Azam duduk ngalamun sendirian di kamarnya, tidak seperti biasanya hari ini banyak hal yang sedikit mengganggu pikirannya. Tersadar dari lamunannya ia teringat akan adiknya, ia pun langsung menuju kamar adiknya itu.
Di sana terlihat Aqil sedang mengerjakan sesuatu di meja belajarnya dan ketika di lihatnya ternyata adiknya sedang mengerjakan latihan soal matematika.
“Qil?” panggil Azam yang sedikit membuat Aqil terkejut, ia sadar ternyata pintu kamarnya tidak di tutup sedari ia masuk tadi.
“Iya bang?”
“Bisa ngobrol sebentar?”
“Bisa, kenapa?"
“Abang yang seharusnya nanya, kamu kenapa?”
Aqil terdiam sejenak, kemudian ia menunduk sambil menggelengkan kepalanya.
“Jangan bohong, Abang tau kalau kamu lagi ada masalah”
“Aku hanya kepikiran kejadian di sekolah bang” jawab Aqil
“Oh soal kamu sama temenmu dan seorang Wanita itu ya? Apa yang ganggu di pikiran kamu?” tanya Azam lagi
“Aku bingung kenapa dia bisa suka sama aku, terus juga dalam hal ini aku merasa ga bersalah bang, aku di salahin di saat aku bingung sama keadaan dan situasi yang terjadi. Aku bingung kenapa ini terjadi, aku ga mau buat masalah selama sekolah, aku juga ga mau nyari musuh, lagian kenapa tu cewek bisa suka sih” Aqil menjelaskan dengan nada yang sedikit emosi.
“Terus kenapa kamu setuju begitu saja pada saat Ayah nyuruh kita tukeran motor? Bukannya itu motor Impian kamu sejak dulu ?” tanya Azam lagi.
“Aku seketika mikir kemarin pas di rumah sakit, kayanya salah satu alasan kenapa tu cewek suka sama aku yaa gegara motor aku, biasa cewek zaman sekarang pada matre semua”
“Hmm saran Abang untuk sekarang kamu tenangin diri dulu, jangan sampai kemarahan menguasaimu dan menjadikan kamu penjahat di dalam cerita orang lain. Selain itu, jangan seuzon ya karena itu tidak boleh, mau orang suka atau tidak dengan kita biarlah itu menjadi urusan mereka dan juga kita tidak bisa memaksakan orang-orang di luar sana buat suka sama kita” Azam berusaha menenangkan sambil menepuk-nepuk pundak adiknya itu.
“Iya bang” jawabnya singkat.
“Kapan olimpiadenya?” tanya Azam mengalihkan pembicaraan
“Dua bulan lagi, acaranya di adakan di Jakarta selama sepekan”
“Ohh, ada yang bisa Abang bantu?”
“Aku pengen mempelajari juga matematika yang diajarkan di tingkat universitas, Abang bisa bantu carikan orang yang kira-kira bisa berikan rekomendasi buku atau E-Book gitu”
“Insya Allah bisa, nanti Abang usahakan ya soalnya Abang juga baru masuk jadi belum banyak kenalan”
“Iya, aku juga ga nuntut harus ada bang tapi sebisa mungkin ada hehe” Aqil tertawa tipis
“Oke ntar Abang carikan, tapi kamu harus janji yak amu harus giat dan jangan memikirkan hal-hal yang sekiranya itu dapat menganggu konsentrasi belajar kamu”
“Iya, terima kasih ya bang”
“Sama-sama, yaudah Abang ke kamar dulu ya udah malam, kamu juga jangan terlalu larut tidurnya”
Aqil mengangguk pertanda mengiyakan perkataan abangnya itu.
Azam meninggalkan kamar Aqil, tiba-tiba ia teringat akan chat yang masuk tadi sore dan ia pun segera mengambil ponselnya. Dibukanya ternyata masih ada pesannya dengan keterangan belum di baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awal untuk akhir
RomanceAzam, seorang pendakwah muda yang berasal dari keluarga cemara sekaligus paham agama. Gaul tapi taat membuat laki laki kelahiran 2003 itu menjadi pria idaman bagi wanita yang melihatnya. Kecuali bagi seorang Alia, pro player Wanita yang dijuluki tem...