"Kalau dikasih kesempatan untuk memilih, siapa yang bakal kamu pilih? Restu, Faro, Kae, Max, atau ... aku?"
Pertanyaan Janu memancing dengkusan lepas dari bibir Nada. Ingin rasanya ia tertawa sekeras-kerasnya tepat di depan muka bapaknya Eila! Janu bertanya seakan-akan Nada tipe perempuan yang hobi gonta-ganti pasangan dan suka caper sana-sini. Padahal ia mengenal Restu, Faro, dan Kae karena urusan pekerjaan. Tidak lebih. Sekalipun Faro pernah meminta izin untuk lebih dekat dengannya, tapi Nada menganggap itu hanya basa-basi semata. Sebab tidak ada yang lebih penting di hidupnya kini selain bagaimana ia bisa survive dan membesarkan anaknya.
"Jadi Mas ngajak aku ketemu karena ini?" sembur Nada, menahan geram.
"Cukup jawab siapa yang kamu pilih," tekan Janu.
"Aku nggak bisa dan nggak akan pilih siapapun," tegas Nada. "Mas dan nama-nama yang Mas sebut barusan, bukan pilihan buat aku. Kalian punya takdir masing-masing, meski sempat terlibat sama aku, bukan berarti aku bebas mengklaim salah satu dari kalian. Lagi pula, aku nggak mau menebak-nebak takdir lagi. Karena yang jadi titik fokusku sekarang cuma Eila."
"Kalau gitu, mulai sekarang, kita harus bisa kerja sama untuk membesarkan Eila," ajak Janu, yang entah kenapa terdengar menggelikan di telinga Nada. "Meskipun kita udah bukan suami-istri, tapi kita tetap orang tua buat Eila. Jadi, aku minta kerja samanya."
"Keputusanku nggak pernah berubah, Mas. Izinku selalu terbuka kalau Mas mau ketemu Eila, tapi ... biar aku yang bertanggungjawab penuh atas dia. Biar aku yang didik dia. Dan aku nggak akan serakah dengan terlihat paling punya effort. Aku akan bagi porsi peran kita. Tapi ... aku emang nggak bisa nyerahin Eila sepenuhnya ke Mas --apalagi bekerja sama seperti yang Mas bilang."
"Kenapa?" cecar Janu.
Embusan napas panjang lolos dari bibir Nada. Iris beningnya terlempar ke bawah, ditatapnya Eila yang berada di tengah-tengah sambil mendongak, menatpnya dan Janu bergantian. Ada banyak hal yang Nada pikirkan, salah satunya ketidaktetapan Janu. Ia cukup tahu bagaimana pria itu. Kadang ucapannya tidak sinkron dengan realita. Hal itulah yang membuat Nada ragu dan menciptakan benteng setinggi Himalaya.
Bukan tidak percaya.
Tetapi itu cara sederhananya melindungi Eila.
Agar tidak ada harapan yang anaknya simpan. Yang jika tidak sejalan dengan kenyataan, Eila tidak akan terluka. Sebab terkadang luka timbul karena harapan sendiri. Karena asumi yang diciptakan oleh isi kepala.
"Aku ..." Kembali menatap Janu. "Aku nggak mau Eila terlalu banyak berharap sama Mas," lanjutnya, diikuti ringisan. "Aku takut kalau nanti Mas pergi, aku nggak bisa memenuhi ekspektasi Eila."
"Nad, dengar!" pinta Janu, meraih pergelangan tangan Nada untuk digenggam. Lalu netra elangnya tertancap pada manik mata sang mantan istri. "Aku nggak akan kemana-mana. Dan aku nggak akan nikah. Bagiku, nggak ada yang lebih penting dari Eila."
KAMU SEDANG MEMBACA
Repair [TAMAT]
Romance#LOVESERIES WARNING! ⚠️ MENGANDUNG ADEGAN DEWASA ⚠️ BANYAK KATA-KATA KASAR ⚠️ DILARANG PLAGIAT ATAU MENYALIN KE PLATFORM LAIN ⚠️ CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD DAN KARYAKARSA [UNTUK BAGIAN FLASHBACK, ENDING, DAN EXTRA CHAPTER BISA DIBACA DI KARYAKA...