduk di mobil kan enak, sambil tiduran.

"Kalau bukan kembaran gue mah udah gue buang di jalan tol." dumel Leandra.

Kembali pada Ayah, ia kini sudah berada di depan pintu. Banyak sekali wanita-wanita dari segala umur yang berkumpul di luar.

"Ibu-ibu, kenapa ini ramai-ramai? Ada apa?" tanya Ayah menenangkan para ibu-ibu yang berteriak histeris.

"Itu loh pak, di dalam ada artis! Yang main sinetron. Saya ngepens banget mau minta poto!" jawab seorang ibu-ibu yang menggunakan daster kuning bermotif bunga-bunga.

"Oh.. artis. Saya kira ada kebakaran. Ya sudah saya masuk duluan ya bu, mari!" pamit Ayah lalu langsung masuk ke dalam butik sembari mengangguk pada security di luar gedung.

Melihat itu para ibu-ibu langsung kembali heboh. Mereka semua dari tadi di tahan security tidak boleh masuk karena toko sudah tutup. Tapi bapak-bapak barusan diperbolehkan masuk dengan mudah. Bahkan security di sana semuanya memberikan hormat.

"Pak satpam! Tadi itu artis juga ya?!" tanya seorang ibu-ibu yang rambutnya disanggul tinggi.

"Iya ih! Pasti artis juga! Ganteng pisan euy!" sahut seorang ibu-ibu yang lain, sambil menggendong batita laki-laki yang sedang menyusu dengan dot.

"Aduh, bukan bu. Tadi itu Komandan Hartono, Ayahnya nona Jeanne." jawab seorang security di sana.

"Wah! Pantas neng Jean cantik banget. Bapaknya ganteng, saya mau jadi istrinya deh!" ujar ibu-ibu berdaster kuning tadi.

"Haiya! Lu orang pada genit-genit banget lah! Bapak tadi seleranya pasti tinggi. Apalagi istrinya pasti cantik lah!" ketus seorang wanita Tionghoa dengan logat uncle Ahtong.

"Ih, Ci sipit mah sewot aja!"

"Permisi ibu-ibu! Numpang lewat ya, dadah!" seru Rachel membelah kerumunan itu dengan mudah. Leandra di belakangnya nampak seperti bodyguard yang siap adu fisik kalau ada yang menyenggol Rachel.

"Pak kami masuk ya! Tolong ibu-ibu di depan jangan sampai masuk. Nanti Kak Jean bisa ngamuk butiknya bau pasar kaget." ujar Leandra kepada kedua satpam di depan pintu toko sebelum masuk ke dalam bersama Rachel.

Baru juga masuk beberapa langkah, mereka berdua sudah di kejutkan dengan teriakan Ayah.

"Kamu pikir kamu siapa?! Bisa bawa anak saya seenaknya!"

"Wah! Perang sama siapa lagi nih Ayah! Ayo Cel kita gak boleh ketinggalan berita!" Leandra menarik lengan Rachel agar lebih dekat ke tempat Ayah.

Di sana terlihat seorang pemuda berbalut jas abu-abu yang sedang digantung Ayah menggunakan hangar di antara baju-baju lainnya di etalase. Namun yang membuat Leandra dan Rachel kaget bukanlah hal itu, digantung doang mah Ayahnya sudah sering melakukannya. Tapi mereka kaget melihat siapa yang digantung.

Keluarga HartonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang