Bag. 8

14 15 35
                                    

Tidak bisa melupakan rasa malunya, Lanlan masih menutupi wajahnya dengan buku yang biasanya ia masukkan dalam tas, berjaga-jaga apabila ia bertemu seseorang yang sudah seperti musuhnya.

"Woi!"

Lanlan terperanjat kaget, ia memicingkan matanya setelah menoleh ke belakang. "Apaan, sih! Ngagetin aja!"

"Lagian lo kayak orang aneh, sih," dia menjawab. "Kenapa sembunyi-sembunyi gitu?" tanyanya.

"Masuk lo Vincen!" Lanlan menepuk bahu cowok bertubuh jangkung dan berotot itu menggunakan buku yang ia pegang.

Vincen berjalan masuk ke dalam kelas dengan pikiran yang tidak bisa berhenti menebak, ia kemudian menengok Lanlan sebelum masuk. "Lo dikejar lintah darat?"

"Gila lo? Masuk sana!" seru Lanlan, ia mendorong Vincen untuk masuk ke kelasnya.

Setelah Vincen masuk, Lanlan mengekori di belakang cowok itu untuk segera menyembunyikan dirinya di dalam kelas, kalau-kalau ia bertemu dengan Jayden.

"Lo tau nggak," Vincen yang sudah meletakkan tasnya itu, kemudian berbicara. "Kemarin katanya ceweknya Kak Jayden ada di lapangan basket."

Lanlan menganggukkan kepalanya, sambil mengintip dari dalam ke luar jendela.

"Lo liat mukanya?" tanya Vincen.

Lanlan masih menganggukkan kepalanya.

"Gimana? Cantik, nggak?" Tanya Vincen, sekali lagi.

Lanlan menganggukkan kepalanya lagi. Akhirnya, Vincen menepuk pelan lengan Lanlan, membuat cewek itu mengalihkan atensinya dan menatap Vincen dengan dahi berkerut. "Apaan?"

"Lo tau ceweknya Kak Jayden?" Tanya Vincen.

Lanlan barulah menggelengkan kepalanya. "Kenapa emangnya?" tanya Lanlan balik.

"Katanya kemarin nonton FB," cerita Vincen.

Lanlan menganggukkan kepalanya. "Wajar aja, sih?" ujarnya secara asal.

Tak lama kemudian beberapa orang masuk ke dalam kelas, tubuh yang tinggi dan kekar, tidak lain dan tidak bukan adalah Bintang, serta teman-temannya.

"Eh, pacarnya Jayden woi!" seru Petra begitu mendapati Lanlan di kelas ini.

Bintang menyikut perut Petra. "Toa banget lo anjir!"

"Semangat lah gue, ketemu Kakak Ipar," ujar Petra.

Lanlan segera menunduk dan mengalihkan pandangannya. Ia lebih baik berpura-pura tidak melihat keberadaan kakak tingkatnya itu.

"Berisik lo," suara halus itu kemudian membuat Lanlan mendongakkan kepalanya.

Jayden masuk dengan tas ransel di bahu kanannya, ia kemudian memilih duduk di meja paling depan, niat hati ingin diam saja sebelum semuanya hancur dipecahkan oleh Petra.

"Anjir si Jayden, ceweknya di sana duduknya di sini."

Jayden memicingkan matanya tajam. "Mulai lagi lo?"

"Eh, nggak, nggak," Petra menggelengkan kepalanya dengan mantap disertai gerakan tangan yang menandakan isyarat tidak.

Bintang kemudian duduk di depan, tepat di sebelah Jayden. "Lo nggak duduk sama Lanlan, beneran?"

"Lo lagi kenapa, sih, Tang?" Jayden sudah lelah untuk menanggapi.

"Kok lo nggak mau ngaku gitu? Tau gitu gue aja yang pacarin Lanlan."

Jayden menghela napasnya berat. "Berapa kali gue bilang? Gue nggak pacaran sama dia. Lo ngerti?"

"Kalo nggak pacaran, kenapa lo-"

"Privasi orang, Bintang," dehem Petra sebelum mengingatkan Bintang.

Bintang tidak mengindahkan pengingat itu, ia menoleh ke belakang untuk sekadar memandang Lanlan. Tatapan itu membuat Lanlan kebingungan, ia merasa tidak enak dengan Jayden.

"Lo bilang nggak pacaran, tapi, kenapa dia natap lo?" Tanya Bintang.

"Lo beneran mau gue pacaran sama Lanlan?" Tanya Jayden kali ini.

Petra mengernyit. "Ngapain lo Jay?" tanyanya sambil menahan lengan Jayden.

"Katanya gue pacar dia, ya udah." Jayden berdiri untuk bergerak dari kursinya.

"Gila lo? Ngapain?" Bintang mengerutkan dahinya.

Jayden meletakkan tasnya dan menepis pelan tangan yang menahannya. "Ajak pacaran lah."

"Hah?"

Segera setelah membereskan keributan di bagian bawah, Jayden menaiki anak tangga dengan hati-hati dan menghampiri Lanlan yang sudah menotice keberadaan Jayden.

Jayden mengetuk pelan meja Lanlan ketika melihat cewek itu menutupi wajahnya menggunakan buku yang terbalik.

Tuk. Tuk. Tuk.

Lanlan tidak berniat melihat Jayden. Tetapi, cowok itu menurunkan buku yang dipegang Lanlan-untuk menutupi wajahnya itu. "Lan?"

Rasa hati ingin menghindar, tetapi, Jayden tidak beranjak dari posisi itu, mau tidak mau Lanlan menatap mata Jayden. Sungguh, jantungnya berdegup kencang saat matanya melihat mata Jayden yang cantik dan lekat itu.

"Ada apa, Kak?" tanya Lanlan, pura-pura tidak menyadari keberadaan Jayden sebelumnya.

Jayden masih menatap Lanlan dengan tatapan penuh arti. Ia kemudian sedikit berjongkok. "Boleh minta nomor WhatsApp kamu?"

Pertanyaan itu membuat Lanlan terdiam sejenak, ia sampai lupa untuk bernapas selama beberapa detik. Matanya berkedip pelan. "Gimana, Kak?"

"Nomor WA kamu." Jayden kemudian mengeluarkan ponselnya dan membuka sesuatu. Ia meletakkan ponselnya di atas meja Lanlan dan menggeser benda pipih itu.

Atensi Lanlan kemudian beralih pada ponsel milik Jayden di atas meja, ia melihat layar ponselnya yang terbuka bagian panggilan telepon. Ia menengok Jayden lagi.

"Boleh nggak?" Jayden menaikkan alisnya, menunggu jawaban Lanlan.

Seakan tau, Lanlan secara tidak sadar memasukkan nomor ponselnya untuk Jayden. Kemudian Jayden mengambil alih ponselnya dan menekan tombol hijau itu, membuat ponsel Lanlan di atas meja bergetar.

"Makasih."

Setelah mengatakan itu, Jayden kembali turun ke kursi bagian bawah, dan meninggalkan tanda tanya yang besar bagi Lanlan. Apa maksud Jayden? Meminta nomornya untuk apa?

to be continued

written : 15 september 2023
published : 11 Oktober 2023


Thank you for reading, vote and comments!


© wintergardenssy, 2023.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crush No.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang