"Argh!"
Lanlan menepuk pelan jok mobil bagian depan, ia melupakan suatu hal yang penting. Padahal ia berlari dengan cepat tujuannya untuk memberikan rekomendasi laundry di dekat rumahnya, tetapi, ia lupa menanyakan nama orang itu. "Mana ganteng lagi.."
Akhirnya, Lanlan memilih untuk keluar dari mobilnya dan mengunci mobilnya itu. Ia berjalan santai dengan kartu laundry di tangannya dan tas ambin yang ia kenakan di bahu sebelah kanan.
"Lanlan!!!" seseorang menepuk pundak Lanlan.
Cewek yang dipanggil itu menoleh. "Oh, Olive."
Teman yang disapa Olive itu tertawa dengan nada yang aneh. "Lo kenapa, Lan? Ada masalah?" tembaknya langsung begitu mengetahui Lanlan tidak seperti biasanya.
"Gue habis nginjek jaket orang. Jadi kotor banget," Lanlan tersenyum hampa, menyadari hal yang dilakukannya. Ia menatap Olive dengan memohon. "Gue nggak enak sama orang itu."
Olive mengernyit, "Emangnya siapa?" ia mengangkat alisnya sebelah.
"Nggak tahu namanya..."
"Ciri-ciri gitu?"
Lanlan diam sejenak untuk berpikir.
"Kak Bintang kayaknya kenal, deh?" lontarnya.
"Kak Bintang..." Olive menutup mulutnya. "Jangan bilang satu angkatan sama Kak Bintang?" matanya membesar.
Lanlan mengangguk. "Bisa jadi, ada kemungkinan itu."
"Gila?" kagetnya, Olive menepuk pundak Lanlan dengan pelan. "Yang sabar aja lo, soalnya temen-temen Kak Bintang killer banget."
"Segitunya?"
Olive mengangguk dengan mantap. "Ya, bisa aja lo beruntung kalo temenan sama Kak Bintang, atau kalo lo ketemu sama Kak Devan, atau Kak Petra."
"Itu-itu aja temen Kak Bintang?" tanya Lanlan.
"Nggak." Olive menggelengkan kepalanya. "Lo jangan sampe terikat aja sama Kak Jayden."
"Jayden?" Lanlan menaikkan sebelah alisnya. "Siapa?" tanyanya.
"Ada yang ganteng banget, pinter luar biasa, sering banget ikut olimpiade sama debat."
"Kelihatannya normal aja?" ujar Lanlan kelihatan bingung.
Olive menggelengkan kepalanya. "Lo lihat normal itu dia, bener. Tapi, fans dia..," Olive menghela napasnya kasar, "Apalagi kabarnya nggak pernah pacaran, tapi, banyak yang ngajak dia pacaran."
"Apa hubungannya sama gue?" Tanya Lanlan.
"Lo kalo jadi Cinderella di samping Kak Jayden, bisa ada saudari Cinderella satu kelas yang bakal ngeroyok lo."
Mendengarnya saja membuat Lanlan bergidik ngeri. "Kayaknya bukan Kak Jayden. Nggak tahu gue."
"Ya nggak apa-apa juga, sih. Soalnya Kak Jayden juga nggak pernah punya pacar katanya. Gue aneh juga, sih. Padahal orangnya ganteng banget."
Lanlan hanya terkekeh saja mendengarnya. Lagipula, ia lebih suka beraktivitas sendiri. Bukannya lebih suka menyendiri, hanya saja hal-hal yang dilakukannya sendirian itu memang sudah seasik itu.
"Habis ini lo ke kelas?" Tanya Olive.
"Nggak tahu gue. Dosen yang ini biasanya suka nggak masuk, bingung gue kalo mau pulang," Lanlan mengeluh kebingungan. Hatinya cukup gelisah, lanjutnya, "Gue nggak mau absent soalnya."
Olive menganggukkan kepalanya. "Bener banget sih. Sekarang kuliah paling penting itu presensi harus penuh!"
"Bukan lagi," Lanlan terkekeh pelan. "Gue takut aja gitu kalo presensi gue bolong."
"Gue juga takut," balas Olive. Ia menoleh kepada Lanlan seketika. "Lo abis ini kelas apa?"
"Ilmu perundang-undangan," jawab Lanlan. "Kenapa emangnya?"
"Setau gue jam lo ntar lagi, kan. Barengan tau sama kelasnya Kak Bintang."
Lanlan membulatkan matanya. "Yang bener? Gabung gitu?" tanyanya.
"Iya. Makanya sekarang banyak yang belum kumpul. Pada dandanan di toilet," ucap Olive sambil mengeluarkan tawanya yang alami. "Lo juga dandan dong, Lan. Lo cantik tapi nggak suka dandan."
"Kok gue nggak tahu, ya?" Lanlan masih panik, jangan-jangan ia tidak masuk grup info, mengapa ia tidak tahu informasi ini.
"Lan?"
"Hah?" Lanlan menengok. Ia menggeleng. "Nggak masalah."
Olive merasa Lanlan bukan tidak apa-apa, ia menepuk pelan pundak cewek itu. "Nggak apa-apa, kok. Masa lo segitu nggak jodoh ketemu Kak Jayden."
"Dia yang mana aja gue nggak tahu," ujar Lanlan dengan tawanya pelan. "Lo nggak ada kelas?"
"Gue sekelas, kan, sama lo?" jawab Olive.
Lanlan membulatkan matanya, ia kemudian terkekeh. "Iya?"
"Iya!"
Mereka kemudian melanjutkan jalan ke lorong deretan ruangan A sampai dengan ruangan G. Lorong yang sangat panjang itu cukup menjadi waktu dan tempat mereka berbincang lebih lama lagi.
Sesampainya mereka di depan kelas B dan C itu, ruangannya sudah disatukan dengan pembatas yang dibuka. Sepertinya benar kata Olive bahwa mereka akan menggabungkan kelasnya dengan kelas senior di atas.
"Lalu? Besok lo datang, nggak?" tanya Olive.
Lanlan mengangguk. "Udah disuruh Aga datang, masa nggak muncul?"
"Aga, Aga," Olive menggelengkan kepalanya. "Dia takutnya nggak rame kali. Mau gimana, pertandingan basket nggak ada yang tertarik.."
Lanlan mengangguk-angguk saja dengan pernyataan Olive. Beberapa tahun belakangan memang tidak ramai orang menonton basket. Mereka yang berada di tim basket baru mengambil mahasiswa baru di tahun ini, sisanya adalah mahasiswa yang minimal sudah semester tiga.
Mereka masih membicarakan secara singkat mengenai pertandingan basket.
"Kak Dave ikut jadi ketu—" Olive membelalak kaget, ia kemudian menunjuk ke arah seseorang. "Oh my god!" Ia menepuk-nepuk lengan Lanlan yang sibuk mengeluarkan buku tulisnya.
Lanlan menengok. "Ada apa?" tanyanya lembut dan santai.
"Itu, Kak Jayden!" seru Olive.
Lanlan kemudian melihat ke arah yang ditunjuk oleh Olive, tetapi, ia tidak menangkap siapa yang dimaksud Olive karena ramai sekali mahasiswa berbondong-bondong masuk. Jadi, ia tidak tahu yang mana.
"Nggak lihat, Lan?" tanya Olive.
Lanlan mengangguk.
"Yang pake baju putih!"
Mendengar clue itu, Lanlan menengok ke sekitar. "Ya ampun, Liv. Di sini yang pake baju putih banyak banget..."
"Yang paling ganteng?!"
Lanlan terkekeh mendengarnya. "Nggak lihat juga nggak masalah."
Sementara dari bagian seberang, Jayden menengok ke arah Lanlan. Ia menatap Lanlan yang duduk agak jauh dengan tangannya yang sangat sibuk. Tidak bisa dipungkiri, Jayden tidak bisa melepaskan pandangannya, Lanlan sangat cantik.
to be continued...
thank you for votes and comments!!
written : 26/27 Agustus 2023
© wintergardenssy
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush No.1
FanfictionLanlan tidak tahu bahwa dia akan menyukai orang seperti ini. Di saat paling bahagianya menjalani kehidupan sendiri, ia justru jatuh hati pada Jayden yang tidak sengaja lewat di depannya, hanya karena suasana yang membawanya hingga melihat semua kead...