Bag. 3

21 16 40
                                    

Hari ini adalah pertandingan basket yang sudah ditunggu-tunggu oleh sebagian orang. Tanpa disangka, lapangan basket diramaikan oleh banyak orang di bibir lapangan. Mereka sedang menunggu waktu pertandingan dimulai.

"Selamat sore semuanya! Nama gue Adis!"

"SORE!!"

MC yang mendengarnya itu sontak tertawa. "Wah, semangat sekali, ya!"

"Ada Jayden!"

"Ups!" Adis—MC—itu menutup mulutnya, "Kak Jayden?"

"Iya!!!"

"Jayden! Jayden!"

"Ternyata semangat kalian ada di cowon tampan. Bukan gue, nih?" Adis menaikkan kedua alisnya menunggu jawaban.

"Bukan!!"

Adis menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalian sungguh keterlaluan!"

Seisi lapangan dipenuhi dengan tawa. Ternyata di tim basket hari ini, ada Jayden. Pantas saja lapangan bisa seramai ini, katanya Jayden itu profesional, pernah latihan sebagai Atlet Basket Nasional.

"Emangnya boleh kayak gitu?" tanya Adis.

"Boleh!!!"

"Kak Jayden... Udah punya pacar belum, ya?" pertanyaan itu membuat seisi lapangan heboh.

Adis yang mendengar itu pun terkejut. "Waduh, bisa cemburu berat, nih, pacarnya Kak Jayden kalo tau penggemarnya sebanyak ini?"

"Nggak ada pacar!" teriak Bintang dari samping lapangan.

"WAAA!!!"

Kehebohan di lapangan itu membuat Jayden menyenggol lengan Bintang. "Apaan, sih, Lo?"

"Biar Lanlan ngakuin lo," Bintang menjawab. "Demi kebaikan lo."

Jayden menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ternyata Bintang masih belum move on dari kalimat 'Iya' dari Lanlan. Padahal mereka tidak ada hubungan apapun.

"Jangan macem-macem, deh," ujar Devan.

"Nih, rival lo satu lagi," tunjuk Bintang kepada Devan.

Devan membulatkan matanya. "Lo main-main, Tang! Kalo Jayden pacarnya Lanlan, jangan seret gue!"

"Lo waktu saingan sama gue paling nggak mau kalah, 'kan?" tembak Bintang langsung.

Semakin mendengarnya, semakin sulit dipercaya. "Lo suka sama Lanlan?" tanya Jayden.

"Lo tanya sebagai temen gue, atau sebagai pacarnya dia?"

Jayden menggeleng saja. Ia tidak mau melanjutkan. Mau ia katakan dirinya bukan pacarnya Lanlan, Bintang tidak akan percaya sampai Lanlan yang mengatakannya sendiri. Ia jadi bingung karena seperti merebut gebetan teman.

"Jangan aneh, Bintang," tegur Fano—rekan setimnya.

Bintang membuang napasnya kasar. "Nggak aneh. Hanya belum terima aja. Lo pada tau gue deketin Lanlan udah sesering apa."

"Gue minta maaf," potong Jayden sebelum Bintang melanjutkan kesulitannya.

"Baik, langsung saja kita panggil Tim Kelas A dan Tim Kelas C!"

Jayden menepuk pelan lengan Bintang. Mereka kemudian turun ke lapangan untuk melaksanakan pertandingan. Setelah sampai di lapangan, mereka akhirnya langsung memulai pertandingan dengan bola di tangan Tim C.

"Oper!"

Hendak memasuki ring, Jayden mencegah bola itu masuk dan merampasnya. Ia melakukan dribble untuk membawa bolanya mendekati ring lawan.

Crush No.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang