Chapter I

0 0 0
                                    

Tahun ajaran baru yang datang setelah libur panjang, tahun ini juga adalah tahun yang ramai dipenuhi oleh para pejuang almamater. Kecuali bagi seorang Azam Dzafri Arshaka, ia merupakan lulusan dari pondok pesantren SMA Islamic Modern. Sebuah sekolah Islami yang sudah berakreditasi sangat baik dan telah menjadi salah satu sekolah rujukan nasional di kota Bandung.

Azam adalah lulusan terbaik dari sekolah tersebut, banyak prestasi di bidang akademik dan non akademik yang sudah ia raih. Selain sebagai pendakwah muda dan seorang tahfiz Qur'an, Azam juga menyukai dunia olahraga yaitu basket. Jadi tidak heran jika ia mendapat beasiswa full untuk kuliah di salah satu universitas Islam terbaik di Kota itu.

Tokkkk tokkkk tokkkk....

"Azam sayang, udah bangun belum?" seorang Wanita berumuran 39 tahun mengetuk pintu kamar Azam, ia adalah ibunda yang sangat dihormati Azam.

Pintu kamar terbuka

"iya bunda...."

Jawab Azam yang keluar kamar dan telah berpakaian rapi layaknya seorang mahasiswa yang sudah siap untuk kuliah. Walaupun pakaiannya hitam putih karena ia masih menjadi Maba dan hari ini adalah hari pertama ia menginjakkan kaki di sebuah universitas.

"Masya Allah, anak bunda udah siap. Yuk sarapan dulu, ayah sama adik adikmu sudah nungguin di ruang makan" ajak bunda.

"Bentar bun, rambut aku kayanya masih ada yang ga rapi. Nanti aku nyusul bunda duluan aja ya hihi" jawab Azam.

"Hmm... dasar anak muda zaman sekarang"

"Kan harus cool bun hehe" cengir Azam.

"Yaudah jangan lama lama ya, keburu dingin ntar makanannya"

"Siap bu boss"

Bunda pun meninggalkan Azam yang kembali memasuki kamarnya.

***

Dengan pakaian dan rambut yang sudah ditata dengan tapi. Azam baru keluar dari kamarnya, ia sudah mencium bau sarapan yang di buat Bunda pagi ini. Yaaa nasi goreng special buatan Bunda tercinta.

"Selamat pagi para calon penghuni surgaaaaaa" suara Azam memenuhi seisi ruangan.

"Hari ini mau di anter ga bang? Atau mau ke kampus sendiri?" tanya Ayah yang sedang menikmati nasi goreng di meja.

"Anter aja yah, nanti bang Azam nangis hihi" ledek Nana, adik terkecil Azam yang masih kelas 4 SD.

"Mau abang gelitik ga?" jawab Azam yang melirik tajam ke arah adiknya.

"Bundaaaaaa" teriak Nana.

"Udah udah, jadi gimana bang?" tanya Ayah lagi.

"Aku pergi sendiri aja yah, kebetulan ada dua orang temenku yang juga kuliah di sana"

"Yaudah, hati hati bawa motornya. Oh iya, apa nama jurusanmu itu?"

"Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir yah"

"Lah kamu ga jadi ngambil jurusan manajemen"

"Engga yah, setelah aku pikir pikir kayanya lebih baik ngambil Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir daripada Manajemen. Karena basic yang aku miliki lebih mengarah ke sana" jelas Azam.

"Jurusan apapun itu yang penting kamu minati dan kamu betah belajar di dalamnya" celetuk Bunda.

"Iya bun, lagian Abang bisa mengejar masa depan sambil belajar ilmu agama. Adek ntar Ayah yang anter tapi Bunda yang jemput soalnya Ayah ada meeting hari ini sama klien" lanjut Ayahnya.

"Okeyyy" jawab Nana.

"Yowes habiskan makanannya!" perintah Bunda.

"Bentar bentar bentar... kaya ada yang kurang deh. Aqil mana bun?" tanya Azam penasaran karena adiknya yang pertama tidak ada di ruang makan.

Awal untuk akhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang