4| Spending Time With Jo

2.7K 348 47
                                    

Leandra lagi-lagi bangun paling telat dibandingkan ketiga kakaknya yang lain. Pagi ini seember air dingin sukses membasahi tubuhnya. Semalaman ia terlalu asik bermain game sampai lupa kalau dirinya tinggal di rumah yang sangat disiplin.

"Sembilan puluh sembilan, seratus! Sekarang cepat cuci muka dan ganti baju! Kamu telat lima menit gak ada waktu buat mandi!" titah Ayah setelah Leandra selesai melakukan push up ke 100nya.

"Siap, Ayah!" ucap Leandra sembari memberi hormat setelah berhasil berdiri dari posisi push up.

Setelahnya Ayah pergi ke bawah, menuju ruang makan. Leandra menghela napas lega usai sang Ayah tak terlihat lagi di tangga.

"Emang gue gak pernah mandi kalo ke kampus, HEHEHE!" kekeh Leandra kepada dirinya sendiri.

Sudah biasa bagi Ayah memberikan hukuman berupa latihan fisik kepada para putrinya. Mereka sudah terbiasa, walaupun terkadang merasa lelah dan malu.

Pernah waktu itu, Leandra serta kedua kakak tertuanya iseng meninggalkan Rachel di wahana rumah hantu sendirian. Berakhirlah mereka bertiga mendapat hukuman push up 500 kali sambil berucap 'Maaf Acel'.

Padahal Rachel sendiri sama sekali tidak sadar kalau ditinggalkan. Ia malah asik bercanda sambil mengajak ngobrol semua hantu yang berada dalam wahana itu. Memang anak aneh.

Leandra pernah merasa iri kepada saudari kembarnya itu, kenapa sang Ayah selalu saja lebih mementingkan Rachel ketimbang dirinya atau Kak Jo dan Kak Jean. Tapi ketika Leandra melihat langsung bagaimana kondisi Rachel yang sekarat dan hampir tidak selamat karena penyakitnya kambuh sukses membuat mereka bertiga menangis.

Ayah lalu berkata kepada mereka, ia menyayangi semua putrinya. Tidak mungkin ada yang tidak ia sayangi. Tapi Rachel butuh perhatian yang lebih besar karena dia sakit.

Lambat laun Leandra jadi semakin mengerti dan tidak mempermasalahkan hal itu. Dirinya terlalu kuat dan cuek untuk merengek seperti bayi kepada sang Ayah. Lagipula Ayah selalu berusaha menjadi orang tua yang adil bagi mereka berempat.

Kembali pada aktivitas paginya, Leandra hanya mencuci muka dengan sabun batangan lalu menggosok giginya. Rambut pendeknya sengaja tak ia sisir, malas katanya. Dengan cepat memakai sebuah kaos oversized yang dipadukan dengan celana pendek selutut berwarna hitam. Tak lupa membawa headset kuning kesukaannya.

Leandra bersiul sepanjang tangga, menatap keempat orang yang sudah memasang wajah murung dan geram.

"Ih, Lea lama banget sih! Acel udah laper tahu mau makan! Cacing di perut Acel udah teriak-teriak nih!" Rachel menjadi orang pertama yang protes. Rachel dan makanan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan.

"Berisik! Sini cium!" Leandra lantas mencium pipi Rachel gemas. Lalu berjalan menuju sang Ayah.

"Pagi Ayah. Maafin Lea ya, besok janji deh Lea gak akan bangun kesiangan lagi!" ucap Leandra setelah mengecup pipi sang Ayah.

"Harusnya kamu janji gak begadang main game! Mulai hari ini setiap malam hp kalian Ayah sita. Batas pakai ponsel sampai jam sembilan." ujar Ayah memutuskan peraturan baru.

"Ih, kok gitu sih Yah?! Kalau ada pesanan penting gimana? Terus kan Jean harus cari referensi buat desain baju Jean." keluh Jeanne, menatap tajam Leandra sambil diam-diam mengacungkan jari tengahnya kepada gadis berponi rata tersebut.

"Gak boleh! Kerja cukup di butik, kalau di rumah ya istirahat. Kamu juga Jo jangan kebanyakan pikiran soal kasus kamu."

Jolie yang merasa disebut namanya lantas terlonjak kaget. "Hah? Kenapa? Lagi ngomongin apa?" tanya Jolie polos.

"Ih Kak Jo mah bengong mulu! Itu tadi Ayah bilang kalau mulai hari ini, setiap malam hp kita Ayah sita. Yeayyy! Bisa tidur tenang tanpa diganggu notif Shopee cocoki!" ujar Rachel menjelaskan ulang kepada Jolie sambil bersorak kegirangan.

Keluarga HartonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang