FIRST OFF ALL
CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN.
CERITA INI MURNI DARI HASIL PEMIKIRAN PENULIS. JIKAPUN ADA BEBERAPA POINT BERLEBIHAN ATAU TIDAK SESUAI DENGAN KENYATAAN, TOLONG MAKLUMI KARNA CERITA INI SENDIRI HANYA FIKSI.
SEKALI LAGI, INI MURNI DARI HASIL PEMIKIRAN PENULIS. THANK YOU
Seorang laki-laki terlihat berdiri tegap dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celana. Diujung jalan, laki-laki itu tengah memfokuskan pandangannya pada seorang wanita cantik yang tengah sibuk mengelap keringat di dahinya menggunakan bahu.
Dari kejauhan senyum manis laki-laki itu terbit.
Sudah sekitar 1 tahun berlalu dan paras wanita diujung jalan sana masih sama. Persis seperti bentuk wajahnya saat 1 tahun lalu, tidak ada perubahan signifikan selain tubuh wanita itu yang terlihat semakin kurus dari terakhir kali.
Wanita yang tengah diperhatikan lembut oleh laki-laki itu tengah sibuk memindahkan beberapa kotak supplier dari dalam mobil kontainer kecil ke dalam sebuah minimarket.
Pantas saja tubuh wanita itu semakin terlihat kurus, wajar jika pekerjaan wanita itu memang tanpa sadar bisa membantu nya diet tanpa sengaja.
Laki-laki tersebut terlihat menghela nafas pelan dan menunduk malas, cukup baginya hari ini untuk melihat penampakan wanita itu
Setelah beberapa waktu berlalu, yang dilakukan laki-laki itu hanya mampu menatap sang wanita dari kejauhan, tidak ada keberanian lebih baginya sekedar hanya untuk menyapa.
Sulit,
Rasanya berjalan mendekat dan mengatakan "Hai," Akan sangat sulit bagi laki-laki itu.
Bahkan sikap pengecutnya lebih seperti penguntit karna hampir setiap hari laki-laki itu mencari keberadaan sang wanita hanya untuk menatapnya dari kejauhan
Laki-laki tersebut kembali mengangkat wajahnya dan tersenyum miris menatap sang wanita diujung jalan
"Lo baik-baik aja, syukurlah, gue pamit pulang" Gumam laki-laki itu pelan dan mulai membalikkan tubuhnya lalu berjalan menikmati sejuknya angin sore saat pulang bekerja
Mereka sempat sejalan, namun arah tujuannya berbeda. Kalau saja waktu itu ia lebih tegas keadaannya mungkin tidak akan seperti saat ini,'kan?
Setelah waktu berlalu, rasa bersalah masih terus menyelimutinya hingga tanpa sadar ia terperangkap sendirian. Jangankan menyapa, berpapasan dengannya saja rasanya ia tidak mampu.
Ia ingin menjadi manusia egois, apakah boleh? Bisakah mereka berjalan bersama diiringi canda tawa seperti waktu itu? Karna saat ini, ia merasa sepi berjalan sendiri.
Racun yang dituang oleh pikirannya tidak memiliki penawar pasti.
Dalam langkah menuju akhir, rasa rindunya semakin berat hingga ia merasa memikul beban tidak terelakkan.
Berjalan bersamanya menyesakkan. Tapi, tidak dengannya mematikan.
"Ini terakhir kali, gue janji"
"Gue mutusin buat berenti cari tau tentang lo,"
"Dengan ataupun tanpa lo, rasa sakit nya masih sama sedangkan rindunya makin gak terkendali,"
KAMU SEDANG MEMBACA
2. WALK WITH YOU [DREAM : NA JAEMIN] (ON GOING)
Fiksi Penggemar(17+) ROMANCE - YOUNG ADULT - MELODRAMA ••WALKING WITH YOU, DOESN'T MEAN THAT WE'LL BE ON THE SAME LINE•• NOTE : THIS STORY FOR 17+. UDAH ADA RATE USIA. JADI MARI SADAR DIRI DAN SALING MENGHARGAI HASIL KARYA ORANG LAIN. JANGAN REPORT APALAGI PLAGIAT...