5 - Apel07

6 1 3
                                    

3 Agustus 2027

Rye bersalaman dengan Apel04. Genggaman tangannya kuat, Rye langsung membatin bahwa beliau memang suka bermain pisau. Rye dan Apel04 kemudian pisah jalan, Apel04 naik melalui lift, Rye tidak tahu ke mana sedangkan Rye turun ke bawah, dia bimbang ingin mencari Apel03 dulu atau Apel07 dulu.

Saat ini pikiran Rye tertuju pada Dayara. Rye tidak begitu khawatir karena dia tahu sahabat-sahabatnya pasti tidak tinggal diam, seperti Magie, Magie selamat, kemungkinan besar Dayara juga. Dia tidak tahu harus mencari Apel03 di mana, terakhir pak Pramana menyuruh beliau mencari siapa saja yang menyadap Rye. Mungkin di bagian teknologi, tetapi Rye tidak tahu di lantai berapa. Maka dari itu dia berjalan menuju divisi bawah dengan berusaha tenang semaksimal mungkin.

Banyak pintu, bau darah, bau obat, Rye tidak suka. Dia mengetuk satu per satu pintu tersebut. Tidak ada yang membuka, tentu saja, pasti ada kode ketukannya. Rye memutar otak. Dia merasa dia memang tidak cocok di organisasi ini. Rye kemudian duduk dengan frustrasi di dekat salah satu pintu. Rye tidak bisa menutupi perasaannya, dia menangis.

"Kelengkeng01?"

Rye buru-buru menghapus air matanya dan berdiri. "Sir."

"Sudah menembaknya? Ada apa?" tanya Apel07. "Saya melihat Anda mondar-mandir di depan pintu. Ada apa? Mau mencari mayat yang kemarin? Sudah didistribusikan."

Rye tertegun. Rye kemudian menarik napas panjang.

"Ayo masuk," ujar Apel07 sambil membuka pintu.

"Ya, senior," ujar Rye mengikuti Apel07. Apel07 kemudian mengambil sebuah penggaris panjang di dinding.

"Anda menangis?" tanya Apel07.

Rye tidak menjawab. Apel07 langsung memukul punggungnya dengan keras menggunakan penggaris. Rye menahan keterkejutannya. Apel07 terus memukulinya.

"Jangan gunakan perasaan!" gertak Apel07. Rye menggigit bibir bawahnya menahan sakit. Apel07 masih memukulnya. "Buktikan kalau Anda layak di organisasi ini!"

Kalimat yang bertentangan dengan ucapan Apel03. Dada Rye naik turun menahan tangisannya. Dia kemudian mengangguk.

"Baik, senior!" seru Rye.

"Lebih keras!"

"Baik, senior!"

"Bagus!" Apel07 menghentikan pukulannya. Bau pekat darah kembali menghantam hidung Rye. Rye meringis, dia tahu pasti punggungnya luka, karena terasa bajunya menempel ke lukanya.

"Bicaralah kelengkeng01," ujar Apel07 tajam. "Tidak ada sinyal di sini. Penyadap real time tidak berfungsi."

Rye bimbang, dia takut salah bicara dan berakhir dipukul kembali. Apel07 menatapnya tajam, Rye bergidik, dia selalu tidak nyaman dipandangi seperti ini oleh Apel07.

"Saya ingin bertanya tentang ayah," ujar Rye akhirnya setelah 2 menit yang terasa sangat panjang.

"Sudah lebih 10 tahun saya rasa," gumam Apel07. "Balas dendam Anda belum berhasil juga ya?"

"Ya, senior," jawab Rye.

"Anda berusaha menyerang putri Pak Sanjaya kan?" tanya Apel07 memastikan.

"Gagal, gadis itu dulu tidak tahu apa-apa tentang bisnis kotor ayahnya," ujar Rye keki.

"Jadi apa yang ingin Anda tanyakan?" tanya Apel07.

"Saya tahu Anda yang paling dekat dengan ayah saya. Apakah ayah saya murni dibunuh orang Sanjaya atau ada campur tangan orang kita juga?" tanya Rye. Apel07 mengernyit.

"Dan menurut Anda?"

"Menurut saya iya, dan orang yang paling mungkin ikut campur adalah Anda," ujar Rye.

Pembunuh BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang