Prolog

11 1 0
                                    

Hai, selamat membaca.
Semoga suka Aamiin.

Jangan lupa vote karena vote itu gratis tanpa di pungut biaya hihi!

***

Setitik memori tentang uraian kata cinta yang telah di ikrarkan kini semuanya menghilang. Dua daksa yang berusaha saling merelakan kini mengharuskan melewati kesakitan yang begitu dalam. Keharusan yang menyakitkan karena sedari awal mereka sadar bahwa takdir masing-masing tak memberikan kata "kita" dalam bayangan takdir mereka.

***
Seorang perempuan sedang berdiri menunggu angkot di halte dekat gramedia. Gadis itu baru saja membeli beberapa novel yang baru-baru ini terbit dan menjadi buruan orang-orang pecinta novel lainnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 20.45 yang artinya gadis itu sudah menunggu selama 2 jam lamanya.

Gadis itu lalu menyalakan hpnya dan mendial nomor seseorang niat meminta di jemput. Satu kali bahkan dua kali menelfon, panggilannya tak di angkat juga. Gadis itu tak menyerah. Sekali lagi ia menelfon orang tersebut dan akhirnya pada panggilan ketiga barulah orang itu mengangkat panggilannya.

"Halo An, kamu sibuk gak?"

"Knp?"

"Jemput aku di halte depan gramedia ya. Aku udah lama di sini. Angkot juga dari tadi gak lewat-lewat" ucap gadis itu.

"Ga bisa. Gue sibuk"

Tut. Panggilan langsung dimatikan sepihak oleh orang itu yang langsung membuat air muka si penelfon langsung berubah.

Gadis itu menghela napas pelan seraya melihat sekelilingnya. Tak punya pilihan lain gadis itu terpaksa pulang dengan berjalan kaki.

Dinginnya kota bandung malam ini membuat tubuh gadis itu gemetar. Sepertinya hujan sebentar lagi akan turun membasahi kota bandung.

Asik bersenandung pelan, gadis itu tiba-tiba berhenti lalu menatap sekelilingnya. Rasanya seperti ada yang mengikutinya dari belakang. Namun, saat menoleh ia tak melihat apa-apa. Memang, jalan yang di lalui gadis ini cukup sepi. Hanya ada beberapa rumah yang penghuninya pun sudah masuk ke dalam rumah mengistirahatkan badannya.

Perasaannya mulai tak enak membuat gadis itu mempercepat langkahnya dan sedikit berlari agar cepat sampai di rumah. Namun, baru beberapa langkah tiba-tiba sebuah tangan menariknya ke samping dimana rumput-rumput itu sudah mulai tinggi bahkan ada yang melebihi tinggi manusia.

"Kalian siapa?" Ujar gadis itu kaget dengan mata berkaca-kaca. Ketahuilah gadis itu sebenarnya penakut bahkan sangat penakut. Apa lagi sekarang di hadapannya ada orang bertubuh gempal yang sedang tersenyum tidak jelas menatap ke arahnya.

"Hai cantik" kata orang itu, "gak usah takut. Kita berdua cuma mau main bentar kok" lanjutnya lagi.

"Itu sama gue. Kita akan bermain dan menghabiskan waktu berdua malam ini" ujar om-om itu dengan tangan yang mulai mencolek dagu gadis itu.

Seluruh badan gadis itu gemetar ketakutan. Ia mulai menangis dengan buku novel yang ia peluk semakin erat. Tatapan om-om yang tak ia kenali di depan ini membuatnya spontan menangis lumayan keras.

"Heh, jangan nangis" ujar laki-laki  berambut kribo dengan tubuh penuh tato di badannya itu dengan galak di sertai mata melotot. Badannya semakin maju ke depan lalu mencondongkan badannya ke muka gadis itu. Laki-laki itu tertawa pelan dengan wajah menakutkan melihat bibir pink gadis di depannya dengan penuh nafsu. Hampir saja ia mencium bibir itu namun gadis itu menampar dirinya membuat ia berlari menjauhi dua orang itu dengan isak tangisnya.

"Woy, jangan lari" teriak om-om itu dan berlari mengejar mangsanya malam ini.

Tangis gadis itu tak berhenti. Dengan sisa tenaga yang ia punya gadis itu semakin mempercepat larinya saat melihat om-om itu semakin mendekat.

"Tuhan, tolong aku" batin gadis itu.

Namun, sepertinya semesta tak mendukung. Naas gadis itu tersandung batu yang ada di depannya. Karena terlalu fokus berlari dan tak melihat batu di depannya jadilah gadis itu terjatuh.

"Nah, ketangkap juga lo" om-om itu datang lalu membawa gadis itu ke gang kecil dan sempit di sertai dengan bau yang sangat menyengat. Sepertinya penduduk di sini sudah tidak ada.

"Mau lari kemana lagi kau" tawa om-om itu semakin menakutkan.

"Om, to-tolong jangan sakiti a-aku" ujar gadis itu terbata-bata.

"A-aku mau pu-pulang" lanjutnya lagi dengan memberontak. Namun tenaganya tak sebanding dengan om-om di depannya ini jadilah usahanya untuk memberontak sia-sia.

"Diam" bentak om-om itu.

Menyadari gadis di hadapannya ini semakin takut dan air mata yang semakin deras membasahi pipinya, malah membuat om-om itu kesenangan.

Perlahan tangannya manangkup pioi gadis itu lalu mencium dengan kasar bibir pink itu membuat gadis di hadapannya menangis sejadi-jadinya dengan terus memberontak.

"Tuhan t-tolong Anala" batinnya menangis.

"Anala takut Tuhan"

Tangan om-om itu tak tinggal diam. Perlahan tangannya turun ke dada Anala meremasnya dengan kasar lalu mulai melancarkan aksinya dengan membuka satu per satu kancing kemeja Anala.

"TOLONG" teriak gadis itu namun tak ada hang mendengarnya.

"Jangan om" ujarnya dengan menangis hebat. Tangannya memukul mukul om-om itu yang dengan kurang ajarnya membuka pakaiannya hingga saat ini Anala hanya memakai bra. Kemejanya sudah sobek akibat om-om itu.

Om-om itu menelan salivanya melihat payudara putih di depannya. Tangannya kemudian kembali hinggap di dada Anala membuat Anala kembali menangis histeris memukul dan menggigit om-om di hadapannya.

Om-om itu menatap Anala marah kemudian menampar gadis itu dan mengikat tangan Anala ke belakang. Mulutnya tak lupa ia lakban sehingga Anala tak dapat berteriak.

***

Sampai di sini ya.

Selamat bertemu di part berikutnya.

Jangan lupa vote+komen.

Tandain kalau ada typo


Manado, 05 Februari 2024

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang