05 - Gavaniel Magenta

12 6 0
                                    

 Mari tinggalkan jejak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari tinggalkan jejak!

******

PLAKKKK

"Itu balasan untuk kamu yang gak becus jagain Lala!" wanita cantik yang berusia 39 tahun itu berteriak marah didepan sang anak yang kini menatapnya sayu.

Gavaniel Magenta namanya, si penyandang marga Magenta. Sang anak sulung, dulu ia pernah memiliki adik kecil yang terpaut 2 tahun dengan dirinya, hanya saja adik tersayang nya itu kini telah berpulang.

Hal itu lah yang membuat Gava menjadi pribadi yang lebih dingin dan tertutup di depan keluarganya. Kejadian satu tahun yang lalu itu benar benar membuat hidup nya berubah.

Orang tuanya, selalu menyalahkan dirinya atas kematian yang menimpa adiknya. Padahal di dalam lubuk hati terdalam nya ia lah yang paling menderita disini.

"Adik Gava cuma Luna, Ma" Benar, hanya Luna yang menjadi tahta tertinggi dihati nya, sampai kapanpun tak akan pernah ada yang bisa menggantikan Luna, selamanya.

"Tapi dia sepupu kamu Gava, dia sebatang kara. Dia itu sudah mama anggap sebagai anak mama sendiri setelah Luna pergi" wanita cantik itu, Clarissa. Menatap sang anak dengan sendu, lagi dan lagi luka itu kembali muncul ke permukaan, rupanya kepergian anak bungsunya menimbulkan kesedihan yang begitu dalam dihati wanita itu.

"Dia memang sepupu Gava, tapi untuk memperlakukan dia sama seperti Gava memperlakukan Luna, itu gabisa Ma.."

"Adik Gava cuma Luna, tolong berhenti memperlakukan dia sebagai Luna dirumah ini. Karena Gava gak akan pernah bisa nerima dia sampai kapanpun"

"Kamu gak inget apa yang terjadi sama adik kamu setahun yang lalu itu gara gara siapa?"Wanita cantik itu bertanya sarkas.

"GARA-GARA KAMU, GAVA!" Lanjutnya meninggikan nada bicaranya.

"Semua itu gara gara kamu yang gak becus jagain adik kamu!" nada bicaranya mulai melemah, Gava hanya memandang kosong kearah wanita yang telah melahirkannya itu.

Ia tahu ini memang kesalahannya, namun tak bisakah semua orang berhenti menyalahkan dirinya? Ia juga menderita! Ia juga jelas merasa begitu kehilangan!

Tapi mengapa semua Orang bersikap seolah dirinya adalah penyebab utama sang adik meninggal dunia?

Ini tidak adil, bukankah semua sudah menjadi bagian dari takdir yang maha kuasa? Sekuat apapun ia mengelak, jika tuhan sudah berkehendak, yang  bisa ia lakukan hanyalah menerima bukan?

"Gava memang gak becus jagain Luna, Ma" Gava mulai bersuara, manik hitam kelam nya terlihat sedikit berkaca-kaca.

"Tapi tolong jangan selalu salahin Gava atas apa yang terjadi sama Luna di masa lalu" lanjutnya, satu tetes air matanya meluncur begitu saja. Ingatannya menerawang jauh ke masa-masa terakhir kebersamaannya dengan gadis itu.

AZERIOS [CAMARADERIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang